Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Kamar
“Apa kamu mencintaiku?” Satu kalimat lolos dari bibir Anin setelah beberapa saat terdiam.
Raksa menatap lekat ke mata Anin, memperlihatkan ketulusan cintanya pada Anin. Hanya saja Anin tidak yakin akan hal itu, dia butuh validasi untuk memperkuat asumsinya.
“Jika kamu tidak mencintaiku, itu bukanlah hal yang salah. Kita tinggal bersama dan selalu berdampingan, tapi kita tidak sedekat itu. Jadi mana mungkin kamu mencintaiku—”
“Aku sangat mencintaimu Anin, sangat-sangat mencintaimu!” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Anin memalingkan wajahnya, lurus ke depan melihat jalanan kota. Jantungnya saat ini tidak bisa bersahabat dengannya.
Tidak pernah terpikirkan jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Selama ini Anin berpikir jika Raksa tidak mencintainya sama sekali.
Ungkapan Raksa barusan membuktikan jika apa yang dipikirkannya selama ini tidaklah benar. Bahkan saat Raksa mengatakannya, tidak ada keraguan sama sekali di matanya
Namun, Anin juga masih ragu, jika Raksa memiliki perasaan untuknya. Saat ini, Anin memilih diam tidak mengatakan apapun setelah mendengar pengakuan Raksa.
“Aku tau tidak akan semudah itu setelah semua yang aku lakukan padamu. Aku akan buktikan dikesempatan ini jika aku benar-benar mencintaimu. Aku akan melakukan semuanya agar kamu tidak akan pernah ragu lagi,” ungkap Raksa.
“Maaf,” lirih Anin.
“Tidak perlu minta maaf, karena disini akulah yang paling bersalah. Jadi wajar saja jika kamu tidak percaya padaku.”
Anin hanya diam. Ia juga bingung harus membalas apa, sedangkan ia sendiri masih bimbang dengan semuanya.
“Tidak perlu dipikirkan. Untuk saat ini, kita jalani apa yang ada di hadapan kita. Dan itu bukan sesuatu yang salahkan?”
Anin menghela nafasnya yang begitu berat. Hari ini cukup menguras emosi dan mentalnya. Semua pertanyaannya selama lima tahun ini, terjawab sudah pada hari ini.
Hal itu cukup membuat Anin terkejut, apalagi setelah semua yang terjadi padanya. Semua itu terjadi kesalahpahaman yang terus saja berlarut-larut.
Yang sangat disayangkan, Anin sudah berada di titik rendahnya. Sekarang, Anin hanya bisa pasrah. Ia tidak akan menuntut keadaan yang dialaminya.
Raksa memegang tangan Anin, hal itu membuat Anin tersadar dari lamunannya. Hanya satu harapan yang tersisa bagi Anin.
Anin berharap ia bisa menjalani kehidupan yang normal. Jika pernikahan ini tetap bertahan, Anin hanya ingin menjalaninya seperti khalayak pada umumnya. Menghabiskan waktu bersama dengan pasangannya, menciptakan momen-momen indah yang bisa dikenang.
Mobil Raksa memasuki halaman rumahnya. Ia keluar, membukakan pintu untuk Anin.
Beberapa anak bodyguard dan pelayan Raksa dibuat terkejut dengan perubahan perilaku tuannya pada nyonya mereka.
Mereka semua sangat syok saat melihat Raksa menggandeng tangan Anin tanpa menggunakan sarung tangannya.
“Kamu ke kamar aja, aku masih ada beberapa hal yang harus dibicarakan dengan pelayan dan koki kita.”
Raksa tersenyum, “Baiklah, aku ke kamar terlebih dahulu.”
Sebelum Raksa pergi, ia mencium kening Anin. Para pelayan yang melihat itu langsung berbalik. Mereka semua sangat senang jika tuan dan nyonya mereka bisa sedekat ini.
Apapun yang membuat tuan dan nyonya mereka dekat seperti saat ini, semua orang berharap hal ini tidak sementara.
Anin langsung menghampiri mereka semua, dan mengatakan semua perubahan dalam makanan Raksa. Semua catatan sudah Anin buatkan, dan sangat lengkap.
“Saya sudah buatkan catatan, kalian bisa menempelkannya di dapur agar memudahkan kalian dalam memasak.”
