"Kenapa hidupku harus semenyedihkan ini? Aku bukan hanya kehilangan suamiku, tapi aku juga harus memupus harapanku untuk menjadi seorang ibu karena aku mandul. Apa aku tidak pantas bahagia?"
Maharani adalah seorang wanita yang menjadi istri dari seorang pria yang bernama Rendy Wijaya. Awal pernikahan mereka terjalin dengan begitu bahagia dan penuh keromantisan. Namun, setelah 5 tahun menikah dan selama itu juga mereka masih belum juga dikaruniai seorang pun anak, perlahan sikap Rendy mulai berangsur berubah hingga akhirnya ia menghadirkan Celine dalam pernikahan mereka dan mengakibat pernikahannya harus berujung dengan perceraian.
Bagaimana kisah Maharani dalam menjalani kehidupan keduanya dan menyembuhkan luka di hatinya atas pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya? Apakah Maharani akan memperoleh kebahagiaan yang begitu diimpikan? Lantas bagaimana dengan kemandulannya, akankah ada mukjizat yang Tuhan akan berikan untuknya atau selamanya harapan untuk dapat menggend
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Pradita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Rencana
Selamat membaca!
Setibanya Rendy di ruangan pribadinya, kedua manik mata pria itu langsung tertuju pada sosok Maharani yang kini tengah duduk di kursi kerjanya dan seperti sedang mengerjakan sesuatu.
"Hei, sayang. Kamu lagi ngapain sih?" tanya Rendy dengan suaranya yang halus, sambil melangkah dan terhenti di belakang tubuh Maharani, lalu mengusap bahu istrinya dengan lembut.
"Ini lho, Mas. Aku lagi bantu kamu cek laporan yang dikirimkan manager keuangan lewat email dengan laporan yang Angga kirimkan. Tadi Angga ke sini saat kamu sedang bertemu Celine."
"Wah, kamu memang istri yang multitalenta ya. Aku bangga padamu, sayang." Perkataan Rendy membuat wajah Maharani bersemu merah.
"Enggak gitu juga, Mas. Apa kamu lupa dulu juga 'kan aku pernah bekerja di perusahaan kamu, aku juga sering bantuin kamu buat mindahin laporan tertulis sambil merhatiin kamu cek laporan seperti ini."
"Iya, sayang. Pokoknya kamu memang yang terbaik!" ucap Rendy dan diakhirnya dengan sebuah kecupan mesra yang mendarat di permukaan pipi sang istri.
"Makasih, Mas. Oh iya, ini laporannya sudah selesai aku cek ya. Semuanya sama dan tidak ada kesalahan sedikit pun. Kamu lanjut kerja deh, aku tungguin kamu di sofa itu ya," ujar Maharani seraya menunjuk sebuah sofa berukuran besar yang berwarna biru muda, berada di sebrang meja kerja Rendy.
Saat Maharani hendak bangkit dari posisi duduknya, tiba-tiba saja kedua tangan kekar melingkar di tubuhnya, memeluknya dengan begitu erat, membuat wanita itu duduk di posisinya semula. "Jangan beranjak pergi dari posisimu, sayang. Biarkan aku memelukmu lebih lama lagi. Aku sangat merindukan kamu, sayang."
Ucapan Rendy langsung disambut hangat oleh Maharani yang juga merindukan suaminya itu yang selama satu bulan ini tidak pernah menyentuhnya.
"Aku juga sangat merindukan kamu, Mas. Tolong jangan pernah mengerjai aku dengan mengacuhkan aku seperti kemarin lagi ya, Mas. Sikapmu yang dingin sungguh menyiksa batin dan perasaanku. Aku tidak ingin lagi ya melihatmu berubah walau itu hanya sebuah rencana untuk kamu memberiku kejutan. Ingat, Mas, masih banyak cara lain selain mengacuhkan aku selama satu bulan ini!" pinta Maharani dengan penuh harap.
"Aku janji, sayang. Kemarin itu terakhir kalinya aku mengacuhkan kamu, karena jujur saja aku pun merasa hampa saat tidak dapat memelukmu dan bercanda gurau seperti biasanya. Berjanjilah untuk tidak meninggalkan aku walau apapun yang terjadi di depan sana." Kali ini giliran Rendy yang berkata penuh dengan harap, karena sesungguhnya hal yang paling ditakutkan olehnya selama ini adalah berpisah dengan cinta pertamanya, setelah cinta yang lain hadir dalam hidupnya karena sebuah kesalahan.
Maharani mengusap rahang wajah Rendy secara perlahan dengan jemarinya yang lentik. "Jangan takutkan hal itu ya, Mas, karena selamanya aku akan terus bersamamu dan tidak akan pernah meninggalkan kamu apapun keadaannya. Kita harus selalu bersama ya, Mas, hari ini, besok dan selamanya."
"Itu pasti, sayang. Meninggalkan kamu adalah hal yang tidak pernah dapat aku bayangkan selama ini." Rendy mempererat pelukannya pada tubuh Maharani yang selalu membuatnya berada pada posisi nyaman.
