Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 – Suara dari Bayangan
Bukan suara Elara. Bukan suara angin. Itu adalah suara yang berasal dari tempat yang paling mustahil: dari dalam kepalanya, dari bayangannya sendiri.
Bayangannya, yang terpantul di genangan air, tiba-tiba menjadi lebih gelap dari kegelapan di sekitarnya. Itu bergerak, memanjang, dan mengambil bentuk yang samar, seperti manusia yang terbuat dari kegelapan murni.
“Kau bukan gagal. Kau adalah kunci, Ardan Kael.”
Ardan menjatuhkan pisau itu. Ia menoleh ke belakang, ke sekeliling, tapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya bayangannya dan genangan air.
“Jangan bunuh diri. Jangan berikan mereka kepuasan itu. Kau adalah Nol? Aku akan tunjukkan pada mereka, bahwa Nol adalah awal dari segalanya.”
Ardan bergidik. Ini gila. Ia pasti sudah kehilangan akal sehat karena kelaparan dan kelelahan.
"Pergi," desis Ardan, meraih batu dan melemparkannya ke genangan air. Bayangan itu beriak, tapi suara itu tidak berhenti.
“Mereka tidak menyegelmu karena kau lemah. Mereka menyegelmu karena mereka tahu, jika kau bangkit, tatanan mereka akan hancur.”
Bayangan itu—The Whisper—kini perlahan mulai membentuk wujud yang lebih jelas. Wujud itu tinggi, ramping, dengan mata yang bersinar dengan cahaya ungu tua yang nyaris tidak terlihat.
“Aku adalah Void Energy. Aku adalah kekuatan kegelapan purba yang bisa menelan semua elemen—Api Rion, Cahaya Lyra, bahkan Angin Ayahmu. Mereka semua hanya riak air di hadapan badai abadi.”
Ardan menatap bayangan itu. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Itu bukan ketakutan, melainkan pengakuan yang mendalam. Pengakuan bahwa selama ini, ia hidup dengan topeng.
"Tapi... kenapa? Kenapa aku? Kenapa disegel?" tanya Ardan, suaranya kini dipenuhi kepedihan.
“Karena Grandmaster Solan Caelum dan Dewan Elemen adalah para penipu. Mereka tidak menjaga dunia. Mereka hanya menjaga kekuasaan. Kekuatan Void adalah kekuatan yang tidak bisa mereka kendalikan, jadi mereka melabelinya sebagai 'kekuatan jahat' dan menempatkannya di luar sistem.”
“Kau adalah pewaris kekuatan yang dihancurkan saat Perang Elemental Besar. Kau adalah warisan para dewa yang dikalahkan oleh keserakahan klan-klan ini.”
Mendengar nama Solan Caelum, Grandmaster yang membuangnya, rasa sakit Ardan kembali memuncak. Tapi kali ini, rasa sakit itu dibumbui dengan fakta: pengkhianatan itu adalah sebuah konspirasi.
Ardan bangkit berdiri, air hujan membasahi wajahnya. Ia tidak lagi memikirkan kematian. Ia kini memikirkan kehidupan—kehidupan baru yang dipenuhi tujuan tunggal: menghancurkan sistem yang membuangnya.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Ardan, suaranya serak. Ia tidak lagi memohon. Ia bertanya dengan otoritas yang baru lahir.
“Biarkan aku keluar, Ardan. Kekuatan ini tersegel oleh rune kuno di hatimu. Kau harus memecahkannya. Kau harus membiarkan kebencian itu menghapus segelnya. Biarkanlah kegelapan menerima kebencianmu.”
Ardan memejamkan mata. Ia membayangkan Aula Aetherion, ia membayangkan wajah Rion, ia membayangkan pengkhianatan Lyra, dan ia membayangkan mata kosong Ayahnya. Ia membiarkan kebencian itu menjadi api, membakar setiap sel di tubuhnya.
Benci. Benci. Benci.
Di dalam relung hatinya, di mana seharusnya ada Angin klan Caelum, ia merasakan sebuah rantai sihir yang dingin dan membatasi. Itu adalah segel. Segel yang dipasang saat ia masih bayi.
Ardan mendorong semua kebenciannya, semua rasa sakitnya, semua keputusasaannya ke arah rantai itu.
Jika ini harga untuk bangkit... maka aku akan membayarnya dengan jiwaku.
Ia berteriak. Jeritan itu bukan karena sakit fisik, melainkan karena pelepasan emosional yang liar. Darah menetes dari ujung jarinya karena ia mencengkeram tinjunya terlalu erat.
Saat rantai sihir di hatinya putus, The Whisper tertawa. Tawa yang bergema di jurang.
“Selamat datang, Ardan Kael. Kau bukan lagi Reject. Kau adalah Void.”
Saat itu, tepat di atas Valenforge yang megah, bayangan aneh mulai menyelimuti bulan—sebuah gerhana bulan hitam yang langka. Langit yang biasanya tenang, kini dipenuhi warna ungu tua yang menyeramkan.
Di Desa Tersisih, Elara dan para mantan murid lainnya melihat cahaya hitam yang menyelimuti gubuk Ardan. Cahaya itu menakutkan, tapi juga... kuat.
Ardan berdiri tegak. Di sekelilingnya, udara terasa beku, dan genangan air hujan berubah menjadi kabut hitam. Energi Kegelapan Purba itu, Void Energy, kini keluar dari setiap pori-porinya. Itu bukan api yang membakar, bukan air yang menenangkan. Itu adalah kehampaan yang menelan.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Ardan Kael, sang Reject, merasakan kekuatan. Kekuatan yang begitu besar, hingga ia tahu, ia tidak hanya akan kembali sebagai murid.
Ia akan kembali sebagai malapetaka.