Novel ini menekankan pada janji yg dibuat sebagai dasar pengungkit,
bisa karna janji yg tidak ditepati atau karna ungkapan rasa yg tidak diterima karna janji tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Sarii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Keadaan mama sudah membaik, aku sudah seminggu menjaga dan merawat mama. Ami juga nyaman di rumahku kebetulan para santri pulang untuk liburan.
Siang ini aku dan Ami lagi bersantai di belakang rumah.
"Nay kamu balik ke pondok lagi kan? " tanya Ami padaku.
"Lihat ntar Mi aku gak tega ninggalin mama, Oh ya kenapa kamu gak ngajar di sekolah biasa Mi?, " tanyaku.
"Hem kamu kan tau yg aku handal kan cuma hafalan ku bukan S1 Nay," jawab Ami dengan wajah cemberut.
"Maaf Ami jika pertanyaanku menyinggung perasaanmu, " ujarku.
"Gapapa Nay aku gak kesinggung kok, "
dia tersenyum padaku.
"Assalamu'alaikum kak aku cariin ternyata kakak di sini, ini buat kakak dan kak Ami, " kata Fikri memberikan kantong kresek yg berisi donat dan sop buah.
"Wah rezeki anak sholeha nih siang gini dapet yg seger, thanks bro, " ujarku mengajukan jempol pada Fikri.
"Sama sama kak, aku balik kerja ya kak, jagain mama kak, Assalamu'alaikum, "
"Wa'alaikumussalam, " jawab kami berdua.
"Mari kita makan Mi, " ujarku membuka kotak donat.
"Ternyata kalian di sini mama kirain kalian pergi," mama menghampiri kami.
"Kami lagi ngadem ma," cengir ku.
"Makan ma ada donat sama sop buah dibawain Fikri, " ucap ku.
"Terus Fikri nya mana nak? kok gak kelihatan? " tanya mama.
"Balik kerja lagi ma, " jawabku.
"Tumben dia pulang siang untuk nganterin ini doank? " mama menatap ku.
"Nay gak tau ma mungkin dia ada keperluan sekalian mampir ke rumah deh, " jawabku asal.
Kami makan donat sambil mengobrol, "Nay kamu balik sama Ami? " tanya mama dengan wajah sendu.
Aku menatap wajah mama kelihatan raut sedih aku gak tega meninggalkan mama.
Ami juga melihat ke arahku.
"Mama pengen kalian disini saja, Ami di sini juga ya nak bareng kami, kalian kan bisa ngajar les atau kerja yg lain, " pinta mama kepada kami.
"Nanti Nay pikirkan ya ma, mama jangan banyak pikiran, " kataku sambil memeluk mama.
"Mama gak mau jauh dari kalian, " ucap mama.
Aku termenung memikirkan ucapan mama barusan, ada rasa sedih i hatiku, aku takut gak bisa membahagiakan mama nanti.
"Nay, masih belum mau membuka hati nak? " tanya mama.
"Belum ma, Nay takut kecewa lagi ma, " ucap ku.
"Jangan lama lama ya nak, mama masuk dulu ya, "
"Ya ma, " jawab kami barengan.
Mama masuk ke dalam untuk istirahat, sedangkan kami masih santai.
"Ami maafkan ucapan mama aku ya, " ucapku.
"Perihal kerja tadi ya Nay? " tanya Ami.
"Ya Ami jangan dimasukin ke dalam hati ya, " kataku.
"Omongan mama kamu ada benarnya aku ingin mengabdi di sini, aku ingin mengamalkan ilmu yg aku dapet selama ini, kamu bantu aku, " ucap nya.
"Ilmu ku masih rendah Ami, gimana bisa ku membantumu, " ucapku lagi.
"Bismillah Nay aku yakin kamu pasti bisa, " dia menepuk pundak ku.
"Aku takut Ami, aku takut gak bisa membuat mama bahagia karna aku belum bisa memenuhi permintaan beliau, " kataku dengan mata berkaca kaca.
"Jangan sedih Nay, kita tidak tau rencana Allah di depan sana, " kata nya memberikan ku semangat.
"Tugas mu sekarang berbakti kepada orang tua mu dan bahagiakan beliau, jangan pernah merasa dendam kepada papa mu ya Nay, gimana pun perlakuan beliau kepada kalian tetap bukakan pintu maaf, "
"Makasih Ami kamu memang sahabat terbaik ku, " ucap ku.
