Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 24
Rasa sakit yang sedang di alami Ning Siang ini begitu teramat sangat menyiksa. Sakit luar biasa, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Merupakan pengalaman pertama merasakan kesakitan tiada tara.
Tapi Ning Siang berusaha untuk tetap sadar. Ia harus bisa dan sanggup bertahan agar bisa menjadi kuat. Karena Ning Siang tahu, rasa sakit ini sangat sebanding dengan hasil yang bakal dirinya dapat.
Aliran spiritual Ning Siang seolah- olah terbelah saat Kadal Merah itu mulai menembus. Begitu Kadal merah sudah pada jalur nya. Secara otomatis rasa sakit yang di rasa dan alami Ning Siang juga sedikit mulai berkurang.
Tidak sampai dari satu jam, Spirit Kadal Merah itu akhirnya berada di lautan spiritual Ning Siang. Keduanya kini telah berhasil menyatu. Sebuah kontrak telah terjalin dan mengikat keduanya, menjadi tuan dan budak. Sebuah segel bundar kecil dengan tulisan hexagram telah terbentuk di dalam Inti jiwa Ning Siang dan juga Kadal Merah.
Saat itu juga energi Qi mulai mengalir deras membanjir dengan cepat pada seluruh meridian menuju dantian hingga...
BOOOM
BOOOM
Terjadi ledakan terendam dua kali dalam tubuh kecil Ning Siang. Bocah cilik anak Panutua 1 Ning Sang generasi muda Klan Ning itu telah menembus tahap atau ranah ke satu dalam jalan kultivasi. Sekarang kultivasi Ning Siang itu adalah Body Tingkat Biasa.
Tidak berapa lama kemudian sebuah formasi Dahpin muncul di bawah kaki Ning Siang. Formasi itu bersinar kemudian menyelimuti tubuh bocah kecil itu. Dak lama kemudian Ning Siang menghilang dan muncul di aula Paviliun Spirit.
******
Aula Paviliun Spirit
Begitu Ning siang tiba di Pavilion Spirit sudah ada ibunya Ning Sun. Wanita paruh baya itu sudah menungguh kedatangan nya. Ning Sun ada di aula Paviliun Spirit sejak melihat Ning Siang saat proses penyatuan dengan Spirit kadal merah. Wanita itu datang ke aula Paviliun Spirit sendirian tanpa mengajak suami atau pun saudara ipar nya.
"Siang'eeer, selamat sayang. Kau berhasil! Kau kini telah menjadi seorang kultivator Klan Ning." Ning Sun berbicara sambil merentangkan kedua tangannya. Dengan senyum lebar menghiasi wajah cantiknya yang teduh.
Ning siang yang baru tiba melihat sambutan yang diberikan ibunya kepada nya seketika itu juga senyum langsung terbit di bibirnya, bocah kecil itu pun langsung berlari mendekat dengan merentangkan kedua tangannya juga untuk bisa memeluk ibunya.
"Terima kasih, Bu! Hehe.. aku hebat khan! Aku tidak mengecewakan bukan!" Sambar Ning Siang dalam pelukan erat ibunya.
"Iya kau hebat! Tidak mengecewakan. Aih.., siapa dulu ibunya?" Saut Ning Sun sedikit menggoda putrinya.
"Haha... ya anak ibu lah! Anak dari Nyonya Ning Sun istri dari Panutua 1 Klan Ning. Hehe.." jawab Ning Siang terkekeh.
Mendengar jawaban dari putrinya Ning Sun dengan gemes mencubit kedua pipi tembem kayak bakpao Ning Siang. Bocah itu dengan cemberut mengusap-usap kedua pipinya, seolah olah cubitan dari Ning Sun ibunya itu terasa sakit. Padahal Ning Sun mencubit tidak menggunakan kekuatan. Hanya saja kulit wajahnya sensitif sehingga cubitan itu nampak memerah.
"Aih.. ibu, makin melar pipiku! Emm.. tambah besar! Ihh...Jadi tidak imut dan cantik lagi!" Protes Ning Siang akan tindakan ibunya. Bocah itu merasa dirugikan.
