ANAK GENIUSKU

Lee Ryder masih terdiam berbaring di atas lantai dengan memeluk Margot Evans yang berada di atasnya.

''Sepertinya tubuhku ini sangat nyaman sekali untuk ditiduri tepatnya sebagai alas tidur...'', ucap Lee Ryder.

Margot Evans membelalak kaget ketika mendengar ucapan Lee Ryder.

Tergesa-gesa gadis muda itu bangun dari tubuh Lee Ryder tetapi dengan cepat ditangkapnya kedua tangan Margot oleh Lee Ryder.

''Kamu mau kemana ?'', tanya Lee Ryder.

Menatap Margot Evans dengan tatapan lembutnya.

Margot tidak menjawab pertanyaan Lee Ryder dan hanya berusaha melepaskan tangannya dari pegangan tangan Lee Ryder.

''Jawab aku !'', kata Lee Ryder.

''Aku mau tidur ! Tidak bolehkah aku beristirahat sejenak ?'', sahut Margot berkaca-kaca.

''Tidur ?'', ucap Lee Ryder pelan.

''Iya ! Lalu apa ada pekerjaan tambahan lainnya untukku malam ini ?'', kata Margot.

''Pekerjaan tambahan..., pekerjaan lainnya !?'', ucap Lee Ryder lirih.

Otak Lee Ryder seakan-akan berputar sangat cepat memikirkan perkataan dari Margot yang tidak biasa.

Lee Ryder mulai menangkap sesuatu pada Margot bahwa gadis muda itu hanya menganggap sikapnya sebagai bentuk dari pekerjaan atas bayaran yang di terima oleh gadis itu.

''Tidak ada pekerjaan tambahan, mengerti'', sahut Lee Ryder.

''Kalau begitu sekarang aku boleh pergi'', kata Margot Evans.

''Pergi !? Kemana !?'', tanya Lee Ryder.

''Kemana ? Apa perlu aku jelaskan ? Aku ingin tidur, sudah larut malam'', jawab Margot Evans.

''Bersamaku...'', lanjut Lee Ryder.

''Tidak akan, tidak akan pernah ! Kamu paham !?'', kata Margot berontak pelan, melepaskan cengkraman tangan Lee Ryder dari tangannya.

''Tidak akan bagaimana ? Tidak akan pernah bagaimana ? Kau milikku sekarang !'', sahut Lee Ryder.

Lee Ryder menarik tangan Margot Evans hingga gadis itu terjerembab jatuh ke dalam pelukannya lagi.

''Ehk !?'', pekik Margot tertahan.

''Jangan memberiku jawaban yang tidak aku mengerti maknanya, dan aku harap kamu menyadari sesuatu sekarang ini'', kata Lee Ryder.

''Apa ? Apa yang harus aku mengerti darimu ?'', tanya Margot Evans.

''Kau milikku ! Wanita milikku ! Bukan hanya sekedar cinta sesaat atau hubungan yang tidak aku pahami maknanya !'', kata Lee Ryder.

Lee Ryder menarik dagu Margot Evans sehingga dia menengadah ke arah pria tampan itu.

''Aku telah katakan padamu bahwa kamu adalah milikku, Margot !'', ucap Lee Ryder.

Margot hanya terdiam menatap Lee Ryder tanpa kata-kata yang terucap.

''Sekali lagi aku tekankan padamu, aku tidak menginginkanmu karena uang itu tapi aku benar-benar jatuh cinta padamu'', ucap Lee Ryder.

''Jatuh cinta ?'', gumam Margot.

''Iya, aku jatuh cinta padamu ! Apa itu tidak lebih dari cukup untuk menjelaskannya ? Aku mencintaimu ! Paham !'', kata Lee Ryder.

''Kau hanya bercanda denganku dan kamu tidak sungguh-sungguh mengatakannya'', sahut Margot.

Margot berusaha bangkit dari atas badan Lee Ryder tetapi sekali lagi pria itu mampu menahannya kuat.

''Lepaskan aku Lee Ryder !", pekik Margot Evans.

"Tidak...", sahut Lee Ryder.

"Besok aku sekolah ! Lepaskan aku !", jerit Margot meronta-ronta keras.

''Jangan melawanku, Margot... Aku mohon padamu !'', kata Lee Ryder.

''Tidak ! Aku tidak akan menurutimu ! Lepaskan aku !'', teriak Margot.

''Margot ! Aku mohon ! Berhentilah bergerak-gerak !'', kata Lee Ryder.

''Lepaskan aku ! Dan tidak kataku !'', sahut Margot.

''Tuhan...'', gumam Lee Ryder.

Tatapan Lee Ryder berubah sendu ketika Margot berusaha bangun dari atas tubuhnya yang terbaring di atas lantai.

"Dia membuatku tidak mampu menahannya jika dia terus bergerak seperti ini, aku sendiri tidak menjamin dia akan selamat dariku..."

Lee Ryder masih memegangi kedua tangan Margot dengan erat.

Jujur dalam hatinya dia tidak mampu menahan gejolak isi dihatinya saat melihat gadis cantik itu bergerak-gerak di atas tubuhnya.

"Apa yang dia lakukan ?"

