Setelah kepalanya terbentur tiang listrik saat pulang sekolah. Rizaldi Fatah, seorang kutu buku dan penyuka permainan sepakbola, mendapatkan sebuah sistem yang bisa membuatnya menjadi seorang pemain bola yang hebat.
Hari-hari yang ia jalani mulai berubah setelah mendapat sistem sepakbola, dan ia mulai bertekad untuk merubah hidupnya yang cupu.
Genre: Sport, System, Romance
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25: Memulai Dari Awal
Teman-temanku sangat terkejut ketika mendengar aku yang masih belum bisa masuk ke tim Youth Pengambangan Cananga, dan harus berjuang dari tim B terlebih dahulu. Aku sebenarnya sudah pasrah dan menerima saja semua keputusan yang diberikan oleh tim pelatih dan staff, namun sepertinya tidak demikian untuk Derry.
Derry orang terdepan yang menjelaskan pada tim pelatih dan staf tentang kemampuanku, padahal aku sendiri tidak pernah merasa kalau aku memiliki kemampuan yang hebat seperti yang lainnya. Namun, walaupun Derry sudah berjuang mati-matian untuk membelaku, tetap saja tim pelatih dan staff memiliki penilaian lain tentang itu dan tetap membuatku harus bermain dari tim B terlebih dahulu.
"Ini tidak bisa diterima! Apa kau mau menerima perlakuan tidak adil ini sobat?"
"Sudahlah Derry, kalau kau semakin bersikeras aku takut kalau kau juga ikut diturunkan ke tim B" aku mencoba menenangkan Derry yang begitu kalut itu, aku tidak ingin karena diriku Derry malah diturunkan juga ke tim B.
"Tapi gimana? Kamu itu sosok sentral di lapangan tengah asal kau tahu! Coba kau tanya saja pada Zaki dan Axel"
Aku sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Derry, lalu aku menatap ke arah Zaki dan Axel yang ada di sebelahnya. Ku lihat mereka berdua menarik nafas sejenak, sebelum pada akhirnya memberikan pendapat mereka tentang diriku.
"Jujur saja, saat bermain berdua di lapangan tengah dengan dirimu, aku merasa iri karena cahayaku seperti tertutupi oleh keberadaan dirimu. Kau selalu bisa menutupi semua kesalahanku, passing-passing mu yang akurat atau caramu memberikan komando dari lapangan tengah, aku tidak memiliki semua itu dan membuatku merasa iri" Itulah yang disampaikan oleh Zaki, aku tidak tahu apakah dia benar-benar berkata jujur atau hanya untuk menghiburku yang sedang terpuruk ini, tetapi yang jelas aku senang mendengarnya.
Lalu Axel juga ikut memberikan pendapatnya, dia memalingkan wajahnya lalu berkata. "Passing-passing mu di pertandingan waktu itu sangat memanjakanku, aku akan merindukan itu di tim Youth" ujarnya lalu dia berjalan meninggalkan kami, memang perangai yang selalu ditunjukkan oleh Axel.
Aku benar-benar senang mendengar semua itu dari teman-temanku, aku ingin melakukan lebih banyak hal dengan mereka, namun untuk sekarang aku harus berjuang terlebih dahulu di tim B untuk mengejar mereka dan membuktikan diri pada coach dan tim staf yang ada.
Aku berlatih dengan sungguh-sungguh setiap harinya, demi satu tujuan yaitu untuk pembuktian diri. Sama seperti sekarang, aku sedang berlatih melakukan umpan cepat tanpa kontrol. Ini bertujuan untuk melakukan serangkaian serangan cepat, bola-bola yang bergulir dengan cepat ini nantinya bakal merepotkan pertahanan musuh jika benar-benar dikuasai dengan baik.
Setelah berlatih umpan cepat, aku kemudian berlatih tentang bagaimana cara bertahan yang baik. Aku mengikuti pelatihan para pemain bertahan dan menanyakan kepada mereka bagaimana cara bertahan, mereka cuma bilang kalau aku harus bisa memahami apa sebenarnya bertahan itu lebih dulu. Aku jadi sedikit kebingungan, hingga pada akhirnya aku pun bertanya pada coach Dodi tentang apa yang harus aku lakukan.
