Baron sudah muak dan mual menjadi asisten ayah kandungnya sendiri yang seorang psikopat. Baron berhasil menjatuhkan ayahnya di sebuah tebing dan berhasil melarikan diri. Di tengah jalan Baron tertabrak mobil dan bangun di rumah baru yang bersih dan wangi. Baron mendapatkan nama keluarga baru. Dari Baron Lewis menjadi Baron Smith. Sepuluh tahun kemudian, Baron yang sudah menjadi mahasiswa hukum kembali dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yg dulu sering dilakukan oleh ayah kandungnya. Membunuh gadis-gadis berzodiak Cancer. Benarkah pelaku pembunuhan berantai itu adalah ayah kandungnya Baron? Sementara itu Jenar Ayu tengah kalang kabut mencari pembunuh putrinya yang bernama Kalia dan putri Jenar Ayu yang satunya lagi yang bernama Kama, nekat bertindak sendiri mencari siapa pembunuh saudari kembarnya. Lalu apa yang terjadi kala Baron dipertemukan dengan si kembar cantik itu, Kama dan Kalia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Biggest Zodiac Cancer
Kama membuka matanya dan seketika mendengus kesal, "Tzk! Aku benci rumah sakit? Ouch!" Kama menoleh kaget ke tangan kanannya yang diinfus.
Suara Kama membuat Baron langsung berlari mendekati ranjangnya Kama sambil berkata, "Jangan banyak gerak, Kam!"
"Kenapa kamu ada di sini? Mamaku nggak ada di sini? Kita hanya berdua di sini? Apa yang kamu lakukan di sini?" Wajah Kama tampak panik bercampur waspada.
Baron menghela napas panjang dan setelah meraup wajahnya kasar dia berkata, "Astaga, Kam? Aku sampai nggak bisa napas lihat kamu nanya terus. Mama kamu sedari kemarin......"
Kama sontak mengangkat kedua alisnya ke atas, "Kemarin? Itu berarti aku ada di sini sejak......."
Baron bergegas memotong ucapannya Kama sebelum cewek cantik di depannya itu nyerocos lagi tanpa henti, "Kamu kemarin pingsan. Mama kamu terus mendampingi kamu dan pas aku datang siang tadi, Mama kamu nitipin kamu ke aku karena Mama kamu ada urusan penting. Nanti sore Mama kamu ke sini lagi. Ada Pak Damian juga, tuh. Kita nggak berdua aja di sini"
Kama menghela napas lega dan langsung melotot ke Baron saat cowok itu nyeletuk, "Apa kamu ingin kita berduaan saja di sini?"
"Baron!" Kama mendelik ke Baron.
Damian maju ke depan lalu berkata, "Lain kali saya tidak akan menuruti perintah Anda lagi, Nona. Saya tidak akan pernah melepaskan Anda pergi sendirian bersama bocah ini" Damian melirik Baron dengan kesal.
Baron langsung menghadapkan tubuhnya ke Damian dan berkata, "Bukan saya yang bikin Kama pingsan. Kama pingsan sendiri, Pak"
Damian hanya mendengus kesal lalu kembali ke sofa.
Baron menatap Kama, "Aku bawa kue yang kamu beli di kantin kampus kemarin, tapi kue ini lebih enak karena aku membawanya dari kafe milik Papaku"
"Hmm" Sahut Kama acuh tak acuh.
"Kok cuma hmm? Mau makan tidak? Aku akan ambilkan"
Alih-alih merespons ucapannya Baron, Kama justru duduk tegang dan menatap Baron dengan tatapan panik, "Apakah di apartemen kemarin ada jasad wanita?"
Baron menghembuskan napas dengan kasar lalu berkata, "Kam, bener-bener kamu ini ya, aku bahasnya kue, kamu malah nanya jasad"
"Ada nggak, Ron!" Kama mendelik ke Baron.
"Ada dan bener kata kamu, ada tanda zodiak cancer di keningnya" Ucapan Baron dibarengi bunyi pintu kamar yang dibuka kasar.
Kama dan Baron menoleh kaget ke arah pintu.
Damian langsung bangkit berdiri dan menarik lengan cewek cantik yang melangkah masuk tanpa permisi. "Kamu siapa, hah?!" Tanya Damian saat cewek cantik itu melotot ke arahnya.
"Lepaskan dia, Pak Damian. Dia temanku" Ucap Kama.
Baron hanya diam membisu dan melipat tangan di depan dada tegapnya, tapi matanya menyipit dan bibirnya merapat keras tanda kalau dia tidak menyukai kedatangan cewek cantik itu.
Di saat Damian melepaskan lengan cewek cantik yang masuk ke dalam kamar rawat inapnya Kama tanpa permisi itu, cewek itu langsung melangkah lebar ke ranjangnya dengan kata-kata makian, "B*tch! D*mn B*tch!"
