Gerbang Dunia Ghoib

Gerbang Dunia Ghoib

Bab 1 Bukan Kutukan

Arum Wijaya Putri dan juga Fajar Nugroho adalah sepasang suami Istri yang sudah cukup lama menikah. Tahun ini adalah tahun ketujuh pernikahan mereka, namun belum ada tanda- tanda akan hadirnya janin sebagai buah cinta mereka berdua.

Arum selalu menangis setiap kedatangan tamu bulanan. Setiap mendekati hari- hari itu Ia selalu gelisah, baginya hari- hari itu adalah hari yang paling mendebarkan baginya.

Tidak sedikit Ia iri ketika melihat warga kampung yang di kabarkan hamil tidak lama setelah mereka melangsungkan hajatan besar-besaran. Bahkan beberapa sahabatnya yang menikah belakangan juga langsung di beri kepercayaan.

Di dalam rumah sederhana yang hanya memiliki dua kamar itu, samar- samar terdengar suara tangisan yang sangat menyayat hati. Fajar yang baru pulang dari bekerja sebagai seorang satpam di sebuah rumah mewah, segera berlari dan memeluk sang Istri tercinta. Ia mencoba menenangkan nya seperti hal yang sudah Ia lakukan sebelumnya.

" Sayang, ada apa. Kenapa menangis lagi. " Tanya Fajar lembut.

Arum semakin menangis dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya, Ia begitu tersiksa dengan kekurangan yang mereka miliki saat ini. Apalagi ketika beberapa orang dengan terang-terangan menghina mereka dan mengatakan kalau Arum adalah anak durhaka yang mendapatkan kutukan dari orang tuanya, mereka juga mengatakan kalau alam pun seakan mendukung kutukan itu. Ini sungguh sebuah ujian yang sangat berat untuk seorang Arum.

" Sampai kapan Mas, sampai kapan kita akan terus seperti ini. Kenapa aku masih belum hamil juga Mas, apa benar kalau aku ini wanita terkutuk yang tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan di dunia ini. "

Fajar terkejut, Ia menarik tubuh sang Istri semakin kuat seraya mengelus punggung wanita yang begitu di cintainya itu.

" Hust..... jangan sembarang bicara sayang. Mas mohon, kamu untuk tidak pernah dengarkan ucapan orang- orang yang sebenarnya mereka itu hanya ingin membuat mental kita jatuh. Tidak ada manusia yang terlahir seperti itu. Yakinlah sayang, suatu saat Allah pasti akan menitipkan kepada kita rezeki itu. Sekarang yang harus kita lakukan hanyalah berusaha, berdoa dan bersabar. Kita akan berusaha semampu kita, terus berdo'a semoga usaha kita di ridhoi yang maha kuasa, selalu bersabar kalau memang belum juga di beri kepercayaan itu. Sekarang berhentilah menangis karena Mas punya sesuatu untuk mu. "

Seperti biasa, bujukan Fajar berhasil menenangkan hati Arum. Ia melangkah keluar di apit oleh sang suami tercinta menuju meja makan.

" Sayang, hari ini Mas dapat rezeki lebih. Bukan hanya gajih bulanan tapi juga Mas di beri daging sapi, lihatlah ini lumayan banyak. Kalau tidak keberatan bisakah kamu memaksakan rendang untuk ku. Aku sudah lama tidak makan masakan itu. "

Arum mengangguk, tentu saja dengan senang hati Ia akan mengolah daging pemberian majikan dari suaminya itu.

" Tentu saja Mas, aku pasti akan memasak rendang yang enak untuk Mas. Oh ya Mas, Pak Danang dan Bu Vero baik banget ya, jarang- jarang ada orang kaya yang baik. Mereka bahkan mau memberi kita daging sebanyak ini. "

Fajar tersenyum dan mengangguk membenarkan.

" Masih banyak kok orang kaya yang baik, bukan hanya Pak Danang dan Bu Vero. " Ucapan Fajar membuat kening Arum berkerut.

" Masa sih Mas, ada orang lain. Memangnya siapa. " Tanya Arum yang sontak membuat Fajar tertawa kecil melihat kebingungan Istrinya.

" Ini yang ada di depan Mas sekarang, bukan hanya baik tapi juga cantik. Dia juga bahkan mau bersama orang miskin seperti Mas ini. " Jawab Fajar.

