Main Villain System

KLIK.

Suara mekanisme kuno yang terbuka terdengar memuaskan di arena yang sunyi. Panel batu di depanku tidak hanya terbuka seluruh bagian lantai itu bergeser tanpa suara, memperlihatkan sebuah tangga batu yang menurun ke dalam kegelapan pekat. Udara yang keluar dari sana terasa kuno dan sangat padat dengan energi spiritual murni.

Aku melirik ke belakang sekali lagi. Para penjaga Tuan Kota masih terpaku di tempat mereka, pura-pura sibuk. Mereka tidak akan berani mendekat.

Aku melangkah menuruni tangga batu itu.

Kegelapan yang sejuk langsung menyelimutiku. Suara langkah kakiku yang mantap menggema di lorong sempit, menjadi satu-satunya suara di dunia bawah tanah ini. Saat mataku dengan mudah beradaptasi dengan cahaya redup, pikiranku menjauh dari harta karun yang menunggu di bawah. Pikiranku kembali ke kamar tidurku, ke sosok yang gemetar di lantai yang dingin.

Xiao Linyu.

Sarapan pagi tadi... adalah sebuah eksperimen yang sukses. Aku telah mengkonfirmasi batasan dari Supreme Master-Servant Slave Contract. Aku telah membuktikan bahwa keangkuhannya sebagai "Phoenix" telah hancur total. Dia sekarang takut padaku. Dia tahu siapa tuannya.

'Fase pertama,' pikirku sambil terus menuruni tangga, 'selesai.'

Tetapi, saat aku mengingat tatapan matinya yang hampa dan kepatuhannya yang seperti mayat hidup, sebuah pemikiran strategis muncul di benakku.

'Seekor budak yang hanya patuh karena rasa takut itu... tidak efisien.'

Ini adalah kebenaran yang sederhana. Seekor binatang yang kau pukul terus-menerus pada akhirnya akan menjadi terlalu rusak untuk melakukan apa pun selain meringkuk di sudut.

Dia mungkin patuh pada perintah sederhana seperti "berlutut" atau "sajikan teh", tetapi jika aku membutuhkannya untuk berpikir, untuk bertarung, untuk bertindak secara mandiri sebagai pionku? Dia pasti akan gagal.

Kebencian dan ketakutannya akan membuatnya ragu-ragu. Dan yang terburuk, dia akan mencari kesempatan sekecil apa pun untuk bunuh diri. Budak yang mati tidak ada gunanya.

'Tidak,' aku memutuskan. 'Kekerasan dan penghinaan total sudah cukup. Itu adalah palu godam untuk menghancurkan gerbang. Sekarang gerbangnya hancur, aku tidak perlu terus-menerus menghancurkan puing-puingnya.'

Senyum tipis tersungging di bibirku dalam kegelapan.

'Jalur Penaklukan Paksa... tidak berarti harus selalu "menggunakan paksaan". Sekarang setelah dia hancur berkeping-keping, inilah saatnya untuk... membangunnya kembali. Membangunnya kembali sesuai dengan citra yang kuinginkan.'

Di sinilah letak manipulasi yang sesungguhnya. Jauh lebih rumit dan jauh lebih memuaskan daripada sekadar kekerasan fisik.

'Seekor anjing yang dipukuli terus-menerus pada akhirnya akan menggigit tangan tuannya saat tuannya lengah,' pikirku, mengingat sebuah pepatah lama dari duniaku. 'Tapi... seekor anjing yang dipukuli hingga nyaris mati... lalu diselamatkan, diberi makan, dan dibelai oleh tangan yang sama... anjing itu akan mati untuk tuannya.'

Itulah rencananya.

'Malam ini,' aku merumuskan strategi baru. 'Saat aku kembali, tidak ada lagi pakaian pelayan yang kasar. Mungkin gaun sutra yang bagus. Tidak ada lagi paksaan menyakitkan melalui segel, kecuali jika benar-benar diperlukan. Mungkin... sedikit kata-kata "lembut" dan sedikit harapan palsu.'

'Aku akan membuatnya bergantung padaku. Aku akan menjadi satu-satunya sumber "kebaikan" di dunia barunya yang hancur. Aku akan menjadi orang yang memberinya pakaian bagus, makanan enak, bahkan mungkin... memberinya izin untuk berlatih kultivasi lagi. Aku akan menjadi orang yang menghancurkannya, dan satu-satunya orang yang bisa "memperbaikinya".'

Ini akan menciptakan kekacauan emosional yang lezat di dalam dirinya. Kebenciannya padaku akan bercampur dengan rasa terima kasih yang membingungkan. Dia akan melihatku sebagai iblisnya, sekaligus penyelamatnya. Dia tidak akan tahu lagi bagaimana harus merasakannya. Dan di dalam kebingungan itulah... ketergantungan sejati lahir.

'Dia akan menjadi tameng hidup yang jauh lebih berguna,' pikirku saat langkahku mencapai dasar tangga. 'Seseorang yang akan dengan sukarela melompat di depan pedang untuk melindungiku, bukan karena perintah kontrak, tetapi karena dia telah dimanipulasi untuk percaya bahwa aku adalah satu-satunya hal yang tersisa di dunianya.'

'Ya. Kebrutalan sudah selesai. Sekarang... saatnya untuk seni manipulasi yang sesungguhnya.'

