Suamiku Adalah Musuhku

Axel tampak berbeda saat dia datang untuk menjemput Summer di tempat Varel. Tingkahnya seperti seorang pacar yang sangat cemburu akibat ada pria lain di samping pacarnya, begitulah pikir Summer. Summer juga merasa tingkahnya seolah-olah mencerminkan seperti itu.

" Apakah dia muak dengan sikap ku sekarang? Apa yang harus ku lakukan jika dia mengintimidasiku lagi nanti?" Summer terus saja berpikir negatif dalam benaknya.

Ketika Axel meninggikan suaranya dan memintanya untuk tidak banyak bicara, seperti melihat sisi lain lagi dari Axel. mungkin kali ini kemarahannya di selimuti rasa kekecewaan.

" Apakah mungkin dia kecewa melihatku bersama pria lain? Sikapnya kadang membuatku kesulitan untuk menebak perasaannya terhadap diriku." Gumam Summer.

Summer berpikir sebelumnya bahwa ia tidak ingin lagi berurusan dengan Axel. Sampai-sampai Summer memiliki pemikiran untuk menghilang dari dunia ini, atau mungkin tinggal di daerah terpencil yang dimana orang-orangnya sama sekali tidak pernah mengenal dirinya. Summer sama sekali tidak menyangka bahwa keputusan yang diambil saat ini ternyata tidak mudah untuk ia jalani.

Pada saat di dalam mobil meskipun duduk berdampingan mereka tidak ada pembicaraan sama sekali, bahkan Axel hanya diam dan fokus menyetir sementara Summer hanya melihat ke arah depan dan tidak tahu apa yang harus ia bicarakan. Sampai akhirnya Axel yang bertanya lebih dulu kepadanya. Dengan percaya diri Summer berpikir Axel mungkin akan meminta maaf lebih dulu kepadanya.

“ Siapa pria itu dan bagaimana kau bisa berakhir bersamanya?" Tanya Axel dengan nada sedikit ketus.

“ Untuk apa bertanya? Tidak ada urusannya juga denganmu.“ Jawab Summer dengan wajah yang cemberut.

Axel merasa kesal dengan apa yang dikatakan oleh Summer. Axel merasa dirinya berhak mengetahui apapun karena kini Summer telah sah menjadi istrinya. Axel bahkan melupakan soal kontraknya dengan Summer karena di butakan oleh rasa cemburu yang tanpa ia sadari. 

“ Apa kau bilang? Tidak ada urusannya denganku? Tentu saja ada!" Tegas Axel dengan kesal.

“ Ku ingatkan kembali ya, jika kamu berpikir bahwa menjadi suami ku bisa membuat mu mencampuri semua urusan ku, itu salah besar! Kau tidak ingat ada salah satu bagian yang ada di  dalam kontrak yang menyebutkan bahwa kita tidak boleh mencampuri urusan masing-masing? Apa kamu mau ku tunjukkan lagi?" Ungkap Summer.

Axel terdiam. Ia merasa seperti di hantam dengan palu yang besar mendengar apa yang di katakan oleh Summer. Dia telah lupa bahwa statusnya dengan Summer saat ini hanya berdasarkan kontrak bukan berdasarkan cinta. Axel mulai termenung seolah baru saja di bangunkan dari sebuah mimpi yang panjang.

“ Ah, benar juga. Aku terlalu berlebihan.“ Ucap Axel dalam hatinya. 

Setelah sampai, Axel langsung di sambut oleh sopirnya yang hendak memindahkan mobilnya ke dalam garasi. Sementara Summer tampak linglung dan tidak tahu apa yang harus ia katakan dan lakukan. Ia hanya mengikuti Axel.

" Apakah ini rumah orang tuanya? Bagaimana jika kami berpapasan nanti? Apa yang harus ku katakan? Tidak mungkin kan aku bilang bahwa anaknya sudah meninggalkan ku di tengah jalan? “ Pikir Summer dalam benaknya.

Begitu memasuki rumah yang megah itu, Summer dibuat terkesima dengan penampilan interior yang bergaya eropa itu. Dengan tatanan ruangan yang cukup dinamis, membuat rumah itu terlihat sangat megah dan mewah. Axel terus saja berjalan tanpa melihat kebelakang. Padahal Summer terus saja mengikutinya.

