Akan Kurebut Cinta Suamimu

Memori di kepala Tamara sejenak berputar kembali ke masa dia masih duduk di bangku kuliah.

Di kampusnya, Tamara dulu adalah seorang idola. Kecerdasan serta kecantikannya, mampu membuat banyak teman-teman sesama mahasiswa, tertarik untuk mendekati dan mendapatkan hatinya, termasuk juga Hansel.

Dengan berbagai upaya, Hansel selalu berusaha menarik perhatian Tamara. Namun, ketika itu Tamara sudah menjalin hubungan dengan Pandu, sosok pria dengan kepribadian tenang, dewasa, mapan dan sangat perhatian.

Hansel, semasa kuliahnya hanyalah seorang pria biasa yang terlahir dari latar belakang keluarga sederhana. Akan tetapi, dia memiliki ambisi yang sangat besar. Dengan ketampanan dan juga pesona yang dimilikinya, dia bisa dengan mudah meluluhkan hati banyak gadis-gadis, terutama anak-anak dari orang-orang kaya di kampusnya. Meskipun demikian, Hansel tidak mudah untuk bisa mendekati Tamara, karena saat itu hanya ada nama Pandu yang terpatri di dalam hati Tamara.

Penolakan Tamara juga tidak serta merta membuat Hans jera ataupun sakit hati. Perasaan yang tidak terbalas oleh wanita pujaan hatinya itu, justru membuat Hans semakin terobsesi mengubah hidupnya dan menjadi pria terpandang serta kaya raya, meski dengan cara apapun.

Dengan daya tarik dan tutur bicaranya yang sangat manis, pada akhirnya Hans mampu memikat hati putri semata wayang dari seorang konglomerat ternama di kota itu.

Sisca Martina Hardianto, seorang gadis yang secara fisik sangat jauh berbeda dari Tamara. Sisca hanyalah seorang remaja introvert yang sangat manja dan pemalu. Tentu saja, gadis itu juga sangat kurang percaya diri dengan tubuhnya yang gempal, rambut keriting, kacamata tebal serta wajah dipenuhi jerawat.

Kendati terlahir sebagai seorang putri di keluarga nan bergelimang harta, Sisca sejatinya tidak suka merawat diri. Dia bukanlah seorang gadis pesolek seperti gadis lain seusianya. Malas bergerak dan suka mengonsumsi fast food, sehingga tubuhnya semakin hari semakin berselimut lemak dan jerawat pun tumbuh subur di kulit wajahnya.

Sungguh fisik yang bisa dikatakan jauh dari kriteria gadis yang diidam-idamkan oleh seorang pria rupawan seperti Hansel Sanjaya. Kecuali, hanya hartanya saja yang sangat memikat bagi Hans.

Karena sifat pemalu yang dimiliki oleh Sisca itu pulalah, Hansel memilih untuk tidak mempublikasikan pernikahannya ke khalayak ramai. Sebagai menantu dan calon pewaris tunggal dari seseorang yang sangat terpandang di kota itu, dia tidak ingin kehidupan pribadinya akan terusik dan ikut menjadi konsumsi publik.

Tamara menelan senyumnya dan menghela nafas dalam. "Kamu jangan menggodaku seperti itu, Hans!" ucapnya lirih, semakin merasa salah tingkah karena Hans terus menatapnya dengan senyuman menggoda.

"Aku tidak sedang menggodamu, Tamara. Harus aku akui kalau kamu dari dulu memang sangat mempesona di mataku. Kamu wanita yang sangat cantik, pintar dan enerjik. Kau sudah membuatku tergila-gila," sanjung Hans lagi dan semakin menggoda sahabat lama yang merupakan gebetannya di masa yang lalu itu.

"Jangan berkata seperti itu lagi, Hans. Nanti aku bisa besar kepala," kelakar Tamara sambil memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Hans.

"Hahaha ... ok!" Hans terkekeh.

"Hmm ... lalu, tujuanmu datang kesini menemuiku untuk apa, Tamara?" tanyanya langsung pada pokok permasalahan.

"Aku ingin membicarakan perihal tender itu, Hans. Sebetulnya, Mr Tim sangat ingin bisa bekerjasama dengan perusahaan ini dan aku sangat berharap, kami bisa memenangkan project ini." Tamara mulai menerangkan tujuannya datang menemui Hans di kantornya hari itu.

