NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mediasi

Kini Rian, Tika, dan Dewi sedang berteduh dibawah pohon sebuah trotoar. Pikiran Rian kini buntu.

"Rian, jangan diam saja. Mau sampai kapan kita berada di sini? Sebentar lagi akan gelap."

"Iya, Mas. Aku juga sudah kepanasan sedari tadi. Mana aku lapar banget."

"Kalian bisa diam tidak? Kepalaku begitu pusing. Mendengar keluhan dan rengekan kalian sedari tadi membuat kepalaku semakin pusing seakan-akan mau pecah." Bentak Rian kepada mereka berdua. Saking pusingnya dia mengacak-acak rambutnya.

"Ya mau gimana kita tidak mengeluh, Mas. Sedari tadi kita hanya berdiam diri disini."

Rian diam tak menghiraukan Tika.

Rian berjalan sedikit menjauh dari Dewi dan Tika. Lalu dia merogoh ponselnya dan mencari nama seseorang untuk dihubungi.

Tut! Tut!

[Hallo, Daddy. Ada apa?]

"Choki, apa kamu bisa membantu Daddy?"

[Bantu apa, Dad?]

"Daddy sedang butuh tempat tinggal. Apa kamu bisa menolong Daddy?"

[Kenapa Daddy tidak langsung datang ke apartemen aku aja?]

"Masalahnya Daddy sama ibu dan istri, Daddy."

[Ah, kalau untuk Daddy sendiri, aku bisa membantu tapi, kalau Daddy sama mereka, maaf Dad. Aku tidak bisa.]

"Ya sudah kalau begitu. Daddy matikan teleponnya."

Rian pun memutuskan panggilan tersebut.

Mau tidak mau dia harus mencari tempat tinggal.

"Kamu menelpon siapa, Mas?"

"Bukan urusanmu." Jawab Rian ketus.

Rian memesan taksi online.

Beberapa menit kemudian, taksi pun datang.

Mereka bertiga naik ke dalam mobil.

"Mau kemana, Pak?" Tanya si sopir taksi.

"Apa bapak mempunyai info kontrakan dekat-dekat sini?" Tanya Rian kepada si sopir.

Si sopir terdiam sejenak, sepertinya dia sedang berfikir.

"Ada, Pak. Bapak mau nyari kontrakan?"

Rian mengangguk.

"Kalau begitu, akan saya antarkan kesana."

Tak perlu memakan waktu lama, mereka pun sampai di sebuah bangunan yang berjejer dengan rapi, seperti perumahan.

"Sudah sampai, Pak. Bapak bisa menanyakan masalah kontrakan di sini di rumah bercat hijau tersebut."

Rian melihat rumah yang ditunjuk oleh sopir taksi.

"Kalau begitu terima kasih, Pak. Ini uang bayarannya, Pak."

"Terima kasih."

Lalu Rian, Tika, dan Dewi turun dari mobil.

Mobil pun melaju meninggalkan mereka bertiga.

Rian mengajak mereka berdua ke rumah yang telah ditunjuk tadi.

*****

"Mas, tidak ada kontrakan yang lebih besar apa? Ini terlalu sempit untuk kita bertiga."

"Kamu, kalau masih mau ikut denganku, jangan berisik. Aku sudah begitu pusing." Jawab Rian yang sudah benar-benar merasa kesal dengan Tika.

Rian keluar dari kontrakan tersebut, entah dia mau kemana.

"Kamu ini sudah beruntung masih ditanggung sama Rian. Masih ngeluh aja. Lagian kalau kamu tidak mau tinggal di kontrakan ini, coba kamu jual tanah kamu yang kamu bilang waktu itu."

Seketika Tika menjadi gugup.

'Gawat, kalau sampai mereka tahu aku hanya membohongi mereka bagaimana? Apa aku minggat aja ya dari sini?' Batin Tika.

"Enak aja. Itu tabungan aku. Aku gak mau ya sampai bernasib seperti wanita bod0h itu yang hanya kalian manfaatkan. Sudah aku mau istirahat." Jawab Tika melangkah masuk kedalam kamar.

Jegler!

Tika membanting pintu kamarnya dengan keras sehingga Dewi menjadi kaget.

"Astaga, dia gak ada halus-halusnya jadi wanita." Celetuk Dewi.

*****

Hari telah berganti, hari ini Misha akan pergi ke pengadilan agama untuk mediasi.

Kali ini Misha hanya ditemani oleh Kevin. Sementara Refan harus pergi ke Kantor karena akan ada tamu penting.

Misha dan Kevin sudah berada di pengadilan menunggu antrian.

Misha sedari tadi hanya berdiam diri. Seakan dirinya sedang memikirkan sesuatu. Kevin memperhatikan Misha.

"Apa kamu gugup?"

"Enggak, gue biasa aja."

"Hm, kamu tenang aja. Semua akan baik-baik saja."

Misha mengangguk.

Tak lama Rian datang bertepatan dengan panggilan.

Mereka bertiga masuk ke ruang mediasi.

Mediasi sama sekali tidak berjalan alot, karena keduanya sudah sangat yakin untuk berpisah.

"Apa kalian sudah yakin dengan keputusan kalian?"