“ Jika aku sendirian di sini, mungkin aku akan sering tersesat.“ Gumam Summer.

Setelah melewati beberapa lorong, akhirnya sampailah kami di depan pintu sebuah ruangan dengan gagang pintu otomatisnya.

Axel hanya menaruh jempolnya untuk membuka pintu tersebut. Ketika pintu sudah terbuka, Summer tampak terkejut melihat betapa besarnya ruangan tersebut, tanpa diminta oleh Axel, Ia pun masuk begitu saja.

“ Ini kamarku dan kita akan tidur di sini." Ucap Axel tanpa basa-basi.

“ A-Apa? Ki-Kita tidur bersama di sini?" Summer tiba-tiba saja terkejut.

“ Iya, kita. Memang siapa lagi? Jangan berpikir kita akan berada di ruangan yang terpisah. Tidak akan!“ Jawab Axel.

Summer pikir mereka akan tinggal di ruangan yang terpisah meskipun saat ini berada di rumah orang tuanya. Rumah yang tampak megah dan mewah itu, tidak akan membuat mereka ketahuan jika tidur di ruangan yang terpisah, pikir Summer. Namun kenyataannya tidak seperti itu.

Summer kembali termenung.

" Jika di pikir-pikir, aku tidak menyangka bahwa hal yang ku lihat dalam film, akan ku alami saat ini, hanya saja penerapannya sedikit berbeda. Dan siapa sangka akhirnya aku akan menikahi seseorang yang ku temui lewat aplikasi kencan. Apakah aku harus menyalahkan Emil atas semua ini? Tetapi ini yang ku jalani sendiri tanpa ada dorongan dari siapapun sehingga aku tidak berhak untuk menyalahkan siapapun."

Summer merasa sangat asing tinggal satu kamar berdua dengan orang yang baru saja ia kenal. Perubahan status yang begitu mendadak, membuatnya seakan seperti bukan dirinya lagi.

Summer mulai mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi, sepertinya Axel baru saja mandi. Entah mengapa tiba-tiba saja Summer mulai merasa cemas. Pikirannya langsung kalut seketika.

Summer terlihat sangat canggung sehingga ia hanya duduk di sofa yang berada di dekat tempat tidur. Tak lama kemudian, Axel keluar dari kamar mandi tanpa busana dan hanya memakai sehelai handuk yang menutupi bagian kemaluannya saja. Sontak Summer terkejut dan langsung menutup mata dengan kedua tangannya.

Axel pun sama terkejutnya dengan Summer sehingga dia meminta maaf dan kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil jubah mandinya. Wajah Summer merona dan tiba-tiba ia merasa kepanasan padahal kamar itu sangat dingin karena memakai ac sentral.

“ Apa yang dia lakukan? Apakah dia sengaja melakukannya? Menyebalkan sekali.“ Summer terus saja menggerutu dengan kesal.

Tak lama kemudian terdengar suara Axel memanggil Summer dari dalam kamar mandi. Summer pun tertegun cukup lama.

“ SUMMER!" Teriak Axel. Summer langsung tersadar dan langsung menghampiri ambang pintu kamar mandi.

“ Ya–" Summer berteriak dari balik pintu.

" Bisa ambilkan pakaianku di lemari. Aku lupa membawanya tadi." Pinta Axel tanpa ragu.

“ Dia pikir aku pembantunya apa? Huh, ngeselin." Keluh Summer. " YA! tunggu bentar." Teriak Summer lagi padanya. 

Saat Summer mencari pakaiannya, ia terlihat kebingungan dan tidak menemukan pakaian yang diminta oleh Axel. Ia hanya melihat kemeja serta jas yang berjejer rapi di dalam lemari. Lalu ia melihat tumpukan kaos berkerah,

“ Apakah yang dia maksud adalah ini? Aku tidak menemukan kaos biasa di sini. Ah sudahlah ambil saja." Kata Summer berbicara sendiri.

Summer menghampiri Axel kembali lalu memberikan pakaian tersebut, akan tetapi Axel tiba-tiba saja berteriak memanggil namanya kembali dari dalam kamar mandi sehingga membuat Summer kembali terkejut. 

“ SUMMER!!! “