Damian dan Baron sontak berteriak bersamaan ke cewek cantik itu, "Jaga mulut kamu!"
"Kenapa aku harus jaga mulut aku untuk membunuh macam dia, hah?!"
"Pembunuh?" Baron, Kama, dan Damian mengucapkan kata itu secara bersamaan dengan nada suara mengambang di udara.
Rose menunjuk Kama dengan tatapan penuh kebencian, "Ya! Dia itu pembunuh! Belum cukup kamu merenggut Bernard dariku, hah?! Kau juga merenggut nyawa kakakku!" Rose kemudian meneteskan airmata.
Saat Rose hendak mendekati Kama, Baron memasang badan melindungi Kama sambil berkata, "Jangan sentuh Kama! Kama bukan pembunuhnya"
"Dia ada di sana, Ron! Dia ada di apartemen kakakku!" Teriak Rose histeris.
"Aku juga ada di sana" Baron membentak Rose.
Rose membeliak kaget lalu menoleh dengan cepat ke belakang saat ada suara, "Pembunuh kakak kamu adalah si pemburu zodiak cancer"
Detektif Akira berdiri di samping Rose dan melanjutkan ucapannya sebelum gadis yang ada di sebelahnya menyemburkan protes.
Akira berkata dengan suara dalam dan tatapan matanya terlihat sangat serius. "Dia bukan Kama. Pembunuh kakak kamu bukan Kama. Pembunuhnya laki-laki dan sidik jari yang ditemukan di sekitar TKP tidak ada sidik jarinya Kama. Hanya ada sidik jari kakak kamu"
Baron menyahut kesal, "See! Jadi, jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Kamu bisa dituntut dengan hukuman yang sangat berat untuk pencemaran nama baik. Kamu pasti tahu itu karena kamu kuliah hukum"
Rose langsung jatuh bersimpuh di lantai kamar rawat inapnya Kama dan menunduk lalu menangis sesenggukan di sana.
"Jangan nangis! Minta maaf sama Kama sekarang juga! Bentak Baron.
Kama menyentuh lengan Baron dan saat Baron menoleh ke Kama, Kama menggelengkan kepala dan berkata, "Biarkan dia menangis sampai puas dulu"
...♥️♥️♥️♥️...
Si pemburu zodiak cancer tertawa puas di dalam pesawat. Dia puas dengan keributan yang dia tinggalkan sementara dia saat ini sedang pergi menuju ke buruan terbesarnya. The biggest zodiac cancer di matanya. Siapakah itu? The biggest zodiac cancer itu? Dia adalah Antares Altair, suaminya Jenar Ayu. Ya, si pemburu zodiak cancer terbang ke Indonesia dengan seenak jidatnya karena dia ingin membunuh suaminya Jenar Ayu, karena selain Antares Altair berzodiak Cancer, dia juga suaminya Jenar Ayu.
"Dia harus mati barulah aku bisa memiliki Jenar Ayu untuk diriku sendiri" Gumam si pemburu zodiak Cancer dengan seringai lebarnya.
Seorang pramugari yang cantik dan seksi berhenti di depan kursi kelas VIP yang diduduki oleh si pemburu zodiak cancer. "Anda ingin minum apa, Tuan?" Pramugari cantik dan seksi itu memberikan senyum manisnya untuk pria matang, berkacamata, berwajah lembut dan sangat tampan yang ada di depannya.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu dan menatapku terus?" Si pemburu zodiak Cancer mendengus kesal.
Pramugari cantik dan seksi itu mengerjap kaget dan spontan menyemburkan, "Karena Anda sangat tampan"
"Apa?!" Si pemburu zodiak Cancer mengerutkan kening tanda dia tidak menyukai pujian lancang itu.
Pramugari cantik dan seksi itu kembali mengerjap kaget lalu buru-buru berkata, "Maafkan saya, Tuan"
"Apa zodiak kamu?" Tanya si pemburu zodiak cancer dengan wajah datar dan tenang.
Pramugari cantik dan seksi itu mengusap tengkuknya dan berkata dengan senyum malu-malu, "Zodiak saya Gemini, Tuan"
"Karena kita zodiaknya sama, aku maafkan kelancangan kamu tadi. Berikan kopi dan sandwich itu" Si pemburu zodiak cancer menunjuk dagu ke cup kecil berisi kopi lalu ke sandwich yang dikemas menarik.
"Ini kopi dan sandwich Anda, Tuan. Sa......saya permisi dan sekali lagi maafkan saya" Pramugari cantik dan seksi itu bergegas melangkah menuju ke kursi selanjutnya sambil membatin, dia tidak hanya tampan, sangat tampan malah. Dia juga memiliki mata cokelat yang sangat indah dan mata itu bermagnet. Setiap wanita pasti ingin selalu menatap mata cokelat itu.