🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧
Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.
Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.
Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?
Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BESAR?
Malam hari tiba. Fara, Ainsley dan juga Devan tengah berkumpul di ruang makan, tidak ada suara yang keluar dari mulut pasangan suami istri baru itu.
Suasana terasa menegangkan bagi Fara. Namun, untungnya Ainsley menjadi api unggun di tengah suasana yang begitu dingin saat ini.
Tiba-tiba bik Sani datang bersama Regita dan 2 ART lainnya, wanita paruh baya itu membawa beberapa hidangan terakhir, sedangkan Regita membawakan 3 gelas minuman mineral beserta teko air yang terbuat dari kaca.
“Ehm, maaf saya tidak ada membantu, Bik,” ucap Fara merasa sungkan.
“Tidak apa, Nyonya. Ini memang sudah tugas saya, lagi pula ada Regita yang membantu saya membawakan ini,” sahut bik Sani.
Devan merasa muak dengan istrinya yang bertingkah seperti itu dengan para ART nya, ia berpikir semua itu hanyalah sandiwara Fara agar terlihat baik.
Bik Sani serta Regita pergi kembali ke dapur meninggalkan keluarga kecil itu makan malam.
Sebuah senyuman licik terbit di wajah Regita.
Wanita itu tidak sabar menunggu obat perang*sang yang ia bubuhkan di dalam minuman Devan beraksi.
Flashback On
Regita berjalan ke dapur menghampiri bik Sani yang bersiap menyajikan makanan ke atas meja makan.
“Bik, saya bantu ya,” ucap Regita menawarkan bantuan.
Bik Sani menoleh ke arah Regita yang tidak disadari kedatangannya oleh wanita paruh baya itu.
“Biar Bibik saja, ini juga sudah dibantui sama Ayu dan Wati,” ujar bik Sani, menolak dengan
halus.
Regita tidak ingin rencananya gagal, ia tetap saja memaksakan diri untuk membantu bik Sani karena ini adalah salah satu jalan baginya untuk masuk ke dalam bagian keluarga kaya raya.
“Saya bagian menyiapkan minuman deh, Bik. Ya-ya-ya,” kata Regita dengan memaksa.
Bik Sani merasa heran akan sikap nanny baru nona nya yang terbilang aneh. Namun, karena Regita terus saja memaksa, akhirnya bik Sani pun menganggukkan kepala.
Yesss! Batin Regita merasa senang.
Disaat yang lain sibuk menyiapkan peralatan makan, Regita diam-diam mengeluarkan sebuah botol kecil dengan sangat hati-hati.
Wanita itu tidak ingin rencananya ini sampai gagal dan ketahuan, ia mempersiapkan dan
menjalankan aksinya dengan cantik. Saat ini Regita berdiri untuk mengisi minuman dengan membelakangi cctv yang terdapat di dapur.
Regita sudah tahu di mana saja letak cctv yang ada di dapur karena pada saat malam hari ia sudah melihat di mana posisi cctv itu berada. Yaitu, malam disaat ia bertemu dengan Devan di dapur yang berakhir dengan Devan yang menegurnya karena pakaian yang dirinya kenakan.
Flashback Off
“Mom, Ley sudah kenyang,” ucap Ainsley dengan manja, gadis kecil itu menunjuk ke arah piringnya yang sudah bersih dari makanan.
“Wah anak mommy pinter banget,” puji Fara pada anak sambungnya.
Jarak tempat duduk antara Fara dengan Ainsley begitu dekat, sehingga memudahkan Fara mengusak kepala Ainsley dengan gemas.
Suara gesekan kursi terdengar, spontan Fara mengalihkan perhatiannya ke depan. Terlihat Devan yang menyudahi acara makan malamnya, pria itu berdiri dan menghampiri Ainsley.
“Ley, Daddy ke atas. Kamu mau ikut bersama Daddy?” tanya Devan.
Gadis kecil itu menolak ajakan daddy-nya dengan menggelengkan kepala.
“Tidak daddy, Ley mau ke kamar sama mommy saja,” ucap Ainsley sembari menunjukkan deretan giginya yang putih.
Mendapati jawaban dari putri kecilnya, Devan pun mengangguk mengerti. Pria itu melenggang pergi dari meja makan tanpa menatap Fara sedikit pun.
Kehadiran Fara di meja makan malam ini seperti manusia tembus pandang yang tidak terlihat di mata Devan.
Fara berdiri dan mengajak putri sambungnya untuk masuk ke dalam kamar. Fara yang tidak sempat memberikan buku dongeng yang dirinya beli tadi siang ke pada Ainsley segera menunjukkannya pada sang anak.
“Mommy ada buku baru untuk Ley,” kata Fara dengan menyembunyikan buku dongeng di balik badannya.