Arum menghela nafas, Ia tidak ingin mendengar perkataan itu keluar dari mulut suaminya.

" Mas cukup, jangan katakan itu lagi. Mas itu kaya hati dan aku tidak akan pernah menyesal memilih mu. Lagipula yang kaya itu adalah Pak Wijayanto dan juga Bu Lee bukan Aku, aku hanya numpang tenar. "

Keduanya akhirnya tertawa bersama, Fajar menatap wajah cantik Istrinya. Apalagi ketika Ia tersenyum, wajahnya semakin terlihat cantik.

" Ah iya sayang, ini gajih Mas untuk bulan ini. Mas belum lihat, kamu simpan saja. Gunakan untuk keperluan kita dan juga belilah untuk kebutuhan mu. "

Arum menerima amplop dari suaminya dengan senang hati, mereka adalah pasangan yang saling mencintai. Meskipun pernikahan mereka tanpa restu, karena Arum yang berasal dari keluarga ningrat sedangkan sang suami hanya dari kalangan bawah.

Terlepas dari semua itu, rumah tangga mereka selalu adem ayem. Tidak pernah ada pertengkaran yang berati, Arum selalu menerima kekurangan suaminya. Berapapun rezeki yang di bawa pulang sang suami, Ia selalu menerimanya dengan ucapan terima kasih dan juga senyum bahagia.

Sayang sungguh sayang, rumah tangga yang adem ayem itu di uji dengan belum adanya sang buah hati belahan jiwa.

Arum sedang sibuk mengolah makanan permintaan sang suami, setelah sholat magrib berjamaah mereka ke meja makan untuk menikmati hasil olahan Istrinya.

" Wah sayang, masakan mu memang tidak pernah gagal, ini benar-benar sangat lezat. Terima kasih sayang. " Puji Fajar dengan mata berbinar.

Arum tersipu malu, meskipun sudah tujuh tahun menikah Arum selalu tersipu malu ketika mendapatkan pujian atau kata- kata manis dari suaminya. Malam itu mereka tidur dengan perasaan senang.

Hari berganti hari mereka lalui dengan penuh cinta, apalagi ketika tamu bulanan berakhir. Arum begitu bersemangat melayani sang suami tercinta, Ia berharap setelah apa yang mereka lakukan malam itu akan meninggalkan benih di rahimnya.

Seperti malam ini, Fajar benar-benar mengakui kehebatan sang Istri. Ia sampai hampir kewalahan mengimbangi permainan sang Istri tercinta, setelah merengkuh kebahagiaan mereka tidur dalam damai.

Pagi hari Fajar senyum- senyum sendiri melihat istrinya, mengingat pergulatan mereka semalam.

" Ada apa sayang, dari tadi nampak senyum- senyum sendiri. "

Fajar tertawa kecil dan memeluk Istrinya dari belakang, tak lupa Ia meninggalkan kecupan disana.

" Terima kasih, Aku bahagia bersamamu sayang, tetaplah tersenyum seperti ini. "

Arum menggoda suaminya dengan menggesekkan bokongnya tepat di depan pusaka suaminya yang mulai terasa mengeras.

" Sayang, jangan goda aku atau kamu harus tanggung jawab karena sudah membangunnya. " Bisik Fajar.

Arum bukannya berhenti malah menantang suaminya.

" Siapa takut, paling juga Mas yang KO. "

Alhasil ronde kedua pun di mulai, namun kali ini tidak berlangsung lama karena Arum tau kalau suaminya harus segera bekerja.

" Aku berangkat dulu ya sayang, kamu hati- hati di rumah. "

Seperti biasa Arum mengantarkan suaminya sampai di depan pagar, Fajar pun mencium puncak kepala sang Istri.

" Iya sayang, Mas juga hati- hati di jalan. Semangat bekerja dan cepat kembali. " Pesan Arum.

Fajar berangkat di iringi senyum ceria sang Istri.

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

gaji thor, bukan gajih 🙂

2024-06-15

0

Genetics

Genetics

mmpr doang sampai mendrh dging 😝

2023-09-09

1

kang'3ncum 🥰

kang'3ncum 🥰

hay hay q mampir thor🙏🙏🙏🙏jejak ku

2023-07-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!