NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sang Dewi Semesta

Reinkarnasi Sang Dewi Semesta

Status: tamat
Genre:Pembaca Pikiran / Selingkuh / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah meninggal karena tenggelam saat menolong anak kecil, Nadra Elianora, gadis modern yang ceria dan blak-blakan, terbangun di dunia kuno dalam tubuh Li Yuanxin seorang gadis malang yang dibuang oleh tunangannya karena sang pria berselingkuh dengan adik tirinya.

Tersesat di hutan, Nadra membangun gubuk, hidup mandiri, dan menggunakan ilmu pengobatan yang ia kuasai. Saat menolong seekor makhluk terluka, ia tak tahu bahwa itu adalah Qiu Long, naga putih ilahi. Dari pertemuan konyol dan penuh adu mulut itu, tumbuh hubungan ajaib yang berujung pada kontrak suci antara manusia dan hewan ilahi.

Tanpa disadari, kekuatan dalam diri Nadra mulai bangkit kekuatan milik Sang Dewi Semesta, makhluk tertinggi yang jiwanya dulu dipecah ke berbagai zaman untuk menjaga keseimbangan dunia.

Kini, dengan kepintaran, kelucuan, dan keberaniannya, tak hanya menuntut balas atas pengkhianatan masa lalu, tapi juga menapaki takdir luar biasa yang menunggu: menyelamatkan dunia dan mengembalikan cahaya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Fajar pertama setelah perang itu terasa aneh.

Tidak ada dentuman, tidak ada gemuruh, tidak ada jeritan. Hanya keheningan yang lembut—keheningan yang menenangkan sekaligus asing, seperti dunia sendiri masih bingung harus bernapas dengan cara apa setelah terbangun dari mimpi buruk panjang.

Di atas punggung Phoenix emas, Yuanxin menatap pemandangan di bawahnya. Kota Feng kini tampak seperti lautan cahaya lembut, reruntuhan istana memantulkan warna jingga dari matahari terbit. Di mana dahulu darah dan abu menutupi tanah, kini tumbuh tunas-tunas kecil dengan kelopak lotus putih.

“Lotus… dari energi penyembuhanmu,” ujar Feng Yan pelan, mengepakkan sayap dengan lembut agar tak menimbulkan angin kencang. “Bahkan bumi pun merespons jiwamu.”

Yuanxin hanya tersenyum tipis. Angin pagi berembus melewati wajahnya yang tenang. Tidak ada lagi kilatan perang di matanya, hanya kedamaian yang menatap jauh, seakan bisa melihat sampai ke ujung takdir.

“Mereka butuh waktu,” katanya pelan. “Bukan hanya dunia, tapi juga hati manusia.”

Feng Yan mencondongkan kepala besar Phoenix-nya, suaranya agak kesal tapi lembut. “Dan kau? Tidak butuh waktu istirahat?”

“Aku…” Yuanxin menatap langit biru muda yang baru lahir. “Aku hanya penjaga. Dunia ini yang perlu hidup, bukan aku yang perlu beristirahat.”

Qiu Long muncul dari awan di sisi kanan, tubuh naga birunya berkilau terkena sinar matahari. “Kau bicara seperti makhluk abadi yang tidak punya batas. Tapi bahkan abadi pun butuh tidur, Yuanxin.”

Feng Yan terkekeh. “Kau ingin dia tidur, Long? Dunia baru saja beres, kalau dia tertidur, nanti kau yang repot mengatur gunung dan laut.”

“Kau pikir aku tidak bisa?” dengus Qiu Long, tapi matanya lembut menatap sang penjaga.

Yuanxin tersenyum kecil pada keduanya. “Kalian berdua seperti langit dan laut yang bertengkar karena cermin. Tapi terima kasih… karena kalian di sini.”

