Langit dirgantara angkasa, sang ketua geng Andreios sekaligus ketua OSIS SMA Nusantara, terpaksa harus menerima perjodohan dengan gadis barbar di sekolahnya yang suka terlambat, Queen zefanya arabella, gadis yang menyukainya meskipun di hukum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon crowell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seutuhnya
ini visual Langit
Kalo ini zefanya
Baru tau aku kalo di sini bisa tambahin visual maklum penulis baru hehehe 🤭
...****************...
Sesampainya di apartemen, keempat remaja SMA itu menopang satu teman mereka yang mabuk, tidak lain Langit, pemuda itu kelihatan mabuk berat.
"Polanya apa?" tanya Kairo, tidak tahu pola apartemen milik Langit.
"Gue bilang juga apa, bawa aja nih anak ke rumahnya, jangan kesini," ujar Samuel kesal.
"Berat, woy, cepetan!" Erza yang tidak sanggup lagi menopang tubuh Langit.
"Ngit, pola lo apa, git?" tanya Haider, padahal Langit sedang mabuk sekarang.
"Eh, peak mabuk ini anak, mau ngejawab lo gimana?" kesal Kairo, ingin sekali sleding temannya.
"Orang mabuk, biasanya jujur," ujar Haider tak mau kalah.
"Coba gue tanya," ujar Kairo. "Langit, oh Langit, password apartemen lo apa?" tanya Kairo.
"Tanggal lahir istri gue," jawab Langit yang kurang jelas, tetapi masih mampu dicerna oleh Kairo.
"Langit, monyet gue gak tau tanggal lahir istri lo," kesal Kairo.
"Wih, lapor lo ngatain bos monyet," Erza yang mulutnya ember pasti tidak akan diam.
"Jangan dong, besok gue traktir lo mie ayam," bujuk Kairo ketar-ketir.
Bisa bahaya nih, muka yang ganteng besok jika Erza ngadu bisa-bisa dia harus operasi plastik ke Korea.
"Gue juga, kalau gak gue lapor," ancam Haider.
Kan kan ikut-ikutan, siapa suruh Kairo keluarin bahasa gaya gitu. Uda tahu teman-temannya spek dekil ini suka ceplas ceplos.
"Iya iya, besok gue traktir lo bertiga asalkan jangan ngadu. Kalau lo berempat ngadu, balikin semua uang yang gue traktir," ujar Kairo yang tidak mau rugi sendiri. Toh dia harus bilang begitu karena Erza besok pasti ceplas-ceplos.
"Kai, lo kan tahu gue miskin, mana bisa gitu? Jangan balikin semuanya dong, gue miskin," Erza dramatis. Keempat pemuda tampan melihat Erza dengan ekspresi wajah malas.
"Lo, kalo masih jomblo, nikah aja sono sama Aluna," ujar Haider yang melihat sifat Erza lama-lama hampir mirip dengan Aluna.
"Eh, ni mulut amit-amit cabang Kliwon, eh ralat cabang bayi," Erza bergidik ngeri jika sudah membayangkan wajah gadis yang bernama Aluna.
"Jual bebek lo si Kitty," tawar Haider.
"Enak aja lo, dia anak cucu cicit keturunan Hello. Gak usah ngadi-ngadi lo," Erza melotot tak percaya bebek satu-satunya yang mau mengeram mau dijual. "Gila!"
"Hello siapa lagi nyet?" tanya Samuel.
"Hello itu moyangnya, kalo Kitty itu cucu cicitnya," jawab Erza.
"Udahlah, malas gue berdebat sama lo," ucap Kairo sudah muak dengan yang namanya bebek.
"Oke, tanggal lahir istri lo apa tadi?" tanya Samuel.
"27****," Langit memberi tahu password apartemennya.
Baru saja Kairo ingin membuka pintu, tetapi Zevanya membukanya terlebih dahulu, menatap mereka beralih menatap Langit yang sedang tidak sadarkan diri.
"Eh, pas banget lo keluar," ujar Kairo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Nape, tuh anak?" tanya Zevanya, menatap heran Kairo.
"Mabuk," jawab Samuel.
"Bawa masuk aja, kalian tua kan kamar dia?" tanya Zevanya. Keempat mengurutkan kening, berarti mereka tidak tidur satu kamar dengan bos mereka.
" Tau, tapi lo temani kita," ujar Haider. Zevanya membuang napas panjang lalu menganggukkan kepalanya.
Mereka mengangkat tubuh Langit dengan hati-hati, takut ada lebam atau luka yang lebih parah besok.
"Lo, bantu jagain dia, kita masih ada urusan," ujar Samuel setelah meletakkan tubuh Langit.
"Iya, kita harus rapiin markas yang suami lo buat hancur," ujar Haider.
"Kenapa emangnya, nih bocah kalah balapan?" tanya Zevanya penasaran.
"Putus cinta," jawab Erza cepat.
"Hmm, gitu, udah kalian pulang aja, biar gue yang urus," ujar Zevanya, mengiyakan kalau dia yang membantu Langit.
"Yah, udah kita pamit, buketu," ujar Haider.
Zevanya hanya menggelengkan kepalanya, menatap teman-teman suaminya ini. Ia mengantar mereka berempat ke depan pintu apartemen, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar Langit.
"Kenapa lo rusakin diri lo, sebegitu berartinya Aluna buat lo, yah?" gumam Zevanya sambil melap wajah tampan Langit.
"Gue tau kok, di sini gue cuman pengganti istri di atas kertas lo, tapi gue janji gue bakal pergi dari hidup lo," ujar Zevanya.
"Kasihan banget si lo, ganteng-ganteng dibuat gini sama monyet purba," lanjut Zevanya, memperhatikan wajah Langit intens.
"Ze, Zevanya, gue minta maaf, gue mohon jangan tinggalin gue," racau Langit, membuat Zevanya menoleh ke arahnya.
Zevanya tersenyum lebar, ternyata suaminya masih memiliki rasa, walaupun sedikit demi sedikit mungkin.
"Gue mohon, gue butuh lo, Aluna," ujar Langit, kemudian membuat Zevanya tersenyum kecut.
"Mungkin gue terlalu berharap ya," ujar Zevanya. Gadis itu berdiri akan keluar dari dalam kamar Langit, tapi
Bruk!
Zevanya ditarik oleh Langit, kini Zevanya berada di bawah kekungan pemuda itu dengan posisinya langit di atas, Zevanya di bawah.
"Minggir!!" teriak Zevanya, tetapi Langit hanya tersenyum lebar.
"Lo cantik," kata Langit, tiba-tiba menyelipkan rambut Zevanya ke telinga.
"Gue tau, emang udah cantik gue dari orok, minggir," ujar Zevanya, berusaha mendorong pemuda itu menjauh.
"Gue mohon suka gue sekali lagi, gue gak tahu gue suka sama lo atau gue gak suka sama lo. Gue gak bisa kalau lihat lo sama cowok lain. Lo beda dari cewek murahan itu," ujar Langit yang setengah mabuk.
"Iya, iya, lah beda," ujar Zefanya tidak terima jika disamakan dengan wanita itu yang tidak lain Aluna.
"Gue mau lo. Malam ini," ujar Langit dengan mata sayu, tiba-tiba menyerang Zefanya dengan brutal.
"ngit, gue mohon jangan hiks hiks"
Zefanya, gadis itu, menolak bahkan mendorong Langit dengan sekuat tenaga, tapi tidak bisa. Langit terlalu kuat baginya; ia tidak bisa melawan kekuatan laki-laki itu. Sehingga, malam ini adalah malam di mana Zefanya seutuhnya menjadi milik Langit.