"Haha Siapa bilang? Putri Ibu tetap cantik. Ning Siang tetap menarik."
Ning Sun berbicara sambil menarik tangan anaknya mengajaknya keluar dari Aula Paviliun Spirit untuk berkumpul bersama keluarga dan anggota Klan Ning lainnya. Sambutan pun langsung di dapat Ning Siang saat berjumpa.
"Selamat Siang'er! Ayah bangga padamu." Kata Ning Sang menyapa anaknya.
"Selamat Ning Siang!" Ucap beberapa anggota Klan Ning bersamaan.
"Berhasil juga kau! Baguslah!" Celetuk Ning Lia.
"Iya pasti berhasil, siapa dulu? Aku... Ning Siang" Sautnya dengan ketus.
"Ck, tetap saja aku yang duluan! Khan masuk kita bersamaan. Dan kauu!! Idih.. kembali belakangan!" Sarkas Ning Lia tidak suka.
Ning Siang komat kamit setelah mendapat tanggapan Ning Lia. Bocah itu tidak begitu suka dengan anak Ketua Agung ini tapi mereka sangat dekat sebab sepupu nya Ning Wie juga merupakan sepupu dari Ning Lia.
Karena dari kedatangan nya sampai sekarang Ning Wie tidak juga nampak membuat Ning Siang mulai nengok kanan kiri mencari-cari di mana sepupunya itu.
Ning Lia yang menyadari kalau temannya Ning Siang itu sedang mencari seseorang, dan bocah itu langsung menerkahnya. "Kau mencari sepupu mu khan? (Ning Siang menganggukkan kepalanya) Aih.., tidak usah dicari! Wie'er belum kembali!"
Spontan Ning Siang menjawab, "Hah..Belum kembali! Yang bener saja! Ning Wie sudah memiliki Spirit Pheonix koq, tidak mungkin kalau dia masih ada di Spirilam."
"Siapa yang bilang kalau Ning Wie masih berada di Spirilam. Itu anak sedang terjebak dalam jalur transportasi di ruang hampa."
"ltu benar! Kiita semua saat ini sedang menunggu kedatangan nya. Dan harap- harap cemas. Dia sudah terjebak cukup lama. Semoga Ning Wie masih baik-baik saja!"
Memang itulah yang di harapkan, bukan hanya oleh kedua orang tua Ning Wie atau pun keluarga besar nya saja tapi juga di harapkan oleh semua anggota dari Klan Ning pusat mau pun cabang.
Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu, cahaya matahari sudah tenggelam dan akan bergantikan dengan cahaya bulan. Sudah banyak dari kandidat peserta yang kembali. Hal ini semakin memanaskan situasi di pelataran Paviliun Spirit.
Bagi anggota keluarga atau Klan yang berhasil menjadi suka cita sedangkan bagi anggota keluarga atau Klan yang belum kembali menjadi tegang, resah dan cemas.
*******
Alam Spirilam
Setelah Ning Wie melangkahkan kakinya menjauh dari kawanan Spirit burung Pheonix Es, bocah cilik itu menyisir gua Es mencari jalan keluar. Tetapi sekian lama tidak juga menemukan jalan keluarnya bahkan sampai kakinya terasa pegal dan berat.
Ning Wie ingin sekali menikmati waktu nya yang sangat singkat itu di Spirilam. Sebab kembali lagi atau ingin berkunkung ke alam ini sudah tidak mungkin lagi seumur hidup.
"Ahh... tidak ketemu juga? Ihh... Kenapa Kembali ke tempat semula? Wduch.. aku hanya putar- putar saja di tempat."
Ning Wie tidak tahu apakah di luar gua kini siang sudah menjadi malam ataukah hari sudah silih berganti. Yang pasti Ning Wie ada di dalam gua es itu sangat lama.
KRUUK KRUUK KRUUK
Terdengar suara perut Ning Wie yang minta di isi. Baru kali ini bocah itu merasakan kelaparan sejak dirinya tiba di Spirilam. Langsung saja bocah cantik itu menepuk tas penyimpanan nya. Ia mengambil bekal makanan yang sudah di siapkan oleh ibunya Ning Ling.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...