"Tender belum berlangsung, tapi Mr Tim sudah mengutusmu datang kesini. Sepertinya dia memang sangat menginginkan project ini," cibir Hans dengan seringai miringnya.

"Karena itu aku datang kesini, Hans. Project ini akan menentukan kelangsungan karirku. Kalau aku tidak bisa memenangkan tender itu, Mr Tim pasti akan kecewa. Dia pasti mengancamku akan menurunkan jabatanku lagi dan lebih parahnya, dia bisa saja memecatku kapan saja yang dia mau." Dengan nada dibuat memelas, Tamara menjelaskan keinginannya dan berharap Hans akan iba kepadanya serta mengabulkan keinginannya.

"Aku satu-satunya orang yang akan menentukan siapa pemenang tender itu nanti!" Hans menepuk dadanya dan semakin memasang wajah angkuh.

"Iya, Hans. Itu sebabnya aku kesini. Aku ingin kamu membantuku dan memberikan kemenangan itu untuk perusahaanku," rayu Tamara.

Sambil memasang senyum manis di bibirnya, Tamara menatap Hans penuh harap. Kalau dulu Hans lah yang selalu memberi senyuman seperti itu kepadanya, kini Tamara berusaha melakukan hal yang sama. Ada keyakinan dalam hatinya kalau kali ini Hans pasti akan luluh karenanya.

"Hmm ... tidak semudah itu, Tamara." Senyum licik tampak mengembang di bibir Hans.

"Please, Hans! Kali ini aku sangat butuh bantuanmu. Aku mohon, tolong berikan project itu kepadaku. Aku bersama team ku janji, akan mengerjakan project itu sebaik mungkin dan aku pastikan kalau aku tidak akan mengecewakanmu." Tamara terus membujuk dengan gaya sok profesionalnya.

"Tentu, Tamara. Aku pasti akan menyerahkan project itu kepada perusahaanmu. Tapi ... " Hans menjeda ucapannya dan kian tersenyum lebar menatap Tamara serta mengedipkan matanya.

"Tapi apa, Hans?" sergah Tamara tidak sabar menunggu jawaban dari Hans.

"Ada syaratnya." Hans kembali memandangi ekspresi wajah memelas Tamara dengan sorot mata yang mulai terlihat nakal.

"Syarat apa, Hans?"

"Aku mau malam ini kamu menemaniku makan malam!"

"Makan malam? Hanya itu, Hans?" Kedua mata Tamara membulat. Dia tidak menyangka, syarat yang diajukan Hans begitu mudah baginya.

"Iya, hanya itu." Dengan singkat Hans menjawab.

"Kalau kamu bersedia ... datang ke restoran ini nanti malam, dan kita akan bertemu disana." Hans menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Tamara. Di layar ponsel itu sudah terbuka sebuah iklan dari aplikasi instagram. Nama serta alamat sebuah restaurant bintang lima yang terkenal sangat mahal dan mewah di kota itu, juga terlihat tercantum disana.

"Hans mengajakku makan malam di restaurant mewah dan berkelas seperti ini?" batin Tamara sangat tertegun dan masih seolah tidak bisa percaya.

Sebuah fine dining yang merupakan bagian dari sebuah hotel bintang lima yang disebutkan Hans, memang tengah viral saat itu. Selain tempat dan pelayanannya yang super mewah, disana juga menyajikan aneka makanan bercita rasa tinggi yang tentu harganya juga tidak tanggung-tanggung mahalnya.

"Ahh, tentu saja aku bersedia, Hans!" seru Tamara, merasa sangat senang dengan tawaran Hans kepadanya tersebut.

"Ok! Kalau begitu, kita akan bertemu di restaurant ini jam tujuh malam. Kita akan bahas tentang tender ini lebih lanjut nanti disana." Hans tersenyum penuh kemenangan. Menyadari kalau Tamara sangat menginginkan project itu, sudah pasti Tamara tidak akan menolak apapun keinginannya.

"Ok, Hans! Aku pasti akan datang!"

Seperti dugaan Hans, Tamara hanya bisa mengangguk setuju. Terlebih, sebelumnya Tamara memang sudah berjanji dalam hatinya akan melakukan apa saja untuk bisa memenangkan tender itu, serta mengembalikan kepercayaan Mr Tim atas kinerjanya.