Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata sudah tidak ada lagi harapan
"Sebutkan satu alasan yang membuatmu berani menginjakkan kaki di rumah ini?" Hasbi berdiri kaku tatkala Mario sudah berada di hadapannya.
Tatapan sang tuan rumah sangatlah tak ramah, di tambah lagi Mario tidak berdiri sendiri. Di belakangnya berdiri delapan orang berpakaian hitam dengan masker menutupi wajah.
Membuat keberanian Hasbi seketika pudar, berdiri dihadapkan orang seperti Mario nyali seorang Hasbi jadi kerdil, bukan hanya karena tatapan Mario yang menghunus tajam, tapi juga akibat rasa bersalah dihatinya.
"Sa-saya ingin bertemu Laras," suaranya terbata, bahkan nyaris tak terdengar.
"Bukankah semuanya sudah selesai?" Mario menyipitkan mata. Paruh baya itu gemas ingin menghantam laki-laki bodoh di hadapannya, dengan kedua tangannya sendiri, sayang dia tidak mau Laras nanti kembali membencinya.
"Saya nggak setuju cerai!" Hasbi menjeda, "Kalian orang kaya memakai uang untuk memudahkan urusan, saya ingin penjelasan."
Mario terkekeh dengan penuh kegeraman. "Penjelasan? Sana datang ke pengadilan, ngapain kesini!" Setiap kata yang keluar sarat akan emosi.
"Pak, saya benar-benar ingin bicara sama Laras," Hasbi memohon, kali ini dia memberanikan diri menatap ke bola mata mantan ayah mertuanya yang tampak memerah. "Sekali saja beri saya kesempatan bicara dengan Laras, urusan kami belum sepenuhnya selesai." Hasbi buru-buru menyerahkan sebuah map pada Mario, tetapi sama sekali tak Mario sentuh, dilirik pun tidak.
"Sudah lama aku ingin hancurkan hidupmu, sayangnya Laras sangat mencintaimu, putriku sangat mencintaimu sampai lupa akan kebahagiaannya sendiri, jika itu perempuan lain mungkin tak akan sekuat Laras, rela bersusah payah menemanimu dari nol, tetapi saat kau mulai berjaya, dengan mudah kau buang Laras seperti barang rongsokan!"
Walaupun Hasbi tidak berniat membuang Laras seperti tuduhan Mario, kesalahannya juga tak lebih baik dari tuduhan itu.
Diluar sana, laki-laki tampan yang jelas lebih baik darinya ribuan di luar sana dan mereka tak akan segan melakukan hal apapun di mendapatkan Laras.
Mario tersenyum sinis melihat raut pias Hasbi setelah mendengar cercaannya. Perhatian mereka kemudian dialihkan oleh suara langkah kaki dari tangga.
Seorang pekerja berlari mendekati Laras, menuturkan pada Laras bahwa Hasbi ada disini.
Tanpa menunggu lama, Laras turun lebih cepat, Laras setengah berlari menuruni tangga yang melengkung itu. Bola mata perempuan cantik itu melebar saat tiba di undakan tangga terakhir, menemukan Hasbi benar-benar ada di sana. Hasbi juga demikian, dengan mata mengekor langkah Laras yang mulai mendekat kearahnya.
"Mas." Laras menyapa Hasbi.
Hasbi tersenyum, meski sungguh ada yang aneh dengan dirinya saat ini. Laras telah tinggal selama tiga tahun bersamanya, tetapi Hasbi tiba-tiba merasa gugup saat perempuan itu berada di dekatnya siang ini. Sikap mengalah dan kerelaan yang ditunjukkan istrinya selama ini untuknya, membuat laki-laki itu melihat putri Mario dengan berbeda.
Selama ini, Hasbi merasa bahwa dirinya menganggap hubungan dengan Laras amat rumit. Tak tahu bahwa bagi perempuan itu, Hasbi hanya laki-laki yang Laras inginkan sebagai suami. Seseorang yang perempuan ini sebut sebagai jodoh dan takdirnya, tanpa melihat status sosial dan segala yang melekat padanya. Laras tak perduli Hasbi cuma seorang pegawai biasa. Kekayaannya tak seberapa dibandingkan dengan keluarga Mario. Laras sangat tulus, tanpa alasan terselubung, Jika ada yang penuh pertimbangan dalam pernikahan mereka, itu adalah Hasbi sendiri.
"Untuk apa kamu datang? Rumah ini bukan tempat yang bisa dikunjungi orang luar sepertimu!"
Orang luar? Hasbi terperangah, benarkah Laras menyebutnya orang luar?
"Ayah bagaimana dia bisa masuk?"
"Laras... "
"Tolong penjaga yang bertugas hari ini suruh menemuiku, bulan ini gaji mereka akan dipotong karena berani membiarkan orang asing masuk,"
Kepala pelayan tergopoh-gopoh menghampiri Laras, dengan raut muka pias.
"Ampun, Mba Laras. Orang ini mengaku sebagai suami mba Laras, kami tidak berani menahannya,"
Laras tertawa," Suami? Dia hanya orang yang mengaku-ngaku, kalian!" tunjuk Laras pada pria ber masker di belakang ayahnya. "Bawa mereka keluar dari rumah ini, katakan padanya jika ingin bertemu denganku wajib membuat janji temu, dan ya... ini kali pertama dan terakhir dia menginjakkan kaki dirumah ini!"
Hasbi terhenyak, Laras yang bersamanya tidak bersikap angkuh seperti ini, Laras yang dihadapannya ini seperti bukan Laras yang dikenalnya.