Di tahun 1523 Syeran adalah seorang Ratu yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena dia sadar dia dinikahi oleh sang Raja hanya untuk mencetak keturunan. Tak ada cinta dan hidupnya begitu menderita.
Dia kira semuanya akan berakhir setelah dia meninggal, namun siapa sangka dia justru bertransmigrasi di tahun 2023, Syeran yang hidup dengan miskin dan kemudian dijual oleh sang ayah pada orang paling berpengaruh di kota Servo.
Pernikahan telah terjadi dan kini saatnya penandatanganan kontrak.
"Aku hanya butuh keturunan dari mu, jadi jangan berharap lebih," ucap Zeon dengan suaranya yang terdengar begitu dingin.
Syeran putus asa, bahkan di kehidupannya yang kedua nasibnya tetap sama.
Namun seketika harapan Syeran muncul saat tanpa sadar dia punya kekuatan untuk menghentikan waktu.
"Aku harus merubah surat kontrak itu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMMW Bab 25 - Setebal Buku Sejarah
Dengan gerakan yang sangat pelan, Zeon coba melepaskan pelukan Syeran di tangannya. Sungguh dia merasa tidak nyaman dengan hal ini.
Lama membatasi diri dengan sentuhan wanita membuatnya terbiasa untuk sendiri, bukan tanpa sebab kenapa Zeon seperti itu. Sebab tiap kali dia mendapatkan sentuhan dari seorang wanita maka yang terbayang bukanlah sosok yang saat ini menyentuhnya melainkan sosok wanita lain yang ada di masa lalunya-Airish.
Semalam saat bercinta dengan Syeran pun yang dia bayangkan adalah sosok masa lalunya tersebut. Karena itulah Zeon merasa geram ketika Syeran tiba-tiba berubah posisi. Hal itu membuat hayalannya buyar dan jadi menatap Syeran.
Dan mendapati perlakuan seperti ini Syeran tentu sangat kecewa, hatinya kembali bersedih kenapa dia kembali diacuhkan.
Katanya surat kontrak itu tidak berlalu, katanya mereka akan mulai belajar saling mencintai dan membangun keluarga yang bahagia.
Tapi mana? belum apa-apa tangannya sudah dilepaskan saat sedang memeluk seperti ini. Padahal Syeran begitu takut pada Dom dan butuh perlindungan.
Jadi saat tuan Zeon coba melepaskan pelukannya, Syeran justru menahan dan memeluk semakin erat. Saat tuan Zeon menatap dingin ke arahnya, Syeran balas dengan mendelik.
Apa?
Aku tidak mau dilepas!
Itulah arti dari sorot mata Syeran yang mendelik.
"Aku akan menghilang lagi jika Tuan seperti ini!" ancam Syeran, kesal sekali, jadi terpaksa mengucapkan kalimat itu dengan berbisik.
Huh! Zeon membuang nafasnya kasar. Agar otaknya tetap waras dia berpikir bahwa saat ini sedang mengasuh seorang bocah.
"Dom, tunggu sebentar, aku akan segera kembali," pamit Zeon pada sang Anjing.
Syeran mencebik, dengan anjing itu saja tuan Zeon sangat manis, sementara dengannya?
Astaga, apa anjing itu adalah istri pertamanya? batin Syeran, tak terima.
Syeran kemudian merasakan tubuhnya yang ditarik, hingga dia ikut berjalan sesuai dengan langkah kaki sang suami.
Meninggalkan tempat tersebut dan menuju kamar Syeran yang ada di lantai 3.
"Pagi ini aku harus mengajak Dom ke hutan, pergilah sarapan bersama Diena," ucap Zeon.
Syeran masih berdiri di hadapannya dan belum sempat mengganti baju, tapi Zeon sudah bicara seperti itu.
"Selesai sarapan, terserahmu mau melakukan apa di mansion ini. Surat kontrak itu sudah tidak berlaku lagi," kata Zeon lagi, sebelum Syeran sempat menanggapi ucapannya yang pertama.
Dan mendengar kalimat kedua itu sudah mampu membuat Syeran tersenyum, ternyata tuan Zeon benar-benar ingat dengan kesepakatan mereka.
Membatalkan surat kontrak.
Jika sudah seperti ini bukan hal sulit bagi Syeran untuk merelakan sang suami menghabiskan waktu bersama Anjing kesayangannya.
"Baiklah," jawab Syeran patuh, dia juga tersenyum saat mengucapkan kata itu.
Zeon hanya mengangguk, lalu hendak pergi begitu saja. Namun secepat kilat, Syeran menahan tangan sang suami.
"Tunggu dulu!" kata Syeran buru-buru.
Astaga, apa lagi. geram Zeon. Tapi kekesalannya itu hanya dia ucapkan di dalam hati, tak ingin memperpanjang urusan jika katakan langsung.
"Jangan pergi-pergi begitu saja," kata Syeran lirih. Belum apa-apa kedua pipinya sudah merah merona, dia berharap sebelum ada perpisahan diantara mereka seperti ini harus ada ciuman perpisahan dulu.
Tapi sungguh, Syeran malu untuk memintanya lebih dulu.
"Lalu harus bagaimana?" tanya Zeon, masih bicara dengan suaranya yang dingin dan ketidakpekaan yang setebal buku sejarah.
Syeran mencebik, meremat jemarinya dengan kesal.