Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Adalah Perjanjian Tiga bulanmu
Berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja itu menyakitkan setelah mendapati sebuah kenyataan pahit. Inilah yang dirasakan Elsa sekarang. Menjalin sebuah hubungan yang didasari oleh sebuah kesepakatan nyatanya harus berakhir juga.
Sore itu semua berjalan normal. Elsa sedang dalam perjalanan pulang setelah seharian disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Ia sudah menjadi Elsa Azkara sekarang, bukan lagi seperti Shanum. Setelah kejadian hari itu, ia memutuskan untuk melupakan Willy. Pun dengan Zian yang kini lebih perhatian pada kedua adiknya setelah mengetahui sebuah kebenaran.
Layaknya gadis lain seusianya, ia mencoba menyenangkan hatinya dengan berkeliling di sebuah pusat perbelanjaan, seorang diri. Biasanya ada si cerewet Naya yang menemaninya saat sedang ingin menghabiskan waktu istirahatnya. Namun sepertinya ratu KIA Group itu kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, menjadi istri dan ibu yang baik. Dan pastinya melayani kegilaan suaminya.
Seulas senyum tipis hadir di sudut bibir Elsa saat melewati sebuah kafe yang sebelumnya kerap menjadi tempatnya berkencan dengan Willy. Tak ingin larut dalam kenangan, ia berkeliling sebentar. Hanya melihat-lihat beberapa benda menarik, tanpa bermaksud membelinya.
“Dia sedang apa, ya?” Di luar kesadaran Elsa bergumam memikirkan sedang apa laki-laki yang beberapa waktu lalu menjadi kekasihnya itu. “Ah sudahlah. Lupakan, Elsa!” ucapnya pada diri sendiri. Lalu terlihat kembali antusias melihat-lihat beberapa asesories unik.
Setelah memblokir nomor telepon willy, tidak ada lagi komunikasi di antara mereka. Semua seolah berakhir tanpa kata putus. Meskipun beberapa kali Willy mencoba menemui Elsa, namun selalu dihalangi oleh Trio Azkara. Mereka benar-benar menutup semua akses Willy untuk mendekati Elsa.
Tidak jauh dari tempat Elsa berdiri, seorang pria berkepala plontos masih setia menjalankan perintah tuannya. Yaitu mengawasi tuan putri kesayangan Azkara bersaudara agar tidak terjamah oleh si dokter playboy Willy. Elsa bukan tidak mengetahui mengenai si botak yang beberapa waktu belakangan terus mengikutinya, namun ia memilih diam dan membiarkan saja.
“Seandainya dia ada di sini, dia pasti sudah membawaku kabur dari manusia menyebalkan yang selalu menuruti apapun permintaan tuannya itu. Bahkan saat ke toilet pun dia masih saja mengikutiku.” Separuh hati Elsa masih merindukan sosok Willy dengan segala kegilaannya. Bahkan dokter satu itu tidak pernah merasa takut pada ancaman Zian.
********
“Elsa!” Panggilan lembut baru saja ditangkap oleh pendengaran Elsa. Matanya membulat penuh saat di hadapannya berdiri sosok yang baru saja terlintas di benaknya—sedang bersembuyi di balik sebuah tirai.
Willy menatap Elsa dari ujung kepala hingga kaki, ingin rasanya ia merengkuh tubuh Gadis manis itu dan melepaskan segala kerinduannya. Kini Elsa tidak lagi berdandan seperti Shanum. Ia telah kembali menjadi dirinya sendiri. Dan itu terlihat lebih manis bagi Willy.
“Sedang apa kau di sini?” bisik Elsa, sambil menoleh pada si botak yang sepertinya tidak menyadari kehadiaran Willy di sana.
“Bisakah kita bicara sebentar saja?” Belum sempat Elsa menjawab, tangannya sudah diitarik oleh Willy dan dalam hitungan detik, lagi-lagi Willy yang licik telah berhasil membawa pergi Elsa.
Pria tanpa rambut di kepala itu baru sadar saat Willy dan Elsa telah menjauh. Ingin mengejar, namun langkahnya terhenti oleh dua pria yang tiba-tiba berdiri di hadapannya dengan menantang, Marchel dan Wira.
“Kau pakai shampoo apa? Kepalamu licin sekali,” ucap Wira sambil mengelus kepala pria di depannya.
Sepertinya hanya Wira seorang yang berani setidak sopan itu pada si botak yang merupakan bekas mafia berbahaya. Bahkan Zian yang merupakan bosnya saja belum pernah melakukannya. Perlu diingat, bahwa makhluk satu itu hanya tunduk pada perintah dua orang saja, Zian dan seorang wanita bernama Anita, yang juga merupakan bekas mafia.