Batin Lee Ryder seraya menahan kedua tangan gadis itu yang meronta kuat.

''Lepaskan aku !'', teriak Margot.

Gadis itu menarik keras kedua tangannya dari pegangan tangan Lee Ryder seraya mencoba berdiri.

Margot Evans berhasil melepaskan pegangan tangan Lee Ryder dan mencoba menjauh.

''Margot !'', panggil Lee Ryder.

Lee Ryder beranjak dari atas lantai, berusaha mengejar Margot Evans yang berlari menuju ke kamarnya.

Margot membuka pintu kamar tetapi saat dia hendak melangkah masuk tiba-tiba dari arah belakang Lee Ryder kembali menahannya dengan menutup pintu masuk.

''Tunggu Margot !'', bisik Lee Ryder.

''Lepaskan aku ! Aku akan terlambat ke sekolah besok !'', kata Margot.

''Tidak, tidak ! Dengarkan aku !'', ucap Lee Ryder.

''Apa yang harus aku dengarkan lagi ? Aku mau tidur, Lee Ryder !'', sahut Margot Evans.

''Beri aku kesempatan untuk bersamamu dan biarkan aku menemanimu malam ini, Margot'', kata Lee Ryder.

''Tidak ! Tidak kataku !'', sahut Margot.

Margot berusaha keras mendorong pintu kamarnya yang ditahan oleh Lee Ryder agar dirinya tidak dapat masuk ke dalam kamarnya.

BRAK !

Pintu kamar terbuka lebar sehingga memaksa keduanya masuk ke dalam kamar.

Margot hampir jatuh ketika masuk ke kamarnya sedangkan Lee Ryder menahan tubuhnya yang terdorong dengan kedua tangannya berpegangan pada daun pintu.

Gadis muda itu berbalik lalu berlari cepat menutup pintu kamarnya.

''T--tunggu ! T--tunggu ! Tunggu !'', kata Lee Ryder.

Lee Ryder menahan daun pintu kamar yang setengah tertutup oleh Margot Evans.

''Tidurlah Lee Ryder !'', ucap Margot.

''Margot ! Margot Evans !'', panggil Lee Ryder.

BRAK !

Pintu tertutup keras dari dalam.

Lee Ryder berdiri termenung dihadapan pintu kamar sambil bergumam pelan.

''Apa yang dia lakukan ?''

Pria berambut perak itu menyisir rambutnya ke arah belakang dengan kedua tangannya seraya mendesis kesal.

''Aku tidak akan menyerah padamu, Margot'', kata Lee Ryder.

Didalam kamar tidur terlihat Margot melangkah pelan menuju tempat tidurnya dengan ekspresi kebingungan.

Dia naik ke atas ranjang setelah melepaskan gaun tidurnya seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

''Hufh...'', hela nafasnya pelan.

Membaringkan kepalanya di atas bantal senyaman mungkin.

Suasana kamar yang gelap membuat rasa kantuk yang menyerang Margot Evans semakin bertambah kuat.

Dipejamkannya kedua matanya yang mulai berat kemudian dia terlelap tidur.

Terdengar hembusan nafas gadis cantik itu ketika dia tidur nyenyak di atas ranjangnya yang nyaman.

KRIEET...

Salah satu dinding yang ada di dalam ruang kamar tiba-tiba bergeser pelan lalu muncul sosok seseorang dari balik dinding yang terbuka itu.

Seperti seorang pria tengah berjalan mendekati ranjang dimana Margot Evans berbaring pulas.

Sosok pria itu lalu naik perlahan-lahan ke sisi Margot Evans yang tidur.

''Ya Ampun ! Dia...'', ucapnya berbisik.

Saat dirinya ikut berbaring disamping Margot Evans yang terlelap.

Selimut yang menutupi tubuh Margot turun sehingga menampakkan sebagian tubuhnya yang polos tanpa mengenakan sehelai kain.

''Dia tidur dengan cara seperti ini !?'', bisik pria itu terperanjat kaget.

Pria itu lalu merapatkan tubuhnya hingga menempel erat di tubuh Margot Evans yang terbuka polos hanya mengenakan bagian bawah pakaian dalam.

''Apa dia sengaja membuat serigala buas menerkamnya tanpa dia sadari ?'', ucap pria itu seraya memeluk tubuh Margot.

Ditariknya selimut yang tersingkap itu lalu ditutupnya tubuh mereka berdua rapat-rapat.

Didekapnya Margot Evans yang terlelap nyenyak tanpa dia sadari seseorang tengah tidur bersamanya malam itu.

Jam dikamar terdengar berdetak pelan saat malam yang larut itu.

Margot Evans masih tidur dengan nyenyaknya dalam pelukan seorang pria.

Pagi mulai menjelang esok harinya.

Margot menggeliat pelan di atas tempat tidurnya sedangkan dirinya masih nyaman bersandar dalam pelukan seseorang.

Dia membuka perlahan-lahan kedua matanya seraya memicingkannya.

Margot melihat dia sedang bersandar di dalam pelukan seorang pria.

''Hah !?'', kagetnya seraya mendongakkan kepalanya.

Dilihatnya Lee Ryder tengah tidur bersamanya sedangkan dirinya berada dalam dekapan pria tampan itu.