Ruby baru saja bercerai dari suaminya, dan dia memutuskan untuk menghibur diri bersama kedua sahabatnya di sebuah bar.
Tapi sebuah kejadian konyol di dalam toilet bar mempertemukan Ruby dengan Dinan dan lelaki tampan itu meminta pertanggungjawaban Ruby. Tak ingin terlibat masalah, Ruby pun memilih untuk kabur dari Dinan.
Seminggu kemudian mereka bertemu lagi, dan sialnya ternyata Dinan adalah CEO di perusahaan tempat Ruby bekerja. Namun Dinan terlihat seperti tidak mengingat Ruby.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nantikan kisah seru mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25.
Langit kini berwarna jingga sebab mentari sudah mulai turun ke peraduan, kawanan burung camar tampak berlalu lalang di langit sore. Ruby dan Dinan pun kembali ke kamar hotel setelah bos tampan itu selesai makan.
“Oh iya, saya lupa memberikan kabar baik ini kepada Hanan.” Dinan merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya, tapi rupanya benda pipih berlogo apel tergigit itu dalam keadaan mati.
“Cckk, pasti habis baterai.” Gerutu Dinan.
Ruby yang mendengar Dinan menggerutu langsung menyahutnya. “Harusnya pastikan baterai ponsel selalu terisi penuh kalau mau bepergian, Mas.”
Dinan sontak melotot ke arah Ruby. “Jadi maksud kamu saya ceroboh?”
“Saya tidak bilang begitu, saya hanya mengingatkan saja.” Sanggah Ruby.
“Ini semua gara-gara kamu!”
“Loh, kok gara-gara saya, Mas?”
“Iya lah, saya sibuk mencari dan menunggu kamu, sampai saya lupa mengisi baterai ponsel.” Kilah Dinan.
Ruby memutar bola matanya dengan malas lalu mengomel dalam hati. “Alasan! Bilang saja memang ceroboh!”
Sebenarnya Dinan kalah malu karena sudah ceroboh. Tadi dia memarahi Ruby karena hal ini, tapi sekarang dia juga melakukan hal yang sama.
“Ya sudahlah, saya mau mandi dulu.” Dinan bergegas masuk ke kamar mandi.
Ruby hanya geleng-geleng kepala melihat atasannya itu. Sembari menunggu Dinan mandi, Ruby pun bermain ponsel. Dia mengirimkan pesan kepada Safira dan menceritakan kerja sama dengan Made Kris, dia juga membalas pesan teman-temannya di grup chat yang menanyakan kabarnya.
Dan tiba-tiba Sinta melakukan panggilan video, Ruby bergegas menjawabnya.
“Halo, Sin.” Sapa Ruby.
“Hai, By.”
Ruby terkejut karena ternyata Sinta sedang bersama Jojo di salah satu kafe.
“Loh, kalian lagi bareng?”
“Iya, By. Soalnya Jojo katanya mau traktir.”
“Wah, lagi banyak duit kayaknya ini, Jo?” Ruby meledek Jojo.
“Baru dapat warisan dia, By.”
“Warisan nenek moyang.”
Mereka bertiga pun tertawa bersama. Namun mendadak tawa Jojo juga Sinta hilang, mata keduanya melotot dan mulutnya ternganga.
“By, kamu sama Pak Bos ....”
“Ada apa?” Tanya Ruby yang bingung melihat ekspresi wajah tegang teman-temannya itu.
“Kamu tidak mandi?” Tiba-tiba suara bariton milik Dinan menyerbu indra pendengaran Ruby.
Ruby sontak berbalik dan terkejut saat melihat Dinan sudah berdiri di belakangnya dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang.
Mata Ruby membulat sempurna, dia berulang kali menelan ludah melihat dada bidang, otot kekar dan juga perut rata milik Dinan. Belum lagi rambutnya yang basah, membuat Bosnya itu semakin terlihat tampan dan seksi. Seketika darah Ruby berdesir dan jantungnya berdebar kencang.
“Ya ampun, ganteng banget!” Batin Ruby takjub.
“Kamu kenapa?”
Pertanyaan Dinan itu membuyarkan lamunan Ruby, dia buru-buru memalingkan wajahnya yang seketika memerah. Dia juga langsung mematikan panggilan video dari Sinta yang masih menyala.
“Ke-kenapa Mas tidak pakai baju?” Ruby mulai gugup.
“Ini saya mau ambil baju, kan kopernya ada di sana.” Dinan menunjuk koper yang terletak di dekat Ruby.
Ruby melirik koper itu.
“Kamu kenapa? Kok wajahnya merah begitu.” Ledek Dinan.
“Ti-tidak apa-apa, kok.” Bantah Ruby.
Melihat tingkah Ruby itu, Dinan jadi mendapatkan ide untuk menggodanya.
Dengan perlahan Dinan melangkah mendekati Ruby, membuat janda cantik itu semakin gugup dan salah tingkah.
“Ma-Mas mau apa? Jangan macam-macam!” Ruby beringsut sambil memejamkan matanya.
“Saya mau ambil pakaian.” Dinan membuka resleting kopernya yang berada di dekat Ruby.
Kini dada bidang Dinan hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Ruby, wanita itu dapat mencium aroma sabun yang begitu menyegarkan dari tubuh sang atasan.
Setelah mengambil apa yang dia butuh kan, Dinan pun menjauh dari asisten pribadinya itu.
“Saya tidak akan macam-macam, jangan takut!”
Ruby seketika merasa sangat malu, wajahnya semakin merah padam.
“Ma-maaf, Mas. Saya hanya ... anu ... itu ....” Karena gugup bercampur malu, Ruby sampai tidak bisa berkata apa-apa.
Dinan berusaha mati-matian menahan tawa melihat tingkah Ruby.
“Sudah sana mandi! Setelah ini saya akan ajak kamu mencari makanan.” Pinta Dinan seraya mengulum senyum.
“I-iya, Mas.” Ruby segera beranjak dan berjalan ke kamar mandi tanpa sedikit pun melihat ke arah Dinan.
Dinan akhirnya tertawa sambil geleng-geleng kepala saat janda cantik itu sudah menghilang di balik pintu kamar mandi.
“Dia benar-benar menggemaskan kalau malu-malu begitu.” Gumam Dinan.
Di dalam kamar mandi, Ruby tak henti-hentinya merutuki dirinya sendiri.
“Aduh Ruby! Buat malu saja!”
“Bisa-bisanya aku berpikir dia akan macam-macam, kepedean banget, sih.”
Tak ingin membuat Bosnya menunggu lama, Ruby pun bergegas membuka pakaiannya lalu mandi.
Beberapa saat kemudian Ruby keluar dengan hanya menggunakan kimono handuk, karena saking gugupnya tadi, dia sampai lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi.
Sebenarnya Ruby sangat malu dan canggung, tapi dia terpaksa harus keluar dalam keadaan seperti ini, karena tidak mungkin meminta Dinan mengambilkan pakaiannya.
Sementara Dinan yang sedang menghubungi Hanan hanya melirik sekilas ke arah Ruby, kemudian mengalihkan pandangannya.
Setelah mengambil pakaiannya, Ruby pun buru-buru kembali masuk ke dalam kamar mandi.
💘💘💘