Mereka turun perlahan ke halaman istana Feng yang hancur setengahnya. Di sana, Putra Mahkota Feng Liansheng sedang berdiri di tengah puing, mengenakan pakaian sederhana tanpa zirah emasnya. Ia menatap reruntuhan dengan pandangan sendu—ada duka, ada rasa syukur, ada beban yang berat di pundak seorang pewaris kerajaan.

Saat Yuanxin melangkah mendekat, Liansheng menunduk hormat. “Kau menyelamatkan dunia, Yuanxin. Aku…” ia terdiam sesaat, suaranya bergetar, “Aku bahkan tak tahu bagaimana membalasnya.”

Yuanxin menatapnya lembut. “Dunia tidak butuh balasan. Ia hanya butuh seseorang untuk merawatnya.”

“Tapi tanpa dirimu, tak ada yang tersisa untuk dirawat.”

“Tidak,” ia menggeleng pelan. “Tanpa kalian, tak ada yang pantas diselamatkan.”

Hening sejenak. Angin bertiup melewati reruntuhan, membawa serpihan kelopak lotus yang berputar di udara seperti salju emas. Liansheng memandangnya dalam diam, lalu tersenyum lemah. “Kau selalu bicara seolah bukan bagian dari dunia ini.”

“Aku bagian dari semuanya,” jawab Yuanxin, menatap ke arah jauh. “Tapi aku bukan milik siapapun.”

Feng Yan mendengus. “Kecuali aku.”

Yuanxin menatap Phoenix itu dengan tatapan geli. “Kau hanya burung cerewet yang suka ikut bicara.”

“Burung cerewet yang pernah membakarmu agar kau sadar kau hidup,” balas Feng Yan dengan nada bangga.

Liansheng terkekeh lirih untuk pertama kalinya setelah perang. “Sepertinya bahkan Dewa Penjaga Semesta pun tak luput dari ejekan Phoenix.”

“Kalau tidak, hidupnya terlalu tenang,” Qiu Long menimpali sambil menggelengkan kepala naga besarnya.

Mereka semua tertawa kecil di tengah reruntuhan—tawa yang anehnya terasa hangat, tulus, dan manusiawi.

----

Hari-hari berikutnya berlalu dalam kerja sunyi. Yuanxin tidak duduk di atas takhta atau berdiri di altar seperti para dewa lain dalam kisah lama. Ia berjalan di antara manusia menyembuhkan luka, memulihkan tanah, menenangkan arwah yang tersesat setelah perang. Ia memanggil hujan lembut untuk membersihkan debu abu, menumbuhkan kembali pohon yang hangus di pinggiran lembah, bahkan memperbaiki aliran sungai yang menyimpang akibat ledakan energi.

Kehadirannya membuat banyak orang berlutut, tapi ia selalu berkata dengan suara lembut,

“Bangkitlah. Dunia tidak butuh penyembah, dunia butuh penjaga. Dan setiap manusia, adalah satu penjaga kecil dari bagian dunia ini.”

Di istana yang kini sedang dibangun ulang, Liansheng membuat keputusan besar. Ia menghapus gelar “Kaisar” dari tahtanya sendiri, menggantinya dengan “Pelindung Alam Timur.” Ia memerintah bukan untuk berkuasa, tapi untuk menyeimbangkan. Semua kebijakan yang dikeluarkannya diarahkan untuk menata kembali kehidupan pascaperang—membangun rumah, menanam padi, dan membentuk sekolah di mana anak-anak belajar tentang harmoni antara manusia dan alam.

Dan setiap malam, saat semua orang tidur, Yuanxin pergi diam-diam ke tepi danau belakang istana. Di sana, permukaan air memantulkan dua bulan satu keemasan, satu keperakan seperti sepasang mata miliknya yang kini menyimpan dua kekuatan berbeda.

Feng Yan sering ikut diam di sisinya, dalam bentuk kecilnya, seekor burung merah yang hinggap di bahunya.

