Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 24
Sagara mengantarkan Zea tepat ke depan pintu rumah gadis itu, membuat mama Rieke kebingungan karena seingatnya putri bungsunya itu sejak tadi ada di rumah.
Apakah anaknya itu menggunakan jurus menghilang mirip ninja atau teleportasi pake pintu doraemon? Atau ia yang kelewat be go, udah dibe go-be goin Zea?
"Nakal! Kamu kabur?!!!" matanya tercokel keluar menyadari gadis itu nyengir kuda atas sebuah kesalahan, "bukan kabur mi, cuma keluar ngga ijin aja..." kilah Zea melipat kedua tangannya manis di depan sambil tersenyum lebar menyerupai sales mobil.
Sagara melirik Zea horor, "kamu kabur dari rumah?" tanya nya sama, namun Zea hanya kembali mengulas cengiran selebar daun pisang pada kedua manusia yang kini kena tipu atas ulahnya.
Alhasil kuping Zea harus rela mendapatkan jeweran panas dari mama Rieke, membuat Saga garuk-garuk kepala tak gatal, rupanya gadis itu sengaja kabur hanya untuk menemuinya, dasar gadis nekat! Sagara mendengus geli.
"Kalo gitu Saga langsung pamit bu, maaf kalo untuk menemui saya, Zea harus sampai kabur. Kalau tau kejadiannya begitu, saya suruh Zea pulang sebelumnya atau saya larang Zea...." ujar Sagara tak enak.
"Ah ngga apa-apa. Maaf Zea sudah merepotkan kamu, emang anak ini'nya aja yang kurang aj ar!" hardik mama Rieke menatap Zea sinis.
"Dadah abang!" senyumnya manis kemayu, seolah suci dari dosa.
"Dadah---dadah kepala kamu, kamu tuh nyusahin orang! Kamu juga udah boongin mami sama tante Maysa! Mami tabok ngga berenti baru tau rasa!" Zea langsung mengatupkan kedua tangan di depan wajahnya, "ih jangan dong mi! Ampun suhu! Maaf---maaf ih! Mami kan cantik, istri baiknya papi Rangga, istri menteri paling jujur sejagat raya, masa kelakuannya kaya gitu, nanti viral istri menteri kdrt!" balas Zea, Sagara menyunggingkan senyumam geli melihat interaksi Zea dan mamanya.
"Kamu tuh kalo ngomong, udah kaya sales marketing, manis-manis ada maunya, baik-baik tapi ujungnya nyebelin! Masuk!" titahnya menarik tangan Zea, "sekali lagi makasih ya nak Saga."
"Sama-sama bu, saya pamit assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam abang ganteng! Byeeee! Jangan kangen sama aku!" seru Zea bahagia, padahal mami Rieke sudah menarik-narik Zea serta menjewernya lebih keras, "anak si papi emang ngga tau malu!" hardiknya.
Sagara benar-benar datar nan dingin, padahal Zea berharap prajurit tampan itu mau memutar badannya dan bilang cepat kembali atau setidaknya bilang abang juga sayang kamu, tapi nyatanya yang Saga ucapkan hanya hati-hati, assalamu'alaikum bu, Zea....
Seketika rasa berbunga-bunga itu layu, "masuk!" bentak mama Rieke memasang wajah sangar setelah sebelumnya muka-muka semanis kue apemnya pada Saga ia lepas begitu saja.
Sagara membuang nafas kasar setelah berada kembali di luar gerbang rumah Zea, "hufttt! Gimana caranya bilang suka, ada ibunya!" ia menepuk speedometer motor yang terang-terang udah butut, ngga perlu ditepuk juga besok pecah! Maklum inventaris.
Gugup? Jelas! Sampai di usia segini Sagara belum pernah menyatakan cinta atau mencoba mendekati lawan jenis, ia terlalu sibuk belajar, berlatih dan berkarir, satu-satunya yang ia pelajari adalah pesawat tempur, bukan wanita.
23 tahun! Belum bisa nembak atau bilang sayang, you are loser man! Kalah sama anak SD! Sagara mencibir dirinya sendiri ketika berada di perjalanan pulang. Hanya karena Zea adalah anak SMA, teman dari adiknya, hanya karena alasan Zea anak seorang menteri, Zea yang memiliki pandangan berbeda, dan mungkin kepala batu, lantas ia menciutkan nyali.