Maharani tak henti-hentinya untuk terus menampilkan senyuman yang menggambarkan rasa bahagianya saat ini. Wanita itu pun menghadiahi beberapa kecupan penuh kasih sayang di wajah suaminya, yang jaraknya begitu rapat dengan wajahnya.
"Sayang, aku kangen banget deh sama kamu. Kita pulang yuk, kamu mau kita ke hotel atau pulang ke rumah?" tanya Rendy mencoba untuk menawarkan istrinya dengan dua pilihan.
"Lho, ini 'kan masih jam kerja, Mas, jam makan siang saja belum. Memangnya pekerjaan kamu di kantor sudah selesai?"
"Sudah kok, sayang. Soal urusan meeting hari ini biar Angga dan Celine yang menghandlenya. Jawab dong, kamu mau kita kemana? Hotel atau rumah?" Rendy kembali mengulangi pertanyaannya pada Maharani.
"Ke rumah boleh, ke hotel juga boleh kok, Mas. Pokoknya aku terserah kamu aja deh." Jawaban Maharani membuat Rendy menjadi gemas.
"Ya sudah, gimana kalau kita pulang ke hotel saja untuk melepaskan semua rindu yang selama ini terpendam. Kalau di rumah nanti malah ada yang ganggu. Lagian kamu sudah lama sekali 'kan tidak main ke hotelku. Kamu setuju enggak, sayang?" tanya Rendy sambil mengusap pucuk kepala istrinya secara perlahan.
"Oke, Mas. Aku mau kok kita pulang ke hotel. Aku juga kangen banget deh nginep di sana bareng kamu. Sekalian kita bernostalgia kali ya, Mas, mengingat saat-saat indah sewaktu kita awal menikah lima tahun yang lalu. Aku masih ingat banget saat kamu akan melakukannya untuk yang pertama kali, kita berdua sama-sama gugup tapi kamu dengan sabarnya meyakinkan aku dan bilang tidak akan menyakitiku, padahal tubuh kamu sendiri juga gemetaran."
"Ih sayang, jangan bahas soal itu dong. Aku 'kan jadi malu." Rendy mengajukan protes dengan mencubit hidung lancip Maharani yang asli tanpa operasi.
"Mas, sakit tahu. Tapi itu 'kan cerita masa lalu kita berdua, jangan dilupakan gitu aja dong, wajib untuk dikenang saat kamu sudah jago banget melakukannya seperti sekarang ini."
Tanpa aba-aba dan secara tiba-tiba, Rendy segera menggendong tubuh Maharani dengan suara gelak tawanya yang menggelegar, lalu ia berputar-putar membuat Maharani berteriak ketakutan terjatuh saat kepalanya mulai pening karena ulah suaminya.
"Mas... stop! Kepalaku sakit, Mas. Aku mual, pengen muntah! Berhenti berputar-putar seperti ini, Mas!" teriak Maharani dengan suaranya yang lantang, membuat seseorang yang tengah menguping di daun pintu merasa begitu geram mendengar suara tawa bahagia antara Rendy dan Maharani di dalam sana.
"Aku tidak bisa diam saja membiarkan Rendy terus bahagia bersama Maharani, bisa-bisa hubungan mereka semakin erat dan aku akan semakin sulit membuat keduanya untuk berpisah. Aku harus berpikir lebih keras lagi mencari cara untuk berada di tengah-tengah mereka agar Rendy dan Maharani secepatnya bercerai, lalu aku akan menjadi istri satu-satunya seorang Rendy Wijaya!" gumam seorang wanita, yang tak lain dan tak bukan ia adalah Celine Pricilla yang merasa dirinya menderita di atas kebahagiaan Rendy bersama istri pertamanya.
Celine tampak menampilkan seringai tajam yang amat menakutan, setelah ia berhasil menemukan sebuah ide brilian. Wanita itu segera beranjak pergi menuju ke ruangannya kembali ketika mendengar Rendy dan Maharani sudah bersiap untuk pergi ke hotel.
"Kamu lihat saja, Maharani. Walau sekarang kamu masih menjadi wanita satu-satunya yang diakui oleh dunia sebagai istrinya Mas Rendy, tapi suatu hari nanti pasti kamu akan ditinggalkan begitu saja setelah aku melahirkan anak ini. Kalau kamu tidak percaya, tunggu saja siapa wanita yang akan dipilih oleh Mas Rendy nanti!" batin Celine dengan penuh keyakinan setelah berada di dalam ruangannya. Kedua tangan wanita itu tampak mengepal erat karena sampai saat ini Rendy masih belum mau menceraikan Maharani.
Celine mulai mengeluarkan ponsel dari saku jas yang dikenakannya, lalu ia mengetik sederet pesan untuk wanita itu kirimkan kepada Rendy yang saat ini baru saja memulai perjalannya menuju hotel bersama Maharani.
"Aku yakin kamu tidak punya alasan untuk menolak keinginan aku ini, Mas!" ucap Celine seraya menyeringai penuh rencana yang sudah diatur sedemikian rupa.
...🌺🌺🌺...
Bersambung✍️
Berikan komentar positif kalian ya. Jika berkenan berikan hadiah juga untuk novel ini. Terima kasih banyak.
Follow Instagram Author juga : ekapradita_87
makasih ya Thor ceritanya bagus 👍