NovelToon NovelToon
Sehabis Hujan

Sehabis Hujan

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: Kumi Kimut

"Astaga, hujannya tidak berhenti," ucap seorang gadis bernama Raina.

Gadis yang tak suka hujan itu, terus saja mengumpat karena ibunya sangat ingin Raina segera pulang ke rumah.

"Kan ada jas hujan?" ucap ibunya bernama Mery.

"Ibu, seperti baru mengenalku saja, aku sangat benci hujan. Bagaimana bisa pulang mengenakan jas hujan? apakah setelah pakai jas hujan, air yang turun dari langit itu, tiba-tiba reda? tidak kan?" jawab Raina dengan seribu alasan.

"Terserah kau saja, ibu tidak mau kau terlalu lama di tempat kerjamu, di sana ada banyak orang yang akan jahil padamu," jelas nyonya Mery yang paham tentang siapa saja teman Raina, ada Ghina dan Anita, dua orang itu sangat menyebalkan karena selalu membuat masalah.

Posisi Raina yang seorang asisten bos, terlihat terlalu cepat, karyawan lama iri dengan Raina.

Bagaimana kisah Raina selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kumi Kimut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SH - Bab 26

"Aku benci padamu, kenapa kau sangat menyebalkan!" teriak sang gadis.

Dia merasa bahwa Kim sangat keterlaluan. Kalau tidak mengerjainya, pasti Raina tetap dengan senyumnya dan memberikan penyambutan terhadap Kim.

"Hey, kau jangan seperti itu, kau memahami rasa cintaku yang sangat besar terhadapmu. Kenapa dengan mudahnya membenciku?"

"Aku tidak membencimu, tapi sedikit benci saja. Aku ingin kau berada dalam kesehatan lahir dan batin. Saat mengetahui kau diam saja tadi. Aku sangat takut."

Raina mulai luluh, dia tidak ingin Kim sakit, atau pun tiada, jadi dia cemas.

"Oh, jadi sebenarnya kau sangat mencemaskan aku? aku sudah masak untukmu. Makanan yang sangat enak. Kau paham kan? Ini makanan yang sangat enak."

"Jangan banyak bicara, enak bagaimana? sampai kau mengatakannya berulang-ulang."

"Buka dulu pintunya, baru kau paham enaknya makanan ini."

Raina sebenarnya begitu lapar, hanya malas saja untuk membuka dengan cepat pintu itu.

Klek!

Pintu terbuka, Raina sangat senang saat menatap wajah calon suaminya yang cerah.

"Ini, makanan untukmu."

"Ya, tapi aku tidak mau bertemu ibu. Dia tega padaku."

"Ya, kau mau makan dimana sayang?"

"Kamar saja."

"Oke."

Sang kekasih masuk ke dalam kamar Raina. Keduanya duduk di tempat yang sudah tersedia.

Raina berada di hadapan calon suaminya.

"Aku ingin kau menyuapi aku," pinta Raina.

"Baiklah."

Raina merasa senang karena mendapatkan satu suapan demi suapan untuk makan malam ini. Berhadapan seperti ini, membuat Raina salah tingkah. Sebab sebelumnya tidak ada hal seperti ini.

Dia teringat akan pertama bertemu dengan Kim, semuanya terasa begitu cepat.

"Sayang, kenapa kau sangat menikmati suapan dari tanganku?" tanya Kim dengan senyum manisnya.

"Iya, karena aku begitu bahagia. Apa tidak paham juga?"

Raina juga hampir menangis, Kim mengusap air mata gadis itu.

"Kau jangan menangis, karena saat air mata jatuh dari sudut matamu. Aku tidak akan dunia tahu, betapa sedihnya aku. Cukup menangis karena kebahagiaan saja," ujar Kim.

Dia sangat senang melihat perubahan sang gadis yang begitu pesat. Cintanya sudah ada sejak beberapa waktu lalu, hanya saja Raina belum menentukan pilihannya.

Sekarang Raina sudah memilih Kim, sang bos sangat senang.

Semua penantiannya seakan sudah usai.

"Kapan kau ingin menjadi istriku?"

"itu terserah kau saja, aku hanya menerima apapun yang ingin kau lakukan."

"Oke, aku akan memberikan kejutan untukmu besok. Nanti aku pulang jam 22.00 ya? soalnya aku begitu lelah, tidak bisa menginap di rumahmu. Apa kata tetangga nanti."

"Haha, kau akan memberikan kejutan tapi mengatakannya padaku? itu bukan menjadi kejutan lagi."

"Ya begitulah, haha."

Sang gadis meminta Kim untuk fokus memberikan sesuap demi sesuap nasi kebuli dengan gulai kambingnya, karena terlalu banyak bicara membuat kenikmatan dalam makan hidangan enak ini, berkurang.

Dua menit saja, sepiring nasi itu telah habis tanpa sisa.

"Wah kau kelaparan ya?" tanya Kim.

Dia melihat Raina sangat lapar, bahkan lebih kelaparan dari sebelumnya.

"Iya sayang, kau memasak makanan ini menjadi sangat istimewa. Terima kasih ya?"

Raina tersenyum manis, ia segera meminta calon suaminya untuk pulang, sedangkan dia mau ke kamar mandi.

"Lah, kenapa kau sangat senang membuatku gemas. Ya sudah, terserah kau saja."