"Saya sudah sangat yakin, Pak." Jawab Misha tegas.

"Apalagi saya, saya tidak mau hidup bersama dengan wanita ini."

Mediator pun mengangguk dan memberikan info kapan sidang lanjutan akan dilaksanakan.

Setelah itu mereka bertiga keluar dari ruangan tersebut.

"Heh wanita jal4ng, aku pastikan kamu akan menyesal."

"Semoga saja tidak. Amit-amit. Justru gue akan merasa senang terlepas dari manusia seperti elo. Manusia menjij1kan."

"Jaga mulutmu. Atau ku robek mulutmu yang liar itu."

"Tolong jaga sikap, Anda. Saya bisa memperkarakan masalah ini." Ucap Kevin.

Rian langsung menciut, dia merasa takut jika sudah membahas perihal perkara, karena pasti akan masuk ke jalur hukum.

Tak mau terlihat kalah didepan Misha, Rian memilih untuk langsung pergi.

Sementara Misha dan Kevin pulang bersama dan memilih untuk mampir ke sebuah restoran seafood. Sepertinya kesukaan mereka sama, sehingga menu yang mereka pesan pun lengkap. Ada saus kepiting pedas, nila bakar, udang asam manis, kerang tumis sambal ijo dan tak lupa nasi.

"Wuah, lagi-lagi ini makan besar, apa perut kita akan muat makan segini banyaknya?" Tanya Misha.

"Ah, gak perlu sok polos. Aku sudah mulai hapal dengan sifat kamu. Lebih baik langsung kita sikat."

"Hayuk."

Misha dan Kevin pun menikmati makanan mereka. Mereka terlihat begitu lahap. Dan benar saja, semua makanan yang mereka pesan habis tak tersisa.

"Huah, wareg banget."

"Kamu ngomong apa?" Tanya Kevin yang tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Misha.

"Gue kenyang banget. Lain kali, loe traktir gue lagi ya?" Jawab Misha mengelus perutnya yang terasa begah.

"Itu mah tenang aja. Kecil bagi seorang Kevin."

Misha mencibirkan bibirnya.

"Hemh, sombongnya. Tapi, gue heran, laki-laki secakep elo, seroyal elo, kok masih jomblo aja!"

Kevin melirik Misha sengit.

"Gak usah bahas itu. Aku sendiri heran dan bingung."

"Mungkin mereka takut kali sama elo. Takut kalau ada apa-apa main diperkarakan." Ucap Misha langsung tertawa.

Bukannya marah, Kevin malah ikutan tertawa.

*****

Rian baru saja sampai di Kantor. Dia tadi ijin keluar sebentar untuk menghadiri undangan mediasi. Rian kembali ke ruangannya.

Rian langsung menghempaskan tubuhnya ke kursi kebanggaannya, bersandar sambil menutup mata, beberapa hari ini dia merasa hidupnya begitu berat.

"Sidang pertama aku harus datang besok, kalau tidak bagaimana aku bisa menuntut harta gono gini! Pokoknya besok aku harus bisa mendapatkan hakku kembali. Enak saja dia menikmati semua harta itu sendiri." Celetuknya.

Selama menikah dengan Misha, Rian tidak membawa apa-apa, namun dia tidak menyadarinya. Dan sekarang dia berencana akan menuntut harta gono gini. Sepertinya dia sudah tidak mempunyai urat malu.

Tok! Tok! Tok!

Rian membuka matanya.

"Masuk."

Seorang karyawan masuk ke dalam ruangan Rian.

"Maaf, Pak. Bapak dipanggil oleh Bos besar." Ucap karyawan tersebut.

Rian berjingkat dan berdiri karena terkejut.

"Apa? CEO ingin bertemu denganku?"

"Iya, Pak."

"Baiklah, kamu boleh keluar."

Karyawan tersebut mengangguk dan keluar dari ruangan Rian.

"Kenapa PaK Bos tidak meneleponku secara langsung saja? Kenapa malah menitip pesan sama bawahanku?" Pikir Rian.

Tak mau berpikir lebih, Rian gegas merapikan penampilannya dan melangkah menuju ruang CEO.

Rian masuk ke dalam lift dan menekan nomor dimana lantai CEO berada.

Sampai di lantai atas, Rian langsung menuju ruangan CEO.

"Selamat siang, Pak Jo. Apa Pak Bos ada?" Sapa Rian dengan ramah.

Jo yang sedang mengerjakan tugasnya langsung mendongak menatap Rian.

"Rian Saputra? Silahkan langsung masuk, Pak Bos sudah menunggu didalam."

Rian mengangguk.

"Terima kasih, Pak."

Rian mengetuk pintu lalu masuk.

"Permisi. Selamat siang, Pak." Sapa Rian berdiri di depan meja CEO.

"Hm." Jawab Refan.

Refan duduk di kursinya memunggungi Rian sembari menatap pemandangan dibalik tembok kaca.

Merasa bingung Rian mengangkat dagunya. Menatap kedepan.

"Maaf, apa benar Bapak memanggil saya?"

"Ya. Saya memang memanggil, Anda." Jawab Refan.

'Kok aku seperti mengenal suara itu? Ah, tidak tidak. Mungkin memang mirip saja.' Pikir Rian.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!