Berawal dari Elena yang menolong seorang pria asing saat sedang mendaki gunung, membuat Elena harus kehilangan seluruh tabungan yang dia simpan untuk masa depannya. Sementara pria itu kabur melarikan diri dari rumah sakit keesokan harinya dengan meninggalkan sepucuk surat.
Kesal karena merasa tertipu, Elena bertekad membuat Liam untuk membayar hutangnya beserta bunganya.
Tapi dirinya malah terjebak dalam situasi romantis dan berbahaya.
Kelanjutannya bisa dibaca sendiri ya, masih on going...
Dukung terus Author, bisa like, vote, komen atau follow.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
POV NAOMI
"Naomi, apa kau yakin untuk mengambil pekerjaan ini? Mama merasa janggal, mereka menawarkanmu fee yang cukup besar. Apa kau yakin baik - baik saja?" tanya ibu Naomi ketika mendengar Naomi akan bekerja sebagai model lagi pada hari itu.
"Mama, kau tenang saja. Aku kenal baik dengan direktur agensi ini. Semua akan baik - baik saja, aku bisa mendapatkan uang untuk pengobatan papa dan juga uang sekolah adik - adik" jawab Naomi.
"Kau selalu saja seperti ini, kalau saja kau tidak mendapatkan beasiswa, mungkin kau tidak bisa kuliah. Maafkan kami sebagai orang tua yang membawamu menjalani hidup sengsara seperti ini" isak ibu Naomi.
"Mama, stop bicara begitu. Aku baik - baik saja, aku anak sulung. Sudah pasti aku akan membantu mama dan papa jika mengalami kesulitan"
Sesuai perjanjian, Naomi pergi menuju tempat dia akan melakukan pemotretan. Lokasinya berbeda dengan yang dia datangi bersama Elena sebelumnya. Sebuah motel kumuh di daerah pinggiran.
Ketika Naomi sampai ditempat itu, dirinya sedikit merasa aneh, namun rasa aneh itu segera ditepisnya.
Sesampainya dia didalam, Naomi langsung diseret masuk ke dalam kamar tersebut dan dipaksa untuk mengganti bajunya dengan kostum perawat.
Saat Naomi melihat dekorasi ruangan serta ranjang, serta berbagai peralatan untuk merekam video barulah Naomi sadar bahwa dia tidak sedang akan menjalani pemotretan melainkan akan merekam sebuah video po*rno.
Tak mau melakukan itu, Naomi berontak berusaha untuk kabur dari tempat itu, nahas para pelaku justru memukuli Naomi dan memper*kosanya.
Selesai melakukan perbuatan bejat itu, mereka menurunkan Naomi di sebuah gang kecil, dari sana Naomi berjalan tertatih untuk meminta pertolongan sampai akhirnya dia dibawa ke rumah sakit.
Ibunya yang mengetahui apa yang terjadi pada Naomi berusaha meminta keadilan, tapi karena pemilik agensi adalah anak salah satu orang penting, mereka dipaksa untuk menandatangi perjanjian untuk tidak mengatakan apapun kepada siapapun dengan imbalan sejumlah uang yang segera ditolak mentah - mentah oleh kedua orang tua Naomi.
Kini Naomi merasakan trauma mendalam akibat kejadian itu.
...****************...
Di perjalanan pulang Elena lebih banyak diam, begitupun dengan Nyssa. "Elena, bagaimana caranya kita bisa membantu Naomi? Aku yakin kau punya cara" kata Nyssa.
"Mereka sudah membuat Naomi seperti itu, pasti akan lebih banyak korban berjatuhan nantinya" sahut Aaron.
"Bagaimana kalau kita meminta tolong pada paman Liam?" tanya Elena pada Aaron.
"Siapa paman Liam?" tanya Nyssa.
"Salah seorang kenalan, kebetulan dia juga polisi" jawab Aaron.
"Kalau begitu kita bisa meminta bantuannya?" tanya Nyssa lagi.
Elena dan Aaron mengangkat bahu mereka tanda mereka sendiri tidak yakin apakah bisa meminta bantuan kepada Liam atau tidak.
Pasalnya mereka adalah tim yang dibentuk untuk memecahkan kasus - kasus sulit, selain itu apa yang terjadi pada Naomi bukan berada di bawah juridiksi mereka. Tentu akan sulit jika tiba - tiba Liam mengambil kasus yang ditangani oleh petugas lain.
"Tapi mungkin kita bisa mencoba untuk bertanya" kata Aaron berusaha mencerahkan suasana.
"Benar, kita bisa mencobanya" seru Elena.
...****************...
Aaron dan Elena mulai bekerja di divisi Liam, hari ini mereka akan memulai hari pertamanya untuk bekerja ditempat itu.
Beberapa kali Elena melirik ke arah Liam yang mondar - mandir dari ruangan Henry.