“Sekarang kau lengkap,” katanya suatu malam. “Apa yang akan kau lakukan setelah dunia ini pulih?”

“Menunggu,” jawab Yuanxin tenang.

“Menunggu apa?”

“Menunggu manusia melupakan aku.”

Feng Yan menatapnya kaget. “Melupakanmu? Kau menyelamatkan mereka!”

“Justru karena itu.” Yuanxin menatap air danau. “Dunia hanya akan benar-benar damai saat mereka tak lagi bergantung pada dewa, tak lagi berdoa pada langit untuk menebus kesalahan mereka sendiri. Saat mereka bisa menjaga diri mereka, barulah aku boleh benar-benar pergi.”

Phoenix itu terdiam lama.

Lalu ia mendesah. “Kau memang bodoh seperti dulu.”

Yuanxin tersenyum tipis. “Mungkin. Tapi dunia ini layak untuk kebodohan yang seperti itu.”

---

Suatu hari, berbulan-bulan setelah perang, seorang anak kecil datang ke balai pengobatan Lotus Emas di kota bawah. Balai itu kini dibuka kembali oleh dua murid Yuanxin, Ruan dan Ren dua tabib muda yang setia. Anak itu membawa seekor anak kelinci yang kakinya patah.

“Tabib Yu Xi di sini?” tanya anak itu polos.

Ruan hendak menjawab bahwa Tabib Yu Xi sudah lama tak muncul, tapi tiba-tiba angin berembus. Di depan pintu, sosok Yuanxin muncul dalam jubah putih sederhana. Ia tersenyum, mengambil kelinci itu dari tangan kecil anak itu.

“Kau datang jauh-jauh hanya untuk ini?” tanyanya lembut.

Anak itu mengangguk, matanya berbinar. “Guru bilang… hanya Lotus Emas yang bisa menyembuhkan tanpa menyakiti.”

Yuanxin tersenyum. Ia menutup luka kelinci itu dengan tangannya yang bercahaya lembut, dan dalam sekejap, kaki mungil itu pulih. Anak itu menatap takjub.

“Jangan lupa,” kata Yuanxin sambil mengembalikan kelinci itu. “Menyembuhkan bukan soal kekuatan, tapi hati yang mau peduli.”

Anak itu menunduk hormat, lalu berlari pergi. Saat bayangannya menghilang di tikungan, Ruan menatap gurunya pelan. “Guru… kau akan pergi lagi, bukan?”

Yuanxin menatap dua muridnya dengan mata lembut yang penuh kasih. “Lotus Emas tidak boleh berhenti mekar hanya karena aku tidak ada. Dunia ini sekarang milik kalian.”

Ren berbisik, “Dan milik mereka yang kau percayai.”

Yuanxin hanya tersenyum, lalu melangkah keluar, membiarkan cahaya senja membingkainya seperti lukisan hidup.

Sore itu, di puncak tebing barat, angin berembus membawa aroma laut. Feng Yan dan Qiu Long sudah menunggunya di sana.

“Jadi ini waktunya,” kata Feng Yan, matanya berkilat lembut.

“Sudah waktunya,” sahut Yuanxin. “Keseimbangan sudah ditanam. Dunia akan tumbuh dengan sendirinya.”

Qiu Long menunduk rendah. “Kau akan kembali ke Alam Asal?”

Yuanxin menatap cakrawala. “Tidak. Alam Asal sudah menjadi bagian dari dunia ini. Aku akan tetap di sini sebagai angin, sebagai hujan, sebagai cahaya pagi.”

Feng Yan mendekat, menatap wajahnya dalam-dalam. “Dan aku?”

“Kau tetap Phoenix yang menjaga siklus kehidupan. Ketika dunia mulai gelap lagi, nyalakan apimu.”

Ia mengangkat tangan, menyentuh kepala Phoenix itu. “Kau pernah jadi apiku, Yan. Sekarang, jadilah cahaya mereka.”