Dengan rencana baru yang jauh lebih jahat dan jangka panjang ini terbentuk di benakku, aku melangkah ke dalam ruangan yang diterangi cahaya redup di dasar tangga.

Setelah pikiranku selesai menyusun strategi baru untuk budakku, aku akhirnya melangkah ke dalam ruangan di dasar tangga.

Kegelapan lorong sempit itu terbuka menjadi sebuah ruangan batu yang luas. Ini bukan ruang bawah tanah yang berdebu. Ini adalah demi-plane kecil yang tersegel, mungkin seukuran aula pertemuan klan. Udara di dalamnya bersih, dan energi spiritual murni begitu padat hingga hampir membentuk kabut tipis yang berputar-putar di sekitar pergelangan kakiku.

Di tengah ruangan, di atas tiga tumpuan batu sederhana, bisa disebut sebuah hadiah atas kemenanganku. Tidak ada tumpukan emas yang vulgar atau permata yang mencolok. Hanya tiga benda yang memancarkan fluktuasi energi yang kuat.

Mataku langsung tertuju pada benda pertama, yang paling besar. Setumpuk batu persegi seukuran kepalan tangan, ditumpuk rapi. Batu-batu itu tidak berwarna, tetapi jernih seperti berlian, dan memancarkan energi murni yang begitu pekat hingga membuat Demonic Qi-ku berputar gembira.

'Sialan,' pikirku, mataku sedikit melebar. Ini bukan Spirit Stones biasa. Ini...

'Sistem, identifikasi.'

[Ding! 10.000 High-Grade Spirit Stones terdeteksi!]

Aku hampir tertawa. Sepuluh ribu! Batu Roh Tingkat Tinggi! Satu keping saja bisa membeli seluruh jalan komersial di kota ini. Tumpukan ini... ini bisa membiayai pasukan kultivator. Ini adalah fondasi ekonomi sejati yang ditinggalkan sang pendiri. Betapa murah hatinya.

Di tumpuan kedua, tergeletak satu set baju zirah ringan. Zirah itu tampak sederhana, dibuat dari lempengan-lempengan logam tipis berwarna perak kebiruan yang saling tumpang tindih seperti sisik naga. Zirah itu memancarkan aura pertahanan yang kokoh.

[Ding! Item Terdeteksi: [Aegis of the Founder] (Spirit-Grade Armor - Puncak).]

[Deskripsi: Ditempa dari Logam Floating Cloud. Diberkahi dengan formasi perlindungan. Dapat menahan satu serangan penuh dari ahli Core Formation Realm tingkat rendah.]

'Bagus,' pikirku sambil mengangguk puas. 'Ancient Fiendgod Body'-ku memang kuat, tapi perlindungan ekstra tidak pernah ada salahnya. Terutama jika aku berencana untuk mengacau.

Benda terakhir adalah sebuah kotak kayu sederhana yang dipernis. Aku membukanya. Di dalamnya tidak ada teknik kultivasi yang hebat, melainkan sebuah gulungan surat tua dan sebuah token giok kecil seukuran telapak tangan.

Aku mengambil surat itu. Itu adalah tulisan tangan sang pendiri.

"Kepada pewarisku yang layak, pemenang Turnamen Akbar..."

Aku membaca sekilas omong kosongnya. Isinya adalah ceramah yang membosankan tentang "melindungi kota", "menjaga perdamaian", "menggunakan sumber daya ini dengan bijak untuk kemakmuran rakyat"... Bla, bla, bla.

Aku meremas surat itu dan melemparkannya ke lantai.

"Omong kosong yang idealis," gumamku. "Kau baru saja memberikan seluruh fondasi kotamu kepada orang yang sama sekali tidak peduli pada 'rakyat'-mu."

Aku mengambil token giok itu. Bentuknya seperti awan. 'Sistem, apa ini?'

[Ding! Item Terdeteksi: [City Core Token].]

[Deskripi: Token ini memberikan otoritas parsial (30%) atas Formasi Pertahanan inti Floating Cloud City. Hanya Tuan Kota saat ini yang memiliki otoritas penuh (70%).]

Mataku berbinar. Ini... ini adalah kartu truf yang sesungguhnya. Otoritas parsial berarti aku bisa mengacaukan formasi kota kapan pun aku mau, atau bahkan mungkin mengambil alih sepenuhnya jika Tuan Kota lengah.

Aku menyeringai lebar. Ini adalah panen yang luar biasa.

Aku tidak membuang waktu lagi. Dengan satu lambaian pikiran, aku menyapu semuanya... Spirit Stones, Aegis Armor, dan City Core Token langsung ke dalam inventori Sistemku. Ruangan itu kini kosong, kecuali secarik kertas di lantai yang berisi idealisme bodoh.

Aku berbalik dan berjalan kembali menaiki tangga, merasa sangat puas. Aku mendapatkan kekayaan yang tak terbayangkan, baju zirah baru, kartu truf melawan seluruh kota, dan budak Foundation Establishment yang cantik... semuanya dalam waktu kurang dari 24 jam.

Saat aku melangkah keluar dari tangga tersembunyi itu kembali ke Panggung Utama yang bermandikan sinar matahari, aku menutup panel batu itu. Semuanya kembali seperti semula.

'Baiklah,' pikirku sambil meregangkan leher. 'Fase dua dimulai. Mengkonsolidasikan kekuasaan di Klan Luo. Setelah itu... mengunjungi si MC sampah Lin Feng di Azure Cloud Mountain Range.'