"Apa kau mau bertanya padanya?" bisik Aaron yang membantu Elena fotocopy.
Elena mengangguk. Dia lalu berinisiatif membuat kopi dan menyerahkan pada Liam.
"Paman kau pasti lelah, ini aku buatkan kopi untukmu" kata Elena.
"Ehmmm. Terima kasih" jawab Liam dengan ekspresi heran.
Laki - laki itu lalu beranjak dari kursinya menuju ke tempat fotocopy, "Paman, kau mau fotocopy? Sini biar aku saja" kata Elena merebut dokumen dari tangan Liam.
"Uh., o-oke. Kau bisa menaruhnya di mejaku kalau sudah selesai" kata Liam lagi.
Beberapa saat kemudian saat menjelang makan siang, "Paman, hari ini kau terlihat tampan. Wajahmu bersinar cerah sekali" pujian Elena terang membuat Liam merasa ada yang tidak beres dengan Elena.
Bagaimana dia bisa disebut tampan, jika dia belum merapikan kumis dan jambangnya, baju yang kusut, karena harus menyelidiki kasus beberapa hari.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Liam akhirnya.
"Bantu aku menyelidiki kasus temanku" jawab Elena cepat.
"Tidak"
"Paman, tolonglah. Dia diper*kosa dan dibuang begitu saja ke jalanan. Dia bahkan tidak bisa menuntut pelaku karena dia adalah orang penting" jawab Elena sambil terus mengikuti Liam kemanapun dia pergi.
"Berhenti mengikutiku Elena!" seru Liam.
"Tidak, sampai paman mau membantuku. Setidaknya bertemulah dengan temanku dan lihat keadaannya" pinta Elena.
"Ada apa ini??" tanya Sophia yang muncul menengahi keduanya.
Liam menghela nafas, dia lalu menceritakan permintaan Elena yang menurutnya sulit untuk dipenuhi.
Mendengar cerita Elena, Sophia menepuk bahu Liam.
"Kenapa kita tidak menjenguk teman Elena terlebih dahulu, setelah mendengar ceritanya dan keadaannya kita bisa memutuskan apa kita akan membantunya atau tidak. Lagipula kau juga sedang senggang kan hari ini" kata Sophia.
"Kalau kau berkata seperti itu, kurasa tidak ada masalah" jawab Liam.
"Aku akan menemanimu menemui korban" kata Sophia.
"Aku juga akan ikut" seru Elena.
Sophia dan Liam menatap Elena, "Aku temannya jadi kurasa wajar kalau aku ikut. Lagipula aku juga pernah menjadi model ditempat yang sama dengan Naomi sebelum kejadian ini terjadi" ujar Elena lagi.
"Kalau begitu kita bisa mulai dari ceritamu terlebih dahulu" lanjut Sophia.
"Tapi berjanjilah kau tidak akan mengatakan apapun pada kakakku" kata Elena takut - takut.
"Oke... Oke... Aku tidak akan mengatakan apapun pada Nova" sambung Liam.
...****************...
Seperti yang dikatakan Sophia, mereka bertiga kembali menemui Naomi yang masih dirawat dirumah sakit. Sesampainya disana mereka justru melihat keributan yang ditimbulkan oleh preman yang berusaha memaksa kedua orang tua Naomi menandatangani surat perjanjian dengan imbalan uang yang mereka tolak sebelumnya.
"Aku akan menuntut kalian, berhenti mengganggu putriku" teriak ibu Naomi.
Seluruh pegawai rumah sakit dan dokter yang ada disana tampak tidak berani untuk melerai pertikaian mereka.
"Pasien sedang diganggu oleh preman, apa-apaan kalian hanya berdiam diri dan tidak memanggil petugas keamanan untuk mengusir mereka. Apa seperti ini keamanan rumah sakit ini? Aku heran apa jadinya reputasi rumah sakit inu kalau aku merekam video dan menyebarkannya ke media sosial atas kelalaian kalian" seru Elena keras.
"Elena, jangan gegabah" kata Liam menutupi ponsel Elena dengan kamera menyala.
"Kalian, apa kalian tidak tahu tata cara mengunjungi orang sakit. Kalian pikir kalian bisa membuat keributan di rumah sakit??" seru Liam pada para preman itu.
Preman - preman itu menatap remeh ke arah Liam, "Siapa orang busuk ini mengganggu. Kau tidak ada urusan dengan kami, lebih baik kau pergi saja" kata salah satu dari mereka.
"Sayangnya aku tidak bisa melakukannya, karena aku sudah berjanji untuk menemui pasien didalam" sahut Liam dengan seringai tajam.
"Elena, lebih baik kita menyingkir sejenak" sahut Sophia.
"Tapi bagaimana dengan paman Liam?" tanya Elena panik.
"Kau tenang saja, dia akan baik - baik saja" senyum Sophia.
...****************...