Mungkin kesatuan akan malu memiliki perwira sepertinya! Sagar menatap lurus dan menggeber motornya, hingga berhenti di lampu merah dan melamun.
Kalimat Zea yang tersimpan di memory otaknya dan berulang kali ter-rewind jelas adalah dirinya yang tak akan sanggup jika ditinggal tugas apalagi jika sampai gugur dalam perang. Namun pergi jauh dan gugur adalah paket lengkap yang menyertai kepergian seorang prajurit! Bagaimanapun keluarga prajurit dan pasangan harus bisa hidup berdampingan dengan itu.
Sagara mendengus sinis, siapa juga yang mau menjalin hubungan jika pada akhirnya harus berdamai dengan kehilangan....apalagi seorang Zea, yang notabenenya adalah seorang gadis bergelimang kasih sayang, harta, apapun keinginannya selalu terpenuhi, ia tak pernah kehilangan apapun atau merasa sendiri.
Sagara bergelut dengan pikiran dan perasaannya sendiri, arggghhhh! Jatuh cinta kenapa bisa sekamvrett ini!
Sagara kembali melajukan motornya ke markas, "kenapa umi bisa, tante Eyi bisa, tapi Zea ngga?!" gumamnya.
Jawabannya karena Zea masih kecil, ia terlalu egois dan manja.
"Pokoknya Zea mau ikut ke three lion, titik! Mami tuh ngga ngerti ya, itu impian Ze, mih! Impian Ze, it's my dream! Zea bisa jaga diri ko!" teriaknya sekali lagi, dengan dadha yang naik turun dan emosi meluap-luap, layaknya banjir bandang ia menyapu dan meluluh lantahkan rumah ini. Sikap keras kepala Zea dan emosi jiwa mudanya tak pernah mau mengerti. Rasa dimanjakan membuat Zea menjadi pribadi yang egois.
Ia selalu menganggap semua enteng dan simpel.
Tau rasanya kecewa? berlatih sekian lama sampe pinggang kecengklak, sampe kaki terkilir, bahkan otot ngelipet-lipet udah kaya kertas origami, terus giliran ada kesempatan pekerjaan sang papa harus menghentikan jalan menuju mimpinya. Bukan pekerjaannya, tapi resiko dari tanggung jawab yang diemban sang papa.
"Ze!"
Blughhh!
Tak ada lagi tawar menawar karena ini bukan proses jual beli, Zea menutup pintu kasar, sekasar kulit kaki yang pecah-pecah. Mama Rieke menghela nafas lelah, ia selalu luluh dengan sikap Zea, selalu kalah demi kebahagiaan Zea, tangannya memencet tombol calling pada kepala sekolah serta pelatih dance Zea, "pak. Zea Arumi tetap mengikuti kompetisi dance di negri three lion..."
Berhari-hari setelah mengucapkan perpisahan pada Sagara, Zea memutuskan untuk tak terlalu peduli dengan perasaannya terhadap Sagara, baginya sikap Saga yang tak jua mengucapkan kalimat sakti aku dan kamu jadi satu cukup membuatnya yakin, jika Saga hanya menganggapnya sama seperti menganggap Clemira. Maka kini, Zea hanya akan mengejar ambisinya sebagai dancer pro.
"Bripka Maysa tetep ikut!" baru saja Zea akan membuka mulutnya, papa Rangga sudah membungkamnya.
"Papi ijinin kamu karena mami yang minta. Karena papi ngga mau rumah kesapu banjir air mata...dengan catatan Bripka Maysa ikut!" pungkas papa Rangga.
Setelah drama pelepasan dari pihak sekolah sampe pengalungan bunga, meski ngga sampe tabur-tabur kembang plus duit kaya lagi saweran kawinan. Kini para personel Desta X sudah berada di bandara Internasional dalam negri, bersiap untuk take off menuju negrinya ratu elizabeth.
