Bagaimana jika pengalaman pertamamu di renggut oleh seorang gadis miskin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tubuh Lucia bergetar, ia takut terjadi sesuatu pada Grey. Pria itu sedang tahap pemeriksaan, sementara Lucia berdiri di pojokan. Lucia bahkan sempat ketakutan saat melihat Grey hampir kehilangan nafasnya saat tadi menuju rumah sakit, untung ada Adnan yang siap kapanpun.
Selesai berbicara dengan dokter, Grey mengulurkan tanganya untuk menyambut Lucia. “Kemarilah, kenapa kamu hanya berdiri di pojokan?” Tanya Grey.
Lucia mendekat, ac di ruangan itu begitu dingin namun entah mengapa tubuh Lucia berkeringat , mungkin karena ia merasa bersalah.
“Maaf, aku gak tau kalau kamu alergi udang.” Ucap Paula sambil menundukan kepalanya. “Kenapa kamu makan udang kalau punya riwayat alergi?” Tanyanya lagi.
Grey tersenyum, ia memainkan jari-jari tangan Lucia. “Karena itu masakan pertama yang kamu buat untukku.” Ucap Grey, ia sangat senang saat tau Lucia membuat masakan itu untuknya karena itu Grey tak berani menolak.
Lucia pun menangis sesegukan, sejak tadi ia menahan agar tetap bisa kuat. Tapi mendengar ucapan Grey membuatnya terharu. Hanya sebuah masakan sederhana tapi pria itu sangat menghargai kejra kerasnya, berbeda dengan Andrew pria itu selalu melarang Lucia untuk masak karena Andrew lebih suka makan di luar ketimbang makan masakan Lucia.
Grey terkejut, ia menarik tubuh Lucia masuk ke dalam pelukanya.
“Jangan nangis, kenapa nangis? Aku gak sakit separah itu.” Ucap Grey jujur karena setelah mendapatkan penanganan dari dokter, Grey tak lagi sesak dan gatal-gatalnya sudah mulai berkurang.
“Naikan kakimu, tanganku sakit menahan tubuhmu.” Alasan Grey, Lucia pun mengikuti ucapan Grey dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.
Grey mengulum senyumnya senang karena akhirnya Lucia tak menolak permintaanya, sementara Adnan yang sejak tadi berdiri di sana bergidik ngeri melihat interaksi keduanya. Ia pun segera keluar dari ruang rawat inap itu agar tidak muntah melihat sikap tuannya yang aneh belakangan ini.
“Jangan sedih, ini bukan salahmu. Sejujurnya karena itulah aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi, kita harus tau satu sama lain. Aku juga ingin mengenalmu lebih jauh lagi.” Ucap Grey sambil mengusap punggung wanita itu.
Entah mengapa berbaring sambil memeluk Lucia membuat dirinya begitu nyaman, begitu tenang dan juga senang.
Lucia menyeka air matanya pelan, ia lalu mendongak menatap Grey yang juga sedang menatapnya.
Cup.
Grey tiba-tiba mengecup bibir Lucia saat wanita itu hendak membuka mulutnya untuk berbicara.
“Lain kali aku gak akan masak makanan yang kamu gak bisa makan.” Ujar Lucia dengan wajah meronanya.
Jantung Grey pun berdebar tidak karuan, itu artinya ada saat di mana ia akan menyicipi lagi masakan Lucia. Grey jadi teringat kata-kata Lucia yang bilang kalau wanita itu bersedia susah senang bersama denganya. Itu artinya Lucia menerima dirinya untuk menjadi pendamping pria itu.
“Sebentar, tadi di kosanmu bukanya kamu bilang siap susah senang bersamaku? Apa itu artinya sekarang kita memiliki hubungan yang serius?” Tanya Grey untuk memastikan.
Lucia hampir tersedak dengan ludahnya sendiri, ia memang sempat bicara seperti itu. Namun saat itu dia bicara dalam keadaan panik, Lucia pun hendak bangun untuk menjaga jarak dengan pria itu, namun Grey semakin memeluknya dengan erat.
“Jangan pergi, aku gak akan bertanya lagi soal itu.” Ucap Grey sambil memeluk erat Lucia dan memejamkan matanya menghirup aroma tubuh Lucia yang menenangkan hatinya itu.
“Aku ngantuk, karena beberapa hari ini susah tidur. Jangan pergi sampai aku bangun.” Pinta Grey, ia tak ingin wanitanya itu kabur.
Lucia tak menjawab ia hanya dia merasakan jantungnya yang terus berdebar-debar tidak karuan.
.
Tbc