"Wah, kau marah?"

"Tidak."

"Ya sudah, hati-hati dia jalan ya. Maaf, aku gak tahan lagi."

"Ya, tuntaskan saja."

Kim keluar dari kamar itu dan segera berjalan ke arah dapur. Calon ibu mertua, tiba-tiba saja meminta piring yang dibawa oleh Kim.

"Kau pulang saja, besok datang lagi," pinta nyonya Mery.

"Baiklah, aku juga sudah berpamitan dengan kekasihku, tetapi dia justru sedang ada panggilan alam. Sudah merasa kenyang, langsung setor," ujar Kim yang tidak habis pikir dengan si kekasih, selalu saja membuatnya tersenyum.

"Haha, dia memang memiliki kebiasaan yang aneh, jadi kau harus lebih memahaminya. Dia anak yang baik, kau jaga dia ya Kim," pinta nyonya Mery. Sang ibu terlihat berkaca-kaca matanya sebab sangat terharu.

Raina akan mendapatkan calon suami yang sangat baik.

Tugasnya sebagai seorang ibu, akan berhenti setelah pernikahan sang anak tercinta.

"Baik ibu, kau tidak perlu merasa cemas dengan keadaan Raina. Dia akan bahagia bersamaku."

"Ya, baiklah. Aku ikuti apa yang kau katakan, kau adalah anak yang baik, tidak mudah untukmu memberikan luka kepada anakku."

Nyonya Mery sudah memberikan kepercayaannya, Kim merasa tenang, dia pulang ke rumah dengan penuh percaya diri.

.

.

.

Sepanjang perjalanan, Kim merasa senang. Dia akan mendapatkan satu hal yang sangat diinginkan sejak awal pencarian cintanya.

"Wah, aku harus mengatakan kepada ayah dan ibuku, karena aku tidak mau mereka berdua selalu menjodohkan aku dengan Jie Eun."

Pemikiran ini cukup masuk akal, sebab selama ini tidak ada hal yang bisa dilakukan olehnya, selain diam dan menerima.

Ia melakukan panggilan kepada nomor ibunya.

"Halo ibu, aku ada kabar baik," ucap Kim.

Suaranya sangat riang, penuh dengan kebahagiaan.

"Aku selalu tahu apa yang kau pikirkan, apakah ada hal menyenangkan?" tanya sang ibu.

"ibu, aku akan menikah dengan gadis pilihanku," jawab Kim.

"Aku hanya ingin kau menikah dengan Jie Eun, bukan yang lain."

Sang ibu ternyata masih saja keras kepala dengan pilihannya. Sedangkan sang anak begitu kokoh dengan keputusannya.

"Jika ibu tidak setuju, aku akan menjadi orang membangkang."

"Siapa gadis itu?"

"Besok ibu datang ke restoran milikku, aku akan mengenalkannya."

"Ya, aku akan melihat gadis yang membuatmu menjadi pembangkang."

Panggilan dari sang putra, langsung ditutup. Kim menabuh genderang perang dengan ibunya.

.

.

.

Sesampainya di rumah ...

Mobil Kim telah terparkir di depan rumahnya, JY terpantau belum tidur.

"Akhirnya kau pulang juga, aku sudah menunggumu sangat lama," ucap JY kesal.

Sang teman turun dari mobil dan menghampiri JY yang sedang marah.

"Hey, apa kau merasa hidup ini hanya akan aku habiskan denganmu?" jawab Kim membalikkan fakta, rasanya begitu mengesalkan.

"Aku makan es krim, kau marah tidak?" cetus JY.

"Itu adalah hakmu, aku baru saja makan nasi kebuli dan gulai kambing ala Kim."

"Yah, kau masak dimana? rumah kekasihmu?"

"Tentu saja, kau akan kalah jauh denganku. Haha."

"Hm, aku juga memiliki seorang kekasih, hanya saja malas aku ceritakan kepadamu."

JY hanya tidak mau kalah, jadi mengatakan saja seperti itu.

"Ya, kau sangat berbohong. Begitu kerasnya berbohong hingga aku lupa kapan kau berkata jujur."

"Haha, aku tahu kau memahami kebohonganku."

"Haha."

Seketika wajah Kim berubah murung. DIa teringat akan kata-kata ibunya yang tidak mau memiliki menantu dari kalangan orang biasa.

"Ada apa?" tanya JY. Dia meminta sang teman untuk duduk di teras bersamanya.

Keduanya duduk bersama.

Kim memberikan informasi mengenai sang ibu yang masih kokoh dengan keputusannya, menikahkan sang putra dengan Jie Eun. Padahal Kim tidak suka dengan gadis itu, semuanya tidak ada yang membuatnya tertarik.

Jie Eun memang cantik, tapi tidak ada yang unik darinya. Rasanya ingin berteriak dan melepaskan segalanya beban yang ada di dalam dada.

Dengan mudahnya sang ibu meminta Kim tetap bersama Jie Eun, sedangkan Kim sendiri tidak mau dengan pilihan kedua orang tuanya.

"Kau harus banyak bersabar, kedua orang tuamu pasti memiliki alasan sendiri. Nanti aku akan memberikan keterangan mengenai Raina kepada bibi," jawab JY.

"Kadang kau berguna juga."

*****

1
NSri
good
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!