NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Rasa Bersalah

Ellios POV

Ketika aku berumur lima tahun, kupikir kami adalah keluarga yang bahagia. Aku memiliki ibu yang cantik dan baik hati, dan ayah yang memegang kekuasaan tertinggi di kekaisaran.

Namun, baru kusadari bahwa semuanya hanyalah sandiwara di atas panggung berkilau.

Ketika kak Theon mulai menunjukkan gejala sakit setiap malam, Kaisar sama sekali tidak mempedulikan keadaan kakak. Lambat laun perilaku ibu juga mulai terlihat di mataku.

Aku selalu mendatangi kamar kak Theon dan menunggunya seharian. Tak jarang pula aku pernah menunggunya hingga pagi tiba.

Melihat wajah kakak yang ku sayangi kesakitan di atas kasur, membuat hatiku seperti diremas dengan kuat.

"Ibu, tolong bantu kak Theon! Kakak kesakitan sekali!" Aku mendatangi ibuku dan memohon padanya ketika hari dimana Altheon menjadi semakin parah. Namun, yang kudapatkan hanya tatapan dingin dari ibuku.

"Anakku Ellios, apa yang sebenarnya kamu bicarakan?" Ibu mendatangiku dan berjongkok di depanku. Ia menangkup pipiku dengan satu tangannya, menyeretnya agar menatap matanya.

"Dengarkan ibu, Ellios. Kamu tidak perlu dekat lagi dengan Pangeran Pertama, paham? Kamu harus fokus menjadi belajar seperti biasa."

"Apa? Ta-tapi—"

"Dengar, Ellios. Pangeran Pertama telah dikutuk. Kamu tidak boleh mendekatinya lagi seperti dulu, paham?"

Saat itu aku tidak paham mengapa ibu selalu mengatakan bahwa kak Theon terkena kutukan. Bukan hanya ibu, para pelayan juga mengatakan bahwa kak Theon terkutuk.

Sejak saat itu juga kesehatan Permaisuri mulai memburuk. Kaisar seakan buta untuk melihat keadaan Permaisuri dan Pangeran Pertama, dan itu membuatku merasa begitu kesal.

Lalu, tiba-tiba saja berita pengiriman kak Theon sampai di telingaku.

"Kakak! Apa benar ayah mengirimmu ke daerah pinggiran?!"

Kak Theon hanya diam tanpa menatapku. "Kakak! Jawab aku!" Aku terus menggoyangkan tubuhnya, berteriak dengan putus asa.

"Sudahlah, Ellios. Selir pertama akan marah jika melihatmu bersamaku."

"Apa?"

Sesuatu seakan runtuh di hatiku, kak Theon pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun padaku. Aku hanya bisa menunduk, meratapi diriku yang tidak bisa berbuat apapun.

Pada akhirnya kak Theon dikirim pergi ke tempat yang jauh, seakan secara halus mengusir kak Theon dari istana.

Aku melihat kepergian ka Theon dari kaca kamar Permaisuri, mengeratkan kepalan tanganku hingga meninggalkan bekas di telapak tanganku.

Aku menoleh ke arah Permaisuri yang terbaring dengan tidak berdaya. Wajahnya begitu pucat, dan bernapas pun terlihat begitu sulit.

"Ibu, sebenernya apa yang terjadi pada anda?" Aku bersimpuh di lantai sambil menggenggam tangan kurus Permaisuri dengan tangan bergetar.

"Aku akan menjaga ibu, Kakak."

Aku bertekad untuk menjaga Permaisuri yang sedang sakit hingga kak Theon kembali ke istana. Namun, tekadku seperti sebuah omong kosong yang menyedihkan.

Di hadapanku, dengan kedua mataku yang menyaksikan dan kesadaranku yang utuh, aku—dengan tanganku sendiri—menyerahkan semangkuk sup beracun kepada Permaisuri.

“Ellios, antarkan sup ini kepada Permaisuri, ya?” suara Ibu terdengar lembut, hampir seperti nyanyian pengantar tidur.

“Eh? Baik, Ibu,” jawabku, tanpa curiga sedikit pun.

Saat itu, aku tidak tahu. Aku pikir ini hanya sup biasa. Makanan hangat untuk seorang wanita yang sedang tidak sehat. Namun semuanya berubah ketika aku tak sengaja melihat pelayan pribadiku yang selalu setia meneteskan cairan bening ke dalam sup itu.

Aku ingin menanyakan langsung, tapi...

“Ellios, kenapa masih di situ? Ibu percaya kamu akan membantu Ibu, seperti biasanya.”

Suara Ibu terdengar penuh kasih. Tapi entah kenapa, rasanya dingin menusuk.

“Ibu… Sup ini…” aku mencoba mengutarakan, namun lidahku kelu. Tanganku bergetar.

Ia melangkah mendekat, menyentuh pipiku, lalu menempelkan jari telunjuknya di depan bibirku. “Ssst… Tidak apa. Percayalah pada Ibu, ya?”

Senyum yang terpampang di wajahnya begitu manis… terlalu manis. Senyum itu bukan senyum seorang ibu. Itu adalah senyum seorang pemain catur yang baru saja menjebak bidak lawannya.

“Atau… mungkinkah Ellios lebih memilih melihat Ibu mati?”

Kalimatnya meluncur lembut, namun penuh ancaman. Seakan-akan nyawanya benar-benar bergantung padaku.

“A-Apa maksud Ibu?”

Ia menatapku, matanya tak lagi teduh. Ada sesuatu yang mengintai di baliknya ambisi, dendam, atau mungkin… ketakutan.

Kekuatan Permaisuri terlalu kuat... Hal itu bisa membahayakan nyawa ibumu ini Ellios. Maka dari itu, ibu meminta bantuanmu untuk mengantarkan sup hangat ini." Wajah getirnya saat itu membuat hatiku ragu dan membuatku memilih pilihan yang akan selalu ku sesali seumur hidup.

To Be Continued

1
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!