“Minggir!” ucap botak dingin. Tatapannya yang tajam seolah mampu mengoyak tubuh dua pria di depannya.
“Minggir?” Wira melirik Marchel, memberi kode dengan menaikkan alisnya. “Kalau kami tidak mau bagaimana?”
Walaupun terlihat geram, namun sepertinya si botak mencoba untuk tidak terpancing oleh lidah tak bertulang milik Wira. Tangan pria itu kini meraba saku jaketnya. Ia melirik ke belakang sana, dimana Elsa dan Willy baru saja menghilang dari balik pintu kaca. Tanpa banyak bicara, si botak mengeluarkan sebuah benda mengerikan yang membuat Wira dan Marchel terlonjak kaget.
“Heh, bagaimana kau bisa membawa benda terlarang itu masuk kemari?” teriak Wira sembari menoleh ke ,kanan dan kiri. “Tolong, petugas keamanan, bagaimana kalian bisa biarkan laki-laki ini membawa senjata ke dalam pusat perbelanjaan?”
Sebenarnya Wira tidak benar-benar berteriak, ia hanya ingin mengancam laki-laki itu dengan suara teriakan pelannya. Tentu saja ia tidak ingin Willy mendapat masalah dengan calon kakak iparnya jika melaporkan si botak pada petugas keamanan. Jangan tanya bagaimana cara botak meloloskan benda keramatnya tanpa terkena sensor pendeteksi logam. Namanya juga mafia.
“Jangan coba buat masalah denganku!” ancam botak.
Sepertinya Wira masih belum mau mengurangi kadar kekurang—ajarannya. Terbukti dengan tingkah konyolnya yang kini merangkul bahu pria menakutkan itu. “Kau lah yang jangan membuat masalah. Aku bisa melaporkanmu pada petugas keamanan. Sekarang, cepat sembunyikan dulu benda mengerikanmu itu. Lalu kita ke kafe dan minum kopi.” Sambil memaksa botak berjalan menuju sebuah kafe hingga Langkah kakinya terlihat terseret. “Jangan khawatir, kawan, aku tidak akan memesan kopi bersianida untukmu.”
**********
“El …” panggil Willy dengan lembut. Tangannya terulur menggenggan jemari Elsa.
“Kenapa kau membawaku kemari?” Elsa menunfuk, tanpa berani menatap wajah mata Willy.
Kini mereka berada di sebuah perbukitan dengan pemandangan lampu-lampu kota di bawah sana. Sebuah tempat dimana mereka pernah mengukir sebuuah kennagan manis.
“Aku minta maaf untuk semua yang pernah ku lakukan. Aku tahu aku salah. Tidak seharusnya aku menjadikanmu orang lain.”
“Bukan salahmu. Sejak awal kita barsama hanya atas dasar sebuah kesepakatan. Aku sudah tahu resikonya sejak awal tapi aku malah keras kepala dan ingin mencobanya.” Perlahan Elsa mulai melepas genggaman tangan Willy.
“Artinya, kau tidak mau memberiku kesempatan?” Willy menatap mata Elsa penuh harap.
Kini sang dokter playboy itu baru menyadari bahwa seluruh hatinya telah direbut oleh Elsa. Kehilangan selama berminggu-minggu menyadarkannya akan perasaan yang ia miliki. Namun semua nya seakan telah terlambat, karena Elsa telah memutuskan untuk menutup pintu hatinya rapat-rapat dari sesuatu yang disebut cinta.
“Maafkan aku, tapi aku tidak ingin mencoba apapun lagi.” Elsa menarik napas dalam. Tatapannya mengarah pada indahnya lampu-lampu kota di bawah sana. “Aku tidak mau dan tidak bisa menjadi Shan lagi. Hidup dalam bayangan orang lain itu tidak enak.”
“Kita bisa mencobanya kembali tanpa perlu bayangan masa lalu, kan? Tanpa sebuah perjanjian.” Walau pun menyahut dengan senyuman, namun ada kesedihan yang terlihat jelas di wajah Elsa. Ia kemudian menatap lekat-lekat mata Willy.
“Ada apa denganmu? Bukankah kau sudah terbiasa berpisah dengan gadis yang kau kencani dalam tiga bulan? Aku adalah salah satu dari perjanjian tiga bulanmu. Seharusnya ini bukan sesuatu yang sulit bagimu.”
*******
Like
komen banyakin
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