Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istirahat
"Soto jeroan sapi? Soto babat?"
Fiza mengangguk. "Iya, enak loh, soto legend di depan bank itu."
Surya mengangguk paham. "Oh, di sana," jawabnya. "Tapi aku nggak suka, Mbak, aku nggak suka yang jeroan, sukanya yang daging sapi apa ayam."
"Owalah, kirain suka, padahal enak loh," balas Fiza sedikit terkejut. "Ya udah sate ayam aja mau? Tapi diangetin dulu, soalnya aku taruh kulkas, beli semalam."
"Ya nggak apa-apa, Mbak," Surya lantas bangkit dari berbaringnya lalu dia celingukan mencari pakaian dan celananya.
"Nggak usah pakai baju," Fiza yang menyadari gelagat Surya langsung memberi larangan. Wanita itu lantas bangkit dan turun dari ranjang. "Kita kaya gini aja, yuk," dengan santainya wanita itu menggandeng tangan Surya mengajak keluar kamar tanpa memggunakan apa-apa untuk menutupi tubuhnya.
"Nanti ada yang lihat, Mbak," ucap Surya begitu langkah kakinya keluar dari kamar.
"Aman, Sayang," jawab Fiza. "Aku udah terbiasa tanpa baju kaya gini kalau di rumah," jawabnya dengan enteng tapi cukup mengejutkan bagi Surya.
"Terbiasa kaya gini? Nggak risih, mbak?" tanya Surya lagi sambil terus melangkah hingga sampai di dapur.
"Kalau sepi ya nggak sama sekali, Sur," jawab Fiza sambil mengeluarkan sate dari dalam kulkas. "Nyaman tahu kalau udah nggak pakai apa-apa gini."
Surya hanya bisa menatap penuh rasa heran. Pria itu memilih duduk karena semua urusan dipegang oleh si pemilik rumah. Bersamaan dengan itu, mereka mendengar hujan turun cukup deras.
Tak lama kemudian, kini Surya bersiap menyantap hidangan yang sudah tersaji di hadapannya. Di samping kanan, Fiza hanya menatap Surya dengan mata berbinar dan tangannya terus memainkan milik Surya tanpa ada rasa bosan.
"Mbak Fiza nggak ikut makan?" tawar Surya agar suasana tak hening.
"Nggak lah, aku makan ini aja," jawab Fiza sambil terus mengusap milik Surya yang agak menegang.
"Emang rasanya gimana sih, Mbak? Bukankah punya ku tuh kotor ya? Bau keringat?" tanya Surya lagi.
"Yang pasti enak banget, Sayang," jawab Fiza degan entengnya. "Justru semakin kotor, sensasinya tuh semakin menggoda. Apa lagi punya kamu gede gini, tadi aja rahang aku sampai pegel."
Seketika senyum Surya terkembang dan kali ini dia tidak mengatakan apapun. Surya nampak sangat lahap menikmati hidangannya karena dia memang sangat lapar.
Setelah makan selesai mereka berpindah tenpat duduk di ruang tamu karena Surya meminta ijin untuk menghisap rokok yang dia bawa.
Fiza sendiri masih sibuk dengan memainkan milik Surya, Bahkan di saat Surya sedang asyik menikmati rokoknya, Fiza juga turut asyik memainkan batang Surya dengan mulutnya.
Hingga beberapa saat kemudian ronde kedua pun terjadi ketika Fiza tiba-tiba bangkit dan meminta duduk di pangkuan Surya.
Surya hanya bisa pasrah ketika Fiza mulai memasukan miliknya ke dalam lubang nikmat. Apalagi miliknya sudah sangat menegang, jadi tidak ada alasan bagi Surya untuk menolaknya.
Ronde kedua berakhir lebih lama dari pada ronde pertama. Begitu ronde kedua selesai, mereka lebih memilih beristirahat di sofa. Keduanya nampak puas dan pastinya Surya yang merasa paling beruntung dalam keadaan seperti itu.
Setelah menghabiskan waktu cukup lama dalam meraih kenikmatan, tepat ketika petang menjelang petang, Surya ,memutuskan untuk pulang. Seperti perempuan lainnya, Fiza juga sangat keberatan berpisah dari anak itu.
