11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Selesai makan siang di restoran, kini Anggi dan Morgan kembali membelah jalanan menuju rumah sakit. Tapi tunggu! Tidak, tampaknya Anggi salah menduga. Karena mobil yang ia tumpangi ini bukan menuju rumah sakit, melainkan menuju suatu tempat yang tidak Anggi tahu kemana.
"Kita akan ke mana?" tanya Anggi.
"Jalan-jalan."
"Are you crazy, Mor? Aku sedang bekerja dan kau malah mengajakku pergi tanpa memberitahuku lebih dulu?" pekik Anggi tak percaya.
"Aku sudah memberitahu sebelumnya."
"Kapan?"
"Tadi." Morgan melirik Anggi, ia terkekeh kecil saat melihat kebingungan di wajah Anggi. "Aku memberitahu Sean tadi dan memintanya menyampaikan pada istrinya untuk memberimu izin pergi bersamaku hari ini." jelas Morgan.
"Apa? Kau menghubungi Mas Sean?"
"Shut! Jangan panggil Mas pada siapapun kecuali padaku."
"Dih, memang kau siapaku sampai harus aku panggil Mas."
"Pacarmu."
Anggi menghela napas kasar dan memilih diam. Akan sangat percuma jika ia membuang-buang tenaga untuk menghadapi Morgan. Karena kini, Morgan yang ia kenal cool sudah berubah menjadi Morgan yang sangat jauh berbeda. Jika biasanya ia yang akan menggoda Morgan, maka kini Morgan 'lah yang terus menerus menggodanya.
"Ayo turun," ajak Morgan.
"Pantai?" Anggi ikut turun dari mobil sembari memperhatikan hamparan laut di depannya. "Apa kau gila hingga mengajakku ke pantai siang-siang begini? Kulitku bisa hitam dan kusut kalau kena angin pantai." maki Anggi.
"Kau hanya belum menemukan keindahan yang sesungguhnya dari pantai. Ayo biar aku tunjukan padamu seperti apa pantai yang sesungguhnya."
Morgan menggandeng tangan Anggi menuju sebuah gubuk yang berdiri di tengah laut. Ia membuka pintu gubuk dan memperlihatkan bagian-bagian dalam dari gubuk kecil tersebut yang tersusun begitu rapi. Tanpa melepas genggamannya, Morgan membawa Anggi menuju pintu bagian belakang dan membukanya hingga mereka bisa merasakan angin laut yang bertiup sepoi-sepoi.
Morgan mengambil tas milik Anggi dan meletakkannya di dalam gubuk, tidak lupa ia juga melepas jas-nya dan langsung mengajak Anggi untuk duduk di bagian belakang gubuk tersebut. Ia menuntun kaki Anggi untuk menjuntai hingga kaki keduanya benar-benar bersentuhan dengan air laut yang dingin.
"Pejamkan matamu dan bayangkan sesuatu yang indah. Aku sarankan agar kau membayangkan wajahku, maka kau pasti akan bahagia." ucap Morgan.
Anggi memasang wajah tak yakin saat mendengar ucapan Morgan. Namun tak urung, ia tetap memejamkan mata sembari menikmati angin laut yang menyapanya. Ajaib, ini sungguh terasa ajaib bagi Anggi, karena kini ia benar-benar merasa tenang seperti yang Morgan katakan sebelumnya. Hingga akhirnya bayangan Morgan benar-benar hadir dalam benaknya membuatnya memaksa kedua matanya untuk terbuka.
"Kenapa menatapku begitu?" tanya Anggi gugup, sebab Morgan menatapnya intens disertai senyuman yang—ahhh Anggi tidak sanggup mengatakannya.
"Ternyata kau cantik juga kalau dilihat-lihat." ucap Morgan.
Mendengar ucapan Morgan, bukannya tersipu, Anggi seketika ingat akan ucapan ayahnya tentang Morgan. Seketika Anggi menaikkan kakinya dan duduk bersila di hadapan Morgan. "Aku minta maaf karena menjebakmu dan menjadikanmu target tantangan dari sahabat-sahabatku." ucap Anggi.
"Maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Aku tidak serius menyukaimu, aku hanya sedang melakukan taruhan dengan kedua sahabatku, maka dari itu aku mendekatimu. Tapi sekarang, aku ingin meminta maaf padamu dan aku akan mengatakan pada sahabatku bahwa aku kalah dari taruhan ini."
Morgan yang awalnya terkejut karena mengetahui tujuan Anggi mendekatinya, kini justru tertarik dengan alasan Anggi memilih kalah dari taruhan bersama teman-temannya. "Kenapa kau memilih kalah? Padahal kau sudah berusaha sejauh ini."
"Aku rasa ucapan Ayahku benar, usia 23 tahun itu bukan waktunya lagi untuk bermain-main, aku ingin mencari pasangan yang serius sekarang." ucap Anggi serius.
"Hahaha kau lucu. Kau benar-benar tidak pantas bicara se-serius itu." ucap Morgan dengan terbahak.
"But i'm serious, Mor."