Coach Dodi memegang dagunya, matanya ke atas seperti mencari-cari jawaban dari pertanyaanku. "Sepertinya kau harus memulai dari dasarnya nak!" Setelah berucap seperti itu, Coach Dodi pergi meninggalkanku namun beliau menyuruhku agar tetap disitu menunggu beliau kembali.
Cukup lama aku menunggu beliau, jika aku tinggal ikut sesi latihan, bisa saja aku sudah menghabiskan tiga sesi latihan hari ini. Beliau datang kembali dengan membawa beberapa tape berisi rekaman yang aku tidak tahu apa itu, beliau menyerahkan tape rekaman itu kepadaku. Ada lebih dari 5 tape rekaman yang diberikan beliau kepadaku, sehingga aku sedikit kesulitan untuk memegangnya.
"Ini adalah rekaman video berisi cara bermain seorang pemain gelandang kelas dunia. Mungkin saja kau bisa mempelajarinya nak" ucap beliau setelah menyerahkan tape itu kepadaku.
Aku dengan perasaan senang menerima tape itu, setiap malam setelah latihan dari Akademi, aku langsung memutar tape itu dan menontonnya. Tidak hanya menonton, aku benar-benar mengamati bagaimana para pemain gelandang kelas dunia bermain. Setiap malam aku mengamati, lalu aku catat poin-poin penting di kertas dan aku pelajari lagi saat pagi di sekolah atau pada saat latihan di akademi.
Sama seperti sekarang ini, pada saat pelajaran Matematika. Aku sedang mendengarkan guru yang sedang menjelaskan namun sambil mencatat hal yang bisa kupelajari dari permainan seorang Milenkovic-Savic.
Milenkovic-Savic, pemain asal Serbia yang saat ini bermain untuk tim Juventus. Pada masa prime nya di Lazio, Milenkovic-Savic merupakan pemain kunci yang sangat lihai di lapangan tengah. Milenkovic-Savic mencatatkan 84 assist di Lazio dengan penampilan lebih dari 200 penampilan. Selain lihai dalam mencari ruang, Milenkovic-Savic juga pandai dalam melihat pergerakan musuh,dia adalah paket yang cukup lengkap untuk pemain yang berposisi sebagai gelandang.
Aku mencatat semuanya, dari kebiasaannya, timing, hingga seberapa sering Milenkovic-Savic melakukan sentuhan dalam satu pertandingan. Semua informasi itu ku serap dan seperti merasuk ke dalam diriku dan menjadikanku orang yang sedikit berbeda, namun sayangnya pelajaran yang sedang diterangkan oleh guru di depan malah tidak terdengar sama sekali.
Bahkan, saat Salma mencoba untuk mengajakku bicara, aku juga tidak mendengarnya. Sekarang aku terfokus akan dunia ku sendiri, rasanya aku tengah sendirian di ruangan kelas yang luas itu.
Aku jadi terkejut saat Salma tanpa sepengetahuan dariku langsung menarik buku yang berisi catatan pengamatanku itu, dia membaca semua isi catatannya dan membuatku hampir gila karena merasa malu luar biasa.
"Rizal! Bukannya belajar malah coret-coret gak jelas begini" ujarnya yang mengomentari kertas berisi catatan pengamatanku sambil berbisik karena tidak ingin membuat keributan dan malah berakhir konyol.
"Itu bukan catatan tak jelas!" Aku mencoba mengambil lagi buku catatanku, namun Salma tidak membiarkannya.
Aku terus mencoba merebut kembali buku catatanku darinya, dan Salma terus menghindarinya. Sampai pada akhirnya guru yang sedang menjelaskan pun melihat apa yang kulakukan, beliau salah paham dan mengira aku sedang menganggu Salma. Beliau kira Salma sedang fokus mendengarkan penjelasannya dan malah diganggu olehku.
"Rizaldi! Dari tadi bukannya mendengarkan malah menganggu orang. Kamu ibu keluarkan sampai jam pelajaran selesai" Ibu guru malah mengeluarkanku, aku sedikit tidak terima dan menjelaskan kronologis kejadian kepada beliau, namun sepertinya beliau kelewat marah padaku dan tidak mendengarkan penjelasanku sama sekali.
"Sudah salah tidak mau mengaku! Kalau tidak keluar dari hitungan satu sampai tiga, ibu bakal bawa kamu ke kantor" beliau memberikan ultimatum kepadaku, terpaksa aku harus keluar daripada masalah ini semakin tambah panjang.
tokoh darai novel nya itu juga
sampahh