"Milah kita ke negri nya ratu elizabeth dong!" Clemira melompat-lompat gemas ketika mereka sudah sampai bandara, bukan karena pengalaman perdana naik burung terbang, melainkan...karena mereka sedang berusaha menjemput impian bersama, tak percaya jika mereka sampai di titik ini, jalan keluar negri hanya mereka tanpa orangtua.
"Aduhh---aduhh, santai sist! Gue juga ngga nyangka kita bisa sejauh ini!" jawab Zea. Akhirnya setelah drama panjang perdebatan sampai guling-guling di tanah, mama mengijinkannya untuk mengikuti kompetisi dance bersama Desta X.
"Anak-anak, yuk!" guru pembimbing menepuk-nepuk tangannya beberapa kali, persis nepukin merpati gacoan agar suaranya tak kalah kencang dari riuh suasana bandara dan kehebohan anak-anak yang begitu antusias.
"Hati-hati disana, vitamin, baju tebel, jangan sampai lupa!" mama Rieke melepas kepergian Zea di bandara.
"Iya mi," angguk Zea di samping Clemira yang berpamitan pada Eyi.
"Saling jaga," pinta Eyi, "nanti kalo udah sampai, jangan lupa kabarin umi sama abi," pesannya pada Clemira.
"Iya mi." Clemira memeluk erat Eyi begitupun mama Rieke yang membawa Zea ke dalam pelukannya.
"Aduh, udah kali mii....malu ih! Kaya Zea ngga akan pulang lagi aja!" selorohnya tertawa.
"Hush! Omongan kamu nih," mama Rieke menjitak kepala putrinya.
Eyi tertawa, "yang namanya ibu mah pasti sedih, Ze. Namanya juga anak sendiri, walaupun di rumah kerjaannya marah-marah, kalo anak jauh satu pasti dimewekin!" balas Eyi.
"Iya tante. Oke mamihku sayang, Zea ngga akan lupa, kan ada tante Maysa...iya kan tan?!" Zea menoleh singkat pada Bripka Maysa, "siap."
"May, titip Zea sama Clemira ya.... hubungi saya atau bapak kalo ada apa-apa," pesan mama diangguki bripka Maysa.
"Siap bu!"
"Ze, saling jaga sama Cle ya...hati-hati kalian, jangan ceroboh sama bikin ulah disana, takut dikutuk ratu elizabeth," ucap Eyi dikekehi kedua gadis itu.
"Siap tan!"
"Oke mii....salam buat abi sama Panji, do'ain kita biar menang, bawa nama sekolah sama negri!"
"Aamiin!" mereka mengaminkan do'a Clemira.
"Ya udah mi, tante kita udah dipanggilin..." Zea menarik handle kopernya lalu memutar badan setelah sebelumnya salim takzim.
Diraihnya punggung tangan mama Rieke, "do'ain Zea mih, bisa bawa pulang medali sama kebangaan buat mami sama papi....sehat-sehat disini, bilang papi jangan kecapean ngurusin kasus....Zea mau, papi berenti di akhir periode, ngga usah mau lagi jadi menteri, biar kita bisa hidup tenang." pesannya sungguh-sungguh ketika mrminta papa berhenti menjadi menteri, entah kenapa mama Rieke tak pernah se sedih ini melihat putri kesayangannya akan pergi, padahal Zea sering pergi entah itu keluar kota ataupun sekedar menginap di rumah Rayyan.
"Pasti." angguknya cepat dengan air mata yang sudah mengalir, "idih lebay, nangis lagi!" Zea melepas sejenak pegangannya di handle koper lalu menangkup wajah mamanya, dihapusnya air mata itu dengan kedua jempol, "mami baik-baik disini. Zea juga disana bakalan baik-baik aja. Seenggaknya orang yang neror papi ngga akan sampe nyusul ke luar negri," kekehnya.
"Ck!" Eyi berdecak mengacak rambut Zea.
"Assalamu'alaikum..." Zea bergandengan bersama Clemira melangkah menjauhi kedua ibu itu di ikuti Bripka Maysa bergabung bersama pihak guru dan coach serta rekan lain.
.
.
"Target anak menteri Rewarangga ikut dalam rombongan SMA Kartika X menuju three lion, dicopy..."
"Ikuti...."
.
.
.
.
.
.