Chaeryoung, gadis cantik yang menjadi korban aksi perundungan teman-teman sekolahnya, harus mengalami nasib naas. Ia ditemukan meninggal oleh ibunya. Akan tetapi kematian gadis itu tampak tidak wajar.
Kematian gadis itu membawa petaka buruk bagi orang-orang yang dulu pernah merundungnya. Seakan gadis datang menuntut balas, teror mengerikan pun menimpa murid-murid di sekolahnya dulu, terutama mantan teman-teman sekelasnya. Salah satunya Jaemin, putra pemilik yayasan sekolah itu. Lantas bagaimana nasib Jaemin dan teman-teman sekelasnya? Apakah mereka berhasil selamat dari teror mengerikan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AsQueen112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Sesuai kesepakatan yang telah mereka buat sebelumnya, Jaemin, Jeno dan Chenle datang mengunjungi rumah Chaeryoung sepulang sekolah. Mereka ingin menemui gadis itu, atau paling tidak mencari tahu keberadaan gadis itu saat ini. Mereka ingin membujuk, kalau perlu memohon pada gadis itu untuk melepaskan kutukan yang tengah menjerat mereka saat ini.
Tok...tok....tok....
Berkali-kali mereka mengetuk pintu rumah gadis itu, tapi tidak ada satu pun yang menyaut atau membukakan pintu kepada mereka. Seolah-olah rumah itu memang sudah tidak berpenghuni lagi. Orang-orang yang tinggal di kompleks yang sama dengan gadis itu bahkan hanya melihat mereka dengan tatapan khawatir dan curiga sejak tadi.
Tok..tok..tok...
Mereka tidak kunjung menyerah, meskipun tidak ada tanggapan yang mereka dapatkan sejak tadi dari si pemilik rumah. Mereka tetap terus mengetuk pintu rumah itu. Mereka bertekad untuk tetap di sana sampai sang pemilik rumah menanggapi mereka karena ini menyangkut nyawa mereka.
“Kalian cari siapa?” Tanya salah satu tetangga Chaeryoung yang terus menatap mereka dengan khawatir dan takut.
“Chaeryoung, bu.”
Orang-orang di sana benar-benar terkejut dan ketakutan begitu Jaemin menyebut nama gadis itu, seakan-akan nama tersebut adalah sesuatu yang tabu di sana. Melihat reaksi yang tidak biasa dari orang-orang yang ada di sana membuat laki-laki itu sedikit curiga dengan apa yang terjadi di tempat itu sebelumnya.
“Kalian kenal sama dia?”
“Kami dulu pernah satu sekolah sama dia, tapi dia sudah pindah tahun lalu ke sekolah lain.”
Tatapan yang tadinya khawatir dan takut itu seketika berubah menjadi tatapan penuh amarah. Jaemin, Jeno dan Chenle bahkan sampai waswas melihat perubahan ekspresi dari orang-orang yang ada di sekitar mereka saat ini.
“Owalah ini toh, biang keladinya.”
Tiga laki-laki itu sedikit keheranan dengan ucapan salah satu tetangga Chaeryoung. Mereka bahkan tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sampai harus merasakan aura kebencian yang amat besar dari orang-orang yang bahkan tidak mereka kenali itu.
“Mending kalian pulang, deh. Orang yang kalian cari juga nggak bakalan keluar dari rumah itu.”
“Memangnya kenapa, bu? Sudah pindah?”
Tidak ada jawaban yang diterima Jeno atas pertanyaan yang baru saja ia ajukan pada tetangga Chaeryoung itu. Orang-orang yang tadinya berkerumun di sekitar mereka dan menatap mereka dengan tatapan khawatir, curiga dan takut itu langsung membubarkan diri setelahnya. Hal itu tentu saja membuat tiga laki-laki itu bingung setengah mati.
Ketiga laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk beranjak dari tempat itu dan akan mencari tahu apa yang telah terjadi sebelumnya. Mungkin mereka akan kembali mengunjungi rumah itu untuk mengetahui cara mematahkan kutukan yang seperti tali kuat yang sedang mengikat leher mereka semua saat ini.
***
Yuri, Chaewon dan Minju tengah berkumpul di kamar Minju saat ini. Mereka tengah berdiskusi tentang kutukan yang terus meneror murid-murid di kelas mereka sampai saat ini.
“Won, mama sama papa kamu sekarang bagaimana keadaannya? Masih belum sadar?”
Chaewon hanya mengangguk sedih sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Yuri. Kedua orang tuanya telah melewati masa kritis sejak lama, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang membuka matanya sampai saat ini. Hal itu membuat keluarganya yang lain waswas, bahkan ada yang berencana menuntut rumah sakit jika kondisi keduanya justru memburuk.