"Sama sama Nay kita sama sama mengingatkan dalam kebaikan, " kata nya sambil tersenyum pada ku.
Terdengar suara adzan Ashar kami masuk ke dalam untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajiban kami.
Usai sholat aku memasak untuk makan malam nanti, Ami juga membantu ku.
Kami memasak dengan sesekali bercanda.
"Nay sudah selesai masaknya nak? " mama masuk ke dapur.
"Sedikit lagi selesai ma, kenapa ma? " tanya ku sambil menoleh kepada mama.
"Biar mama dan Ami yg lanjutin nak, di luar ada papa mu, "
Aku menoleh pada Ami, "Temuin Nay ingat pembahasan kta tadi, " Ami tersenyum pada ku.
Aku masuk ke kamar untuk mengganti pakaian dan memakai jilbab, lalu aku menemui papa dengan membawa minum, aku meletakkan minum dan mempersilakan papa minum. Aku salam sama papa dan mencium tangan beliau. "sehat nak? " tanya papa sambil mengusap kepalaku.
"Alhamdulillah pa," jawab ku dan duduk berseberangan dengan papa.
"Kapan balik nak? waktu papa ke sini Nayla gak di rumah, "
"Sudah satu minggu Nay di rumah pa, " jawab ku.
"Maafkan papa ya nak papa pernah keras sama Nayla, "
Aku hanya diam.
"Fikri dan Silvi ada di dalam nak? " tanya papa lagi.
"Mereka belum pulang kerja pa, " jawab ku.
"Papa ingin bicara dengan kalian bertiga, terutama Silvi papa gak pernah bertemu dan bicara dengan nya sejak papa dan mama kalian berpisah, " kata papa.
"Biasa nya mereka sampai rumah maghrib pa, " jawab ku.
"Boleh kan papa menunggu mereka nak? "
Aku berpikir aku takut mama marah,
"Nay tanya mama dulu pa, " jawab ku sambil berdiri dari duduk ku.
Aku menghampiri mama di dapur,
"Lho sudah pergi Nay? " tanya mama menatap ku.
"Papa masih diluar ma, ma Nayla mau minta izin, apa boleh papa menunggu Silvi dan Fikri pulang ma? papa mau bicara sama mereka ma, "
Tampak mama menarik nafas kasar,
"Boleh gimana pun itu orang tua kalian, gak ada istilah mantan ayah dan anak, " ucap mama pada ku.
"Betul Nay, " sahut Ami tersenyum pada ku.
"Kamu temanin papa mu ngobrol di luar nak sampai adek adek mu pulang, " ujar mama.
"Ya ma, " jawab ku lalu berjalan ke luar.
Papa gak ada membahas pernikahan ku yg gagal.
Papa lagi telponan entah sama siapa aku gak tau.
Aku cuma diam duduk sambil sesekali melihat HP ku.
"Lagi dimana Fikri? " aku mengirim pesan pada Fikri.
Lima belas menit pesan ku dibalas.
"Jalan pulang kak, ada apa kak? mama baik baik aja kan kak? atau kakak mau Fikri belikan sesuatu? "
"Gak dek buruan pulang papa menunggu kamu dan Silvi, papa mau ngomong sama kalian, "
"Mau ngomong apa kak? "
"Kakak gak tau dek kalian buruan pulang, " balas ku.
"Ok kak gas kun, "
"Papa ke luar bentar nak, nanti habis maghrib papa ke sini lagi, "
Kata beliau sambil berdiri.
"Ya pa, " jawab ku juga berdiri. Aku menutup pintu karna bentar lagi adzan maghrib.
Aku masuk ke dalam untuk meletakkan gelas kotor, "Papa mu ambil sholat dimana Nay? " tanya mama keluar dari kamar.
"Papa pergi sebentar ma nanti balik lagi kata nya, " jawab ku dan masuk ke kamar untuk sholat.
Aku lihat Ami lagi menutup mushaf setelah membaca nya. "Gak sholat bareng papa mu Nay? "
"Beliau keluar sebentar Ami, "
"Oh gitu, kamu sudah wudhu? "
"Sudah Ami, " kata ku sambil memasang mukenah.
Kami sholat maghrib dan setelah sholat kami membaca Al Qur'an.