Feng Yan menunduk pelan, lalu tertawa kecil. “Kau membuat perpisahan terdengar seperti kutukan indah.”

“Bukan perpisahan,” sahut Yuanxin lembut. “Hanya perubahan bentuk.”

Angin berputar di sekitar mereka, semakin kencang. Bulu-bulu Phoenix berpendar emas, tubuh naga berkilau biru, dan di tengah pusaran itu, Yuanxin berdiri senyumnya tenang, matanya berkilat antara dunia dan langit.

“Dunia telah belajar menangis dan tertawa,” bisiknya. “Kini, biarlah ia belajar hidup.”

Cahaya putih keemasan menyelubungi tubuhnya perlahan, memecah menjadi ribuan serpihan cahaya lotus yang beterbangan. Feng Yan dan Qiu Long menatapnya tanpa bicara karena mereka tahu, kali ini ia tidak pergi… ia hanya menjadi bagian dari dunia itu sendiri.

Lotus jatuh dari langit.

Setiap kelopak yang menyentuh tanah menumbuhkan kehidupan baru: hutan, sungai, bunga, bahkan bintang di langit tampak lebih terang.

Di bawah tebing, Liansheng mendongak ke langit yang dipenuhi bunga cahaya, air matanya jatuh. “Selamat jalan… Yuanxin.”

Berabad-abad kemudian, legenda tentang Penjaga Semesta tetap hidup.

Orang-orang menceritakan kisah tentang seorang wanita berjubah putih yang berjalan di antara hujan, menyentuh tanah dan menumbuhkan bunga. Di setiap tempat Lotus tumbuh, kehidupan menjadi makmur.

Namun tak ada yang tahu, di setiap hembusan angin hangat, di setiap percikan air, ada suara lembut yang nyaris tak terdengar suara seorang perempuan yang pernah menjadi jembatan antara manusia dan langit.

“Jagalah dunia, seperti aku pernah menjagamu…”

Dan di balik awan, seekor Phoenix emas dan naga biru berputar bersama, menjaga keseimbangan dari atas.

Langit tenang.

Bumi hidup.

Lotus terus mekar.

Tamat.

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lauren Florin Lesusien
dua orang keras kepala jika bersatu sangat lucu dunia tidak akan pernah sepi 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Lauren Florin Lesusien
waduh lucu ketawa sampai kepalaku dipukul centang nasi sama emak🤣🤣🤣🤣
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
/Facepalm//Facepalm/
Tiara Bella
wow....mantap....
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
cahaya pasti menang melawan kegelapan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
tanpa mereka sadari, sebenarnya sang dewi semesta dan sang penjaga agung sama² keras kepala 🤣
beybi T.Halim
sekarang semua akan terlalu serius..,💪
Tiara Bella
wow mantap.....
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
lebih baik lagi kalau yuanxin dan pangeran mahkota satu tim melawan kegelapan, pasti menarik 😍
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
sang putra mahkota bisa jadi takdir nya yuanxin
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
ketenangan yuanxin adalah badai besar yang akan menghancurkan keserakahan dan kelicikan ke 2 parasit itu
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
wahhh, apakah Liansheng akan jadi jodohnya Yuanxin?/Shy/
Wulan Sari: semoga saja berjodoh
total 1 replies
Phebe ZM
Aku suka dengan karya2mu Thor selalu menarik utk dibaca
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
apa yang kalian tabur itu pula yang kalian tuai.
saatnya sekarang tinggal menunggu balasan yang setimpal.
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
suka banget kata² ini
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
semoga jodoh nya yuanxin nanti orang yang lebih kuat dan berkuasa, agar lebih gampang membungkam para parasit
beybi T.Halim
mulai panas..,lanjut💪👍👍
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
good job yuanxin, balas mereka dengan cara yang syantik dan jadikan dirimu sultan yang sesungguhnya.
sultan itu bebas melakukan apapun bukan /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!