Di hari pernikahan yang harusnya menjadi hari yang paling membahagiakan. Justru menjadi hari yang paling menyedihkan untuk Laudrea .
Mempelai pria yang sudah menjadi kekasihnya selama 2 tahun ini justru menghilang, seorang Daniel Mahotra itu melarikan diri dari pernikahannya.
Demi menjaga nama baik keluarga. Laudrea terpaksa harus menikah dengan putra pertama dari keluarga Mahotra itu.
Akan seperti apa pernikahan Laudrea dengan Firas Mahotra seorang pria yang dingin dan kaku itu menjadi suami Laudrea tanpa adanya rasa cinta?
~yuk ikuti kisah Laudrea & Firas~
Menikahi Kakak dari Calon Suamiku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.dinart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Berusaha Mengingat.
"Dikunci lagi?" tanya Rea heran saat mencoba membuka pintu kamar yang ia tempati lebih tepatnya kamar milik El.
"Ish apa sebenarnya maksud El dengan semua ini. Aku benar benar tidak mengerti. Kenapa mengurungku layaknya tawanan seperti ini!" Rea terus menggerutu didalam kamar itu.
Dog dog dog..
"Mbak. Mbak Siti!" serunya kemudian.
Ia terus berteriak memanggil manggil pelayan yang beberapa hari ini melayaninya itu.
Hening
Tidak ada jawaban sama sekali. Rea merasa sangat kesal lalu menghempaskan kembali tubuhnya di atas kasur. Menatap langit langit kamarnya sambil memikirkan nasib yang kini menimpa dirinya. Diculik oleh sepupunya sendiri lalu dikurung dikamar. Sama sekali tak bisa dimengerti dengan akal sehat maksud dari sepupunya itu.
Ia kembali terpikir tentang ingatan masa kecilnya yang sama sekali tidak bisa ia ingat. Lalu ia bangkit dari kasurnya dan berjalan mendekati sebuah lemari kaca yang berisi banyak macam macam miniatur salah satunya adalah miniatur sepasang pengantin yang memiliki inisial huruf F & L itu.
Lagi lagi hatinya berdesir saat ia menyentuh miniatur itu. Detak jantungnya begitu memburu seakan ada sesuatu yang hampir saja meloncat dari dalam dadanya. Bayangan seorang anak laki laki dan perempuan itu kembali muncul ketika ia mulai menyentuh benda kecil itu. Ia terus berusaha memecahkan bayangan yang terlihat samar itu sambil terus menahan rasa sakit di kepalanya
Semakin ia berusaha mengingatnya, semakin kepalanya berdenyut nyeri.
"Arrghhhhhhhh!" Rea menggeram kesakitan. Hingga akhirnya ia jatuh pingsan tubuhnya ambruk menghantam lemari kaca hingga menimbulkan bunyi bising didalam kamar itu.
"Nona!" seru pelayan itu seraya menjatuhkan nampan yang berisi makanan yang dibawanya itu.
"Nona apa yang terjadi? Kenapa Nona bisa pingsan begini. Aduh gimana ini," gumamnya sendiri seraya meraih tubuh Rea.
Pelayan itu segera menghubungi Samuel untuk memberitahukan keadaan Rea.
*
*
*
"Bagaimana keadaanya sekarang dokter?" tanya Samuel kepada dokter yang ia panggil untuk memeriksa Rea.
Dokter itu lah yang dulu menangani Rea saat setelah keluar dari rumah sakit. Daniel sengaja memanggilnya untuk memeriksakan keadaan Rea.
"Saya sudah menyuntikan pereda nyeri kepalanya jadi untuk sementara biarkan dia istirahat. Jika boleh saya sarankan jangan terlalu dipaksakan untuk mengingat sesuatu yang telah lama hilang dalam memorinya. Jika terus dipaksakan takutnya akan mempengaruhi kesehatan psikisnya," ucap dokter itu seraya memberikan resep obat kepada Samuel.
"Baik dok. Terima kasih, akan saya patuhi sarannya."
Lalu dokter itu pamit undur diri dan tinggal lah Samuel dan Mbak Mira yang berada di kamar tersebut.
"Apa yang sebenarnya terjadi mbak? Bagaimana Lea bisa sampai pingsan seperti ini?"
"Saya tidak tahu Tuan El. Ketika saya masuk mengantarkan makanan tiba tiba Non Lea sudah tidak sadarkan didepan lemari kaca itu."
"Apa mungkin dia berusaha mencoba mengingatnya saat melihat miniatur pengantin miliknya."
"Saya rasa juga begitu, Tuan El."
"Kasihan kamu Lea. Semua ini salahku jika saja dulu aku tak memaksa meminjam miniatur milikmu. Kamu tidak mungkin menuruni tangga sambil berlari sehingga membuatmu jatuh." Samuel berucap seraya menungkup dan menundukkan wajahnya dengan penuh penyesalan.
Ia sangat menyesali sikapnya dulu yang selalu menjahili sepupunya itu.
Tangan Samuel terulur mengambil miniatur sepasang pengantin dengan F & L yang tak lagi berada di lemari kaca miliknya.