Disisi lain, Raksa meminta beberapa pelayan memindahkan semua barang-barangnya ke kamar Anin. Karena mulai malam ini, ia akan tidur di kamar Anin. Tepatnya tidur di kamar utama rumah ini.
“Baik nyonya.”
“Lakukan mulai malam ini. Satu hal lagi, buang semua minuman anggur milik Raksa. Tanpa tersisa, saya tidak ingin melihatnya lagi,” tegas Anin.
“Kami akan pastikan malam ini, semua minumannya akan kami buang.”
“Baiklah, nanti malam akan saya periksa. Sekarang lakukan apa yang saya perintahkan, saya mau ke kamar.” Anin melenggang pergi meninggalkan ketiga pelayan yang ia ajak bicara.
Mereka bertiga melihat satu sama lain, merasa bingung untuk melakukannya atau tidak. Tapi mereka juga sudah menyanggupi permintaan Anin.
“Bagaimana sekarang? Haruskah kita membuang semuanya? Bagaimana kalau tuan Raksa marah karena kita membuang semua koleksi menimannya?”
“Sudahlah, lakukan aja. Saya yakin jika nyonya Anin sudah bicara dengan tuan Raksa. Kalaupun belum, nyonya Anin pasti akan tanggung jawab.”
“Benar, dan pasti ada alasannya, kenapa nyonya Anin melakukannya. Selain memang tidak baik untuk kesehatan, pasti ada alasan lain. Kita juga melihat jika tuan Raksa menggandeng tangan nyonya tanpa menggunakan sarung tangannya. Itu artinya hubungan mereka sudah baik-baik aja.”
“Jika dilihat memang seperti itu. Kita tau benar bagaimana rumah tangga mereka selama lima tahun ini. Jika hari ini ada perubahan dalam hidup tuan dan nyonya. Semoga ini hal yang baik.”
“Benar, sudah lima tahun lebih rumah ini begitu dingin dan sunyi. Rumah ini hanya tempat singgah waktu malam, setelah itu tuan dan nyonya kembali dengan kegiatannya masing-masing.”
“Sudah, kita hentikan pembicaraan ini. Takutnya tuan dan nyonya dengar, mari kerjakan apa yang sudah diminta nyonya.”
Disisi lain, Anin berjalan menuju ke kamarnya. Langkahnya terhenti di depan kamar Raksa. Kamar yang ditempatinya selama lima tahun ini.
Anin mengernyitkan dahinya, kenapa kamarnya sangat hening. Biasanya terdengar suara dari dalam, meskipun hanya sesekali.
“Apa Raksa mengaktifkan kedap suaranya?” tanya Anin pada dirinya sendiri.
Anin mencoba mengetuk pintu kamar Raksa. Ia dengan sabar menunggu, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Anin kembali mengetuk pintunya, dan hasilnya masih tetap sama.
“Masih tidak ada jawaban, apa aku masuk aja? Takutnya terjadi sesuatu padanya.” Anin membuka pintu kamar Raksa.
Satu hal yang ia lihat, kamar Raksa kosong. Tidak ada pilihan lain, Anin membuka kamar pintu kamar mandi. “Kosong? Kemana Raksa pergi? Bukankah dia bilang akan ke kamar? Tapi kenapa kamarnya kosong?”
“Sudahlah, aku mandi terlebih dahulu baru nyari dia.” Anin berjalan menuju ke kamarnya.
Entah kenapa Anin menjadi gelisah saat berada didekat kamarnya. Ia merasa ada yang aneh, dengan buru-buru Anin membuka pintu kamarnya.
Tubuhnya mematung, matanya melebar sempurna karena sangat terkejut. Tidak lama kemudian ia menutup matanya lalu berbalik.
“Raksa! Kenapa kamu ada di kamarku? Dan apa ini? Pakai bajumu sekarang!!” Anin merasa malu karena melihat Raksa yang hanya memakai lilitan handuk di pinggangnya.
“Kenapa?” Raksa berjalan mendekati Anin yang menutup matanya dengan tangannya.
Anin tau jika Raksa mendekatinya, meskipun matanya ditutup. Ia masih bisa melirik ke arah Raksa, memastikan jika Raksa memakai bajunya.
“Menjauh dariku, Raksa!!” usir Anin dengan nada sedikit membentak.
“Aaa—”
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,