My Psycho Husband

‘Ayo, hisap aja terus, gapapa kok, asal kamu puas,’

‘Uhh, jangan kenceng kenceng. Nanti gak muat loh.’

“Terus Sayang, teruskan hemmtt.’

Bila Stive dan Ella sedang memadu kasih di dalam mobil sana untuk mencapai puncak bersama. Sangat berbeda hal nya dengan nasib sang asisten pribadi, Jhon sedari tadi sibuk bercengkerama dengan gadis gadis yang ia temui di pinggir jalan.

‘Gede banget sih perut kamu, udah puas yah? Ya sudah, sekarang saat nya aku antar kamu yah!’

Plaakk!

Entah serangan ke berapa kalinya Jhon membunuh nyamuk nyamuk yang terus menghisap darah nya. Dirinya sudah berdiri di pinggir jalan di bawah pohon, jaraknya kini berada lima belas meter dari mobil. Ia tak ingin mendengar suara yang akan membuat naluri ke lelakian nya keluar. Maka dari itu ia lebih memilih menjauh dan berkenalan dengan gadis gadis itu, sebelum akhirnya ia akan membunuh nya.

‘Kalian membohongi ku, ku kira gadis, ternyata kau sudah banyak anak!’ Sungut Jhon kembali membunuh nyamuk tersebut.

Menghela napas nya lelah, Jhon kembali melirik ke arah mobil, sudah satu jam lebih dirinya menunggu namun bos nya belum juga menunjukkan hilal akan selesai bertarung. Ia masih melihat bahwa mobil itu mash bergoyang dumang, membuat nya hanya bisa pasrah.

Sementara itu, di dalam mobil dua sejoli itu baru saja selesai mendaki puncak surga dunia. Keduanya masih terengah, dengan Ella yang sesekali masih terisak karena sakit juga karena pada akhirnya ia kehilangan mahkota nya.

“Maafkan aku,” kata Stive kembali memeluk Ella dengan penuh cinta. Meski Ella belum pernah merasakan berpacaran dan di cintai, namun ia tahu bahwa Stive benar benar tulus padanya.

“Sa- saki hiks hiks, pe- perih hiks hiks,” ucap Ella sesenggukan.

“Pakai baju dulu, nanti kita mampir ke apotik,” kata Stive lalu ia memakaikan baju untuk Ella, baru setelah itu ia mengenakan pakaian nya sendiri. Ia menyalakan lampu mobil nya, memberi tanda ada Jhon bahwa mereka sudah selesai. Jhon pun segera berlari menuju mobil kembali.

‘'Mampir apotik dulu, belikan obat untuk Ella.” Ucap Stive dingin sambil terus memeluk Ella dengan posesif. Sementara Ella yang merasa malu, ia terus saja bersembunyi dadaa bidang Stive, sesekali masih terdengar Isak tangis dari mulut nya, hingga beberapa saat kemudian, Stive tidak lagi mendengar suara Ella.

“Maaf,” ujar Stive mencium kening Ella yang sudah tertidur pulas, ia pun akhirnya ikut memejamkan mata karena memang dirinya juga sangat lelah.

Pagi harinya, Ella terbangun dan sudah berada di dalam kamarnya dengan Stive. Ia mengerutkan dahinya mengapa dirinya tak sadar saat semalam sudah sampai di rumah. Bahkan, kini dirinya sudah memakai baju yang berbeda, itu tanda nya ada yang menggantikan dirinya pakaian.

“Selamat pagi Sayang,” ucap Stive yang melihat Ella membuka mata.

Ella menatap mata Stive dengan tatapan yang sulit untuk di mengerti. Laki-laki itu terlihat biasa saja, bahkan kini wajah nya lebih fresh dan bercahaya, sementara dirinya masih bergemul di atas tempat tidur merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuh nya.

“Hari ini, kamu tidak usah keluar kamar apalagi ke pondok. Kamu istirahat saja di kamar yah, aku tahu kamu masih sakit,” ujar Stive menghampiri Ella, dirinya sudah rapi dengan pakaian kerja. Hari ini, ia akan banyak pekerjaan, salah satunya untuk memberikan ucapan terimakasih kepada rekan bisnis nya, yaitu tuan Gunawan.

“Aku pengen marah, boleh gak aku marah sama kamu?” tanya Ella polos sambil memanyunkan bibir nya kepada Stive, membuat Stive langsung terkekeh, dan kembali memeluk Ella dengan erat.

“Marahlah, tapi saat aku kembali bekerja nanti, jangan marah lagi, cup.” Ucapnya, lalu ia segera pergi untuk berangkat ke kantor. Sebelum berangkat, Stive sudah memberitahu kepada pelayan rumah nya bahwa Ella sedang tidak enak badan dan akan istirahat di kamar. Dan memberi peringatan kepada pelayan nya agar tidak ada yang mengganggu Ella, kecuali Ella sendiri yang meminta nya.