“Buku baru?” tanya Ainsley semangat.
Kepala Fara mengangguk, dengan gerakkan cepat ia mengeluarkan buku dongeng itu.
“Tadaaaa! Ini buku dongen dan … ini aksesoris rambut untuk Ley.”
Gadis kecil berusia 5 tahun itu melompat-lombat di atas ranjang, Ainsley terilhat begitu
kegirangan.
“Thank you, Mom,” ucap Ainsley saat menerima pemberian dari Fara.
“Terima kasih aja nih? Mommy tidak dikasih imbalan?” tanya Fara sembari memanyunkan bibir.
Ainsley terdiam, gadis kecil itu berpikir dengan keras. Kepalanya sedikit miring ke kanan dengan telunjuk bertengger di dagu.
“Hi-hi-hi. Mendekat, Mom,” kata Ainsley merentangkan kedua tangannya.
Fara semakin mendekat dengan sang anak, disaat itu pula Ainsley langsung menghadiahi wajah Fara dengan banyak kecupan.
“Kamu pintar dan cerdas, Ley. Tau saja kalau Mommy minta dicium,” ucap Fara, ia turut
membalas kecupan yang diberikan oleh sang anak.
Kedua wanita beda generasi itu membaringkan diri di atas ranjang, Fara membacakan salah satu dongeng dari buku yang ia beli. Namun, di pertengahan acara membacakan dongeng Ainsley bertanya ke pada Fara.
“Mom, putri duyung bernapas dengan paru-paru atau insang?”
Fara menggaruk kepalanya yang tak gatal, beginilah kalau membacakan sebuah cerita dongeng ke pada anak kecil yang super pintar dan cerdas.
“Emm, sayang sudah malam. Tidur ya, Mommy nyanyikan saja deh,” ucap Fara mengalihkan pikiran anak sambungnya.
Ainsley mengangguk saja, bagi bocah itu yang terpenting adalah berada di dekat mommy-nya.
Tidak butuh waktu lama, Ainsley sudah tertidur di dalam pelukan Fara. Perlahan wanita itu melepas pelukan dan merapikan posisi tidur sang anak.
“Ley sudah tidur, ini saatnya aku ke kamar pak Devan untuk meminta maaf.”
Di kamar, Devan sedang gelisah. Obat perang*sang yang dibubuhkan ke dalam minumannya oleh Regita sudah mulai bekerja.
Kulit Devan terasa gatal dan juga panas, keinginan untuk melakukan hal ‘itu’ terasa begitu besar.
“Sialll!!! Ada yang tidak beres dengan tubuhku,” umpat Devan kasar.
“Ahrggg.” Devan menggeram.
Pria itu curiga ada yang tidak beres dengan tubuhnya, sulit baginya untuk berpikir disaat h4srat kelelakiannya sedang melambung tinggi.
Devan melepas baju yang dikenakannya dengan sembarang, ia mencampakkan bajunya begitu saja.
“Oh shiitt! Air dingin tidak akan cukup untuk meredahkan rasa ini,” rancau Devan sembari
melucuti celana yang dikenakannya. Kini hanya tersisa celana ketat yang mencentak bentuk rudal Devan dengan sempurna.
“Aku butuh dokter. Jhon, iya Jhon, aku harus menghubunginya sekarang untuk menjemput dokter itu.”
Baru saja Devan ingin mengambil smartphone-nya. Namun, hal itu urung karena sebuah ketukan dari luar.
Tok! Tok!
“Pak, ini saya Fara.”
Devan mendengus kasar saat tahu siapa yang datang, ia memilih untuk tidak menghiraukan wanita itu dan melanjutkan langkahnya menuju nakas.
Pintu Devan kembali diketuk dengan tidak sabaran oleh Fara. Devan yang sedang menahan gairahnya yang melambung tinggi semakin pusing kepala akibat Fara.
Pria itu membuka pintu kamar yang dikuncinya dari dalam, ia lupa jika saat ini dirinya hanya menggunakan celana d a l a m.
Saat pintu terbuka, Devan langsung mengusir Fara.
“Pak ….” Mata Fara membulat lebar.
Tatapannya terpaku pada sesuatu yang besar di balik celana ketat yang dikenakan oleh Devan.
“B-besar sekali,” ucap Fara spontan.
Bersambung ….
Katanya yang di sana kurang besar. Apanya? Perhatiannya, pengorbanannya dan semua-mua-mua-mua-mua-mua-mua. Nungguin ya?
Aduh othor malah nyanyi💃🙈
Lanjut gak nih?
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
jadinya burung hantu....😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
Fara hamil anak kandung'mu...
bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kita liat apakah Devan cembuluu....