"Pokoknya kalau kamu lagi pengin main, kamu harus kesini, jangan main pakai tangan atau main dengan perempuan lain," ucap Fiza sebelum Surya benar-benar pergi.
"Emang kenapa kalau aku main sama perempuan lain?" tanya Surya agak kaget begitu mendengar ucapan Fiza.
"Biar aku aja yang puasin kamu," balas Fiza. "Kamu juga nggak akan pernah khawatir jika main sama aku karena aku nggak akan hamil."
Surya lantas tersenyum. Faktanya yang ngomong sepeti itu bukan hanya Fiza saja, Dua perempuan sebelumnya juga berkata kalau mereka tidak akan mungkin hamil meski Surya sering menumpahkan benih ke dalam rahim mereka.
Keadaan masih gerimis dan Surya pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Bahagia, itu yang Surya rasakan saat ini. Surya merasa dia sangat beruntung kali ini. Hanya dengan modal bulu ketiak, Surya bisa merasakan kenikmatan yang diinginkan banyak pria normal pada umumnya dengan mudah.
Meski begitu Surya juga masih diliputi rasa penasaran. Sebab, baru kali ini ketiaknya membuat para wanita tertarik kepadanya. Sedangkan yang Surya tahu, sejak menginjak bangku sekolah menengah atas, ketiak Surya sudah berbulu. Tapi tidak satu wanita pun secara terang-terangan berkata menyukai bulu ketiaknya.
"Dari mana aja, Sur? Jam segini baru pulang?" tanya Emak begitu Surya sampai di rumahnya.
"Dari rumah Pak bos, Mak, habis survei barang buat acara nikahan minggu depan," jawab Surya berbohong. Anak itu lantas turun dari motor dan segera masuk ke dalam rumah sebelum emak kembali melempar pertanyaan.
"Mandi lah, dari kemarin siang belum mandi," ucap Surya setelah berada di dalam kamar. Anak muda itu meraih handuk dan kembali keluar kamar menuju kamar mandi.
Setelah mandi selesai, Surya memilih duduk di depan rumah sambil bermain ponsel. Karena keadaan masih hujan, anak itu memilih berdiam di rumah meski godaan untuk pergi berdatangan dari pesan chat.
Para wanita yang sudah merasakan nikmatnya berhubungan dengan Surya, tak segan-segan mengirim foto mereka dalam keadaan tanpa busana dan memamerkan semua aset yang ada pada tubuh mereka demi menarik Surya agar mau kembali bermain ranjang.
Meski jiwa laki-lakinya kembali meronta, namun malam ini Surya memilih menolak mereka karena merasa cukup lelah setelah berturut-turut menyemburkan benih dalam tiga hari ini.
"Surya," panggil Emak dari dalam warung.
"Iya, Mak," Surya melempar padangan ke arah emaknya berada.
"Bantu Mbak ini pasang gas," balas Emak sambil menunjuk ke arah wanita yang baru saja membeli gas kepada Emak.
Surya melempar tatapan ke arah wanita yang dimaksud emaknya dan seketika dia membalas senyuman yang dilempar wanita itu. Surya pun segera bangkit dan menghampiri sang wanita yang sudah dia kenal sejak lari pagi kemarin.
"Sini, tabung gasnya biar aku yang bawa," ucap Surya.
"Nggak usah, Mas, aku aja," tolak wanita itu dengan lembut.
"Nggak usah sungkan, Mbak," Emak yang berkata. "Sana, Sur, pasangin, kali aja mau dipakai kompornya."
Surya pun segera mengambil tabung gas dan berjalan bersama salah satu wanita yang bekerja di rumah sakit.
"Maaf ya, Mas, jadi merepotkan," ucap wanita tersebut merasa tak enak hati.
"Nggak kok," balas Surya. "Lagian tadi kamu lihat, aku lagi santai."
Wanita itu pun mengangguk samar dan dia tersenyum. Mereka pun berbincang hingga sampai di rumah wanita yang dikontrak wanita bersama dengan temannya.
"Apa Nuri dan Nadia juga mendekatiku karena tertarik dengan ketiakku?" tiba-tiba terlintas pikiran seperti itu