Yuri dan Minju mengusap-usap bahu sahabatnya itu, seakan-akan ikut merasakan rasa sakit dan cemat yang dirasakan oleh sahabatnya itu saat ini. Ketiganya mengakui bahwa mereka ceroboh dan bodoh karena ingin mencoba melanggar larangan yang sempat muncul di papan tulis mereka. Bahkan sekedar niat pun tidak boleh.
“Kalian sadar nggak sih?”
Chaewon dan Yuri menatap ke arah Minju. Keduanya penasaran dengan apa yang akan dikatakan gadis itu setelah memperoleh atensi keduanya.
“Sadar kenapa?” tanya Chaewon.
“Hanya kita bertiga yang kesurupan tadi siang.”
“Sedikit tidak adil sih. Kan bukan cuma kita yang protes sama cewek itu, tapi cuma kita yang kesurupan. Aku akui, aku agak keterlaluan karena ngeguncang-guncang tubuh cewek itu pas dia lagi tidur. Tapi ‘kan dia juga salah karena nggak bangun-bangun pas kita panggil,” gerutu Yuri.
“Bener juga. Si Heo Chan saja nyiramm cewek itu tadi. Tapi sampai sekarang dia nggak kenapa-kenapa, itu,” timpal Minju dengan kesal.
“Cewek sok kacekepan itu ada masalah apa, sih, sama kita bertiga?”
“Nggak tahu. Mana sok jual mahal lagi pas Jaemin ngedeket-“
Lampu kamar Minju tiba-tiba berkedip-kedip. Yuri yang sedang berbicara mengenai kekesalannya atas gadis bernama Lia, bahkan terdiam sebelum menyelesaikan ucapannya.
Ketiganya saling mendekatkan tubuhnya satu dengan yang lain, lalu berpelukan. Rasa takut menghampiri mereka saat ini. Apalagi mereka baru saja mengalami kejadian aneh sebelumnya, di mana ketiganya kesurupan di dalam kelas setelah mengusik Lia.
Nafas lega keluar dari ketiganya begitu cahaya lampu di kamar Minju berhenti berkedip-kedip dan menyala dengan normal seperti sebelumnya. Ketiganya perlahan saling melonggarkan pelukannya, lalu tersenyum lega menatap satu sama lain.
BOOMMM....
Lampu di kamar gadis itu meletus dan hanya menyisakan kegelapan sekarang. Tidak hanya lampu di kamar Minju, seluruh bohlam di dalam rumah gadis itu meletus dan membuat rumahnya benar-benar diliputi gelap gulita saat ini.
“AHHHHH!!!”
Ketiganya menjerit bersamaan. Suaranya benar-benar melengking dan sangat berisik. Tapi anehnya, tidak ada satu pun dari tetangga gadis itu yang keluar dari rumah mereka atau bahkan meneriaki mereka tentang suara mereka yang sangat berisik itu. Bahkan keluarga gadis itu tidak ada satu pun yang bersuara saat ini, meskipun ada semua lampu yang ada di rumah mereka baru saja meletus satu per satu.
Mereka berusaha mengikis jarak satu sama lain dengan mendekatkan diri seperti semula. Tapi sejauh apa pun mereka berusaha mendekatkan diri, mereka tidak kunjung bertemu satu sama lain. Mereka tidak saling bersentuhan.
“Chaewon? Yuri? Kalian di mana?” Minju memanggil nama kedua temannya itu agar lebih mudah untuk menemukan keduanya.
Tapi sebanyak apa pun ia memanggil keduanya, tidak ada satu pun dari teman-temannya itu yang menjawab panggilannya. Gadis itu tentu saja tidak langsung menyerah, ia berteriak lebih keras lagi memanggil-manggil nama kedua teman-temannya itu, ia bahkan memanggil satu per satu anggota keluarganya yang sepengetahuannya ada di rumah sebelum semua lampu di rumahnya meletus. Namun tidak ada satu pun jawaban yang gadis itu terima.
Air mata mulai turun menyusuri pipi gadis itu. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Ia takut dan bingung harus berbuat apa sekarang. Ia merasa akan ada hal yang sangat buruk yang akan menimpanya setelah ini.
Minju menjulurkan kedua tangannya ke arah depannya, berusaha menggapai apa pun yang ada di depannya saat ini karena tidak bisa melihat apa pun di sekitarnya. Ia tetap memanggil nama orang-orang yang ia yakini ada di rumahnya saat ini, termasuk kedua sahabatnya itu dengan putus asa.
coba aja cek buku nya
memang kejam perlakuan perundungan, karena mental yg akan down.