Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepaskan Jati Diri
"Ayo sekarang kamu pilih siapa? Aku atau Jasmin?"
Sontak anak dan bapak itu terkejut bukan main. Tiba-tiba saja Sarah datang membawa pertanyaan yang sudah di pastikan dirinya mendengar percakapan tadi. Pak Darwin kikuk di tempatnya, Sedangkan Daren kebingungan harus berbuat apa..
Sarah perlahan mendekat. Berdiri di antara keduanya yang masih diam membisu.
"Kenapa ayah lakukan ini? Sarah pikir ayah orang baik dan bijak, tapi Sarah salah, selama ini kalian bertiga sudah membohongi Sarah." Sarah mulai menangis.
Daren mendekat, Tapi tangan Sarah terangkat meminta untuk jangan mendekat. "Aku benar-benar kecewa sama kamu,"
"Tapi aku ga terlibat, Sumpah, aku bahkan tidak membuat kesepakatan apapun." Papar Daren. Melirik sang ayah yang masih diam. "Ayah, katakan kalau Daren tidak terlibat?" Lanjut Daren meminta pertanggung jawaban atas ucapan Pak Darwin tadi.
"Itu tidak penting," Pak Darwin bersuara, Lantas duduk kembali membawa perasaan kalut. "Sekarang kamu sudah tau apa yang sebenarnya. Ayah dan mendiang ayah mu, sudah membuat kesepakatan,"
Sarah mengangguk lalu ikut duduk di susul Daren. "Kenapa kalian tega, mempermainkan perasaan Sarah, Sarah sudah membaca surat yang ayah tulis. Sarah benar-benar tidak mengerti, Kenapa kalian lakuin itu."
Daren mendekat lagi, kali ini tidak ada penolakan, Sarah membiarkan Daren memeluknya. "Maafkan aku, aku minta maaf." Ucap Daren pelan, walaupun tidak berperan banyak dengan perjanjian itu tapi Daren merasa bersalah.
"Sekarang Daren harus membuat keputusan?"
Sarah dan Daren menatap Pak Darwin.
"Keputusan apa? Daren tidak akan membuat keputusan apapun." Kata Daren tegas.
Sarah yang kebingungan dan hancur terdiam. Inikah waktunya? Semua isi perjanjian yang telah di sepakati harus di urai dan diselesaikan sekarang juga?
Pak Darwin bergantian menatap Daren dan Sarah. "Perusahaan kita harus mempunyai pewaris, tapi bukan pewaris yang cacat, Dia harus sehat, sempurna dan hidup normal. Suka tidak suka Sarah tidak bisa memberikan keturunan seperti itu,"
"Dok-
Sarah tercekat dengan kalimatnya sendiri, sekuat apapun memberi penjelasan tentang kebohongan keluarga Pak Dahlan tidak akan di dengar, dirinya pasti akan di sebut pembohong. hasil lab yang masih ada di dalam tas seolah tak berarti. Hati sang ayah mertua tetap akan pada pendiriannya. Kenyataan bahwa anak yang di kandung berpotensi cacat membuat Sarah terdiam.
Pak Darwin segera bangkit siap meninggalkan keduanya, tapi sebelum itu ia bersuara. "Ayah sudah putuskan, kalau Yasmin adalah calon istri Daren. Kalian tidak bisa menolak," Lalu pak Darwin melangkah keluar tapi Daren segera mengejar menarik tangan sang ayah untuknya tidak pergi.
"Ayah mau ke mana? Kita belum selesai."
Pak Darwin membalikan badan. "Keputusan ayah tidak akan berubah."
"Kalau ayah sudah membuat keputusan, maka Daren juga sudah membuat keputusan."
Sarah yang terisak menoleh kearah Daren. Wajahnya yang memerah semakin takut, Keputusan apa yang akan di ambil sang suami kiranya.
Daren mendekati Sarah terlebih dahulu. Menarik tangannya untuk ia bawa ke hadapan Pak Darwin. Di hadapan Pak Darwin Daren mendekap erat tubuh Sarah.
"Keputusan Daren adalah tetep bersama Sarah, apapun yang terjadi, ayah tau betul bagaimana Daren sangat mencintai Sarah, bertahun-tahun Daren mencintai Sarah, ayah pun tau itu, Sekarang hanya demi keturunan Daren harus menikahi wanita lain yang bahkan sedari awal tidak Daren bayangkan, Tidak Yah, Daren tidak mau, Jika keputusan Daren berarti menentang keras keinginan ayah, Daren siap menanggung semuanya."
Sarah menatap Daren tak percaya, Kenapa bisa hanya demi dirinya Daren mengatakan itu, Bagaimana kalau Pak Darwin nekat dan mengiyakan keputusan Daren.
Pak Darwin tersenyum kecut. "Kamu tidak pernah menolak keinginan ayah, Tapi sekarang kamu membangkang demi Sarah?" Pak Darwin melirik sang menantu dengan mata sedikit tajam.
Daren mengangguk yakin. "Demi Sarah, Daren akan melakukan apapun."
"Ok, jika itu mau kamu, Mulai hari ini, kamu bukan lagi pemegang perusahaan, Mulai hari ini lepaskan semua fasilitas yang kamu hasilkan dari perusahaan, mulai hari ini kamu bukan lagi anakku!"
Daren diam pada awalnya, tapi segera kepalanya mengangguk. "Dengan senang hati."
Sarah yang terkejut hanya bisa diam ketika Daren melepaskan jasnya. "Jangan, aku mohon jangan."
"Jangan kamu halangi, dia sudah menerima semua resikonya. Jadi biarkan." Kata Pak Darwin.
Sarah menggeleng cepat. Menghalangi Daren yang akan membuka kemejanya. "Akan Daren kembalikan, tapi tidak di sini."
Pak Darwin terdiam, ini bukan di rumah. Bagaimana kalau Daren benar-benar bertelanjang bulat?
"Kembalikan hari ini juga, Semuanya, jangan ada yang terlewat. Sepeserpun jangan tertinggal, Keluarlah seperti bayi, pergi kemanapun kamu mau." Ucap Pak Darwin tak berperasaan. Sebelum benar-benar pergi, Pak Darwin mendekati Sarah yang ada di depan Daren. "Segera kembalikan uang yang ayahmu pernah pinjam, atau 60% perusahaan Astra internasional, akan menjadi milik ku.."
Dada Sarah benar-benar sesak, ingin rasanya meminta belas kasihan, tapi tidak, Sarah hanya berbalik lalu memeluk Daren.
"Jangan di lepaskan, jangan nekat." Kata Sarah kepada Daren yang terus berusaha menanggalkan pakaiannya.
Daren balas memeluk Sarah sembari terus menatap kepergian Pak Darwin.
"Kita bisa melewati ini, aku janji."