"Firas & Lea," ucap Leon seraya mengusap lembut benda kecil yang berada ditangannya. "Aku sangat tahu kalian begitu saling mencintai satu sama lain. Impian kalian hidup bahagia bersama kini telah terwujud. Hanya saja dalam kondisi dan situasi yang berbeda." lalu meletakan kembali benda itu kedalam lemari kaca yang ia gunakan khusus untuk menyimpan koleksi miniatur miliknya.
Dulu ia begitu iri melihat miniatur sepasang pengantin yang dimiliki oleh sepupunya yang sering disapa dengan nama Lea.
Flash back on.
Gadis berusia sekitar 9 tahun sedang duduk di taman belakang rumahnya dengan memegang sebuah miniatur sepasang pengantin yang bertuliskan inisial huruf F & L.
"Kak Fir, aku sangat merindukanmu. Maafkan aku yang pergi tanpa pamit dengan Kak Fir. Tapi aku janji aku akan selalu mencintai dan juga merindukanmu. Tunggu aku besar ya kak. Aku pasti akan mencarimu . Kita akan menjadi sepasang pengantin seperti yang pernah kak Fir ucapkan saat memberikan miniatur ini padaku."
Gadis kecil itu menundukkan wajahnya sambil mengusap buliran bening yang mulai mengalir.
"Masih kecil juga udah mikirin jadi pengantin. Sekolah dulu sukses dulu baru mikirin pernikahan," ejeknya pada sang gadis kecil.
"Yee, siapa juga mau menikah dari kecil. Aku kan bilang jika besar nanti."
"Ya ya, aku bercanda. Miniatur itu keren sekali," ucapnya seraya merebutnya dari tangan Lea.
"Awas El, hati hati megangnya nanti pecah!" seru Lea.
"Kalo pecah ya tinggal beli lagi."
"Mana bisa begitu itu unlimited edition hanya aku yang punya. Itu dipesan khusus oleh Fir untukku."
"Untuk apa dia memberikan ini padamu. Paling juga dia udah melupakanmu sekarang ini kalian kan sudah lama tidak bertemu."
"Tidak! Itu tidak mungkin. Kak Fir bilang ini adalah bukti kalo aku adalah orang yang akan selamanya menjadi bagian hidupnya belahan jiwanya dan separuh hidupnya."
"Fir juga bilang jika suatu saat kami berpisah benda ini adalah satu satunya pengikat diantara kami. Berikan padaku El,,,, itu milikku," rengeknya pada El seraya menghentak hentakan kakinya di atas tanah yang ditumbuhi rumput hias yang begitu hijau.
"Pinjem sebentar saja, pelit amat!" ucapnya seraya berjalan memasuki rumah dan membawa miniatur milik Rea.
Lea pun berjalan mengekor dibelakang El sambil terus menggerutu karna miniatur itu berada ditangan El.
Namu saat El mulai menuruni anak tangga dari arah taman miniatur ditangannya itu terlepas dari genggamannya karna kakinya terpeleset. Lea yang melihat miniatur itu melayang di udara dengan cepat ia berlari untuk menangkap miniatur miliknya tanpa mempedulikan jika dirinya sedang berada di tangga. Saat tangannya berhasil meraih miniatur miliknya tiba tiba kakinya terpeleset lalu terjatuh dan tubuhnya berguling ke bawah tangga dengan tangannya menggenggam erat miniatur miliknya. Kepalanya membentur lantai dan berdarah lalu tak sadarkan diri. Tapi benda kesayangan miliknya itu utuh sempurna didalam genggamannya.
"Lea!" teriakan El menggelegar di teras belakng rumahnya.
Semua orang yang sedang berkumpul di dalan rumah itu menghambur keluar dilihat kepala tubuh Lea yang terbaring meringkuk dengan kepala penuh darah.
Dan saat Lea membuka mata ia sudah berada di sebuah kamar rumah sakit. Ditatapnya satu persatu orang yang berada disampingnya dengan tatapan aneh.
"Kalian siapa?"
Kedua orang tua Lea langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi anaknya. Saat itulah mereka mengetahui jika Lea mengalami amnesia yang cukup parah dan kemungkinan untuk mengingat kembali itu sangat kecil.
"Kami orang tuamu sayang. Apa kamu ingat siapa namamu?" tanya sang mama.
Lea menggelengkan kepalanya lalu menatap El.
"Dia sepupumu namanya Samuel. Kamu biasa memanggilnya El. Dan kamu sendiri bernama Laudrea Andara, biasa dipanggil... ."
"Rea , panggil aku Rea saja ," ucapnya sambil nyengir karna telah memotong pembicaraan sang mama.
"Ya baiklah, jika itu yang kamu inginkan."
"Lea," lirih El seraya mendekat kearahnya.
"Panggil aku Rea El," rengeknya pada El.
"Maaf. Aku lupa." El berkata sambil menyerahkan miniatur milik Lea.
Rea menatap aneh pada miniatur itu. lalu meletakanya di atas meja yang berada di samping tempat tidurnya.
Dan setelah peristiwa itu terjadi Rea sama sekali tak mengingat masa kecilnya. Semua memori ingatannya saat dia kecil telah hilang begitupun tentang sosok Firas yang begitu sangat dicintainya.
Flash back off.
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