Setelah Kakak kembarnya menikah dan mempunyai anak. Kaira seperti di kejar deadline untuk segera menikah. Rasanya ia jengah padahal umur masih belum tua.
Namun siapa sangka, saat dia pasrah lamaran datang tiba-tiba. Tetapi yang menjadi masalah, dia di lamar oleh Regantara.
"Kenapa harus dia?"
"Memangnya kenapa?"
"Astaghfirullah kak...mana mungkin aku menerima pria yang jelas-jelas menyamakan wajahku dengan boneka babi!"
cuzz squele "Menikah Janda"
Dan jangan lupa follow igku weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Terimakasih sa....sa...sayang..." Kaira tertunduk malu dan melepas pelukannya. Wajahnya merona membuat Regan semakin gemas. Pria itu menunduk melirik wanita istrinya yang semakin menyembunyikan wajahnya.
"Tadi manggil aku apa?" tanya Regan lagi auto membuat Kaira tambah menundukkan kepala. Bahkan kini ia menggigit bibir bawahnya dengan mata terpejam. Menyesal, tentu tidak tapi malunya MasyaAllah.
Mata Kaira membulat merasakan bibirnya di sambar dengan tak sabar. Regan yang sudah tak tahan melihat tingkah sang istri yang malu-malu membuatnya geregetan. Apa lagi saat melihat Kaira mengigit bibirnya. Rasa ingin mencicipi hal yang kini menjadi nagih.
Kaira menepuk dada Regan karena pria itu tak bisa mengkondisikan diri hingga merusuh ke seragam yang di pakai.
Regan terkekeh melihat Kaira yang merengut membenarkan dua kancing yang terbuka dan baju sedikit kusut.
"Anda rusuh sekali Bapak Regan!" celetuk Kaira dengan kesal. Bagaimana tidak Regan bukannya merasa bersalah malah menghujani dirinya dengan kecupan gemas.
"Ayo cepat sarapan, mulut aku lagi nggak bisa diem soalnya. Takut khilaf nanti makan kamu lagi!" sahut Regan. Kaira menatap tajam dengan menyipitkan mata. Kemudian melangkah menuju kamar membenahi kembali penampilannya yang berantakan.
Setelah sarapan keduanya berangkat bersama, Regan tak berhenti memberi pesan pada istrinya untuk menjaga hati dan menjaga jarak dengan guru pria. Kejadian dengan Pak Dito benar-benar ia jadikan pelajaran. Apa lagi di sekolah baru belum begitu banyak yang tau akan status jika tak bertanya lebih dulu.
"Ingat pesanku sayang!"
"Hhmm." Kaira menganggukkan kepala seraya merapikan penampilannya dan tas yang akan di bawa. "Aku turun ya!" Tangannya terulur mengecup punggung tangan Regan dengan balasan kecupan hangat di kening.
"Eh tunggu sayang!" Regan menghentikan pergerakan Kaira yang akan membuka pintu mobil.
"Iya?"
Cup
"Ketinggalan, nanti aku kepikiran lagi!" Regan senyum-senyum gaje setelah mengecup kembali bibir tipis Kaira dengan tempo singkat dan frekuensi yang kuat. Meninggalkan wajah merona bak kepiting rebus.
Kaira menormalkan diri sebelum keluar dari mobil. Suaminya memang tak bisa di cegah jika ingin melakukan apapun itu. Dan Kaira mulai paham jika Regan hobi merusuh.
Pagi ini Kaira mulai mengajar di kelas XI, setelah tadi sempat berkenalan dengan para guru dan murid. Mulai beradaptasi sepertinya ia betah dengan tempat barunya. Tak masalah dengan adaptasi yang terkadang membuat baper tapi Kaira akan mulai menjajaki satu persatu teman gurunya dan para murid agar lebih akrab dan mengerti sifat-sifat mereka yang pastinya tak sama.
"Hhuuuuhhff lumayan melelahkan, tapi muridnya friendly banget. Mudah-mudahan betah di sini," setelah mengajar Kaira membuka aplikasi hijau untuk memesan taksi. Ia menunggu di halte bersama beberapa murid lain yang juga sedang menunggu jemputan dan angkutan umum.
"Bu Kaira, pulang naik apa?" Tanya salah satu guru yang ingin meninggalkan sekolah, beliau menggunakan mobil berwarna hitam dan berhenti tepat di samping Kaira.
Benar kata Regan, di sekolahnya yang sekarang banyak guru yang membawa mobil. Jadi jika ia pun membawa mobil berangkat ke sekolah tidak terlalu canggung dan menimbulkan kesenjangan sosial.
"Oh lagi nunggu taksi Pak," jawab Kaira dengan menyisipkan senyum.
"Jika masih lama bisa bareng saya Bu!" ucapnya lagi. Ia adalah guru matematika. Pah Rolan namanya, single dan cukup tampan. Dengar-dengar beliau pun memiliki fans banyak. Dari sesama guru dan murid namun sikapnya yang ramah dan sedikit cuek membuatnya tak terlalu memusingkan tingkah mereka yang diam-diam mengghibah dan memperhatikan setiap pergerakan dirinya.
"Oh makasih Pak, saya menunggu saja. Kasihan drivernya Pak," Kaira tidak mungkin mengiyakan sedangkan ia sudah memesan taksi dan menjaga diri dari fitnah yang akan datang andai ia tak bisa menjaga jarak dengan lawan jenis. Ditambah lagi sang suami sudah memberi kepercayaan dan memberi pesan banyak padanya.
"Ya sudah, saya duluan Bu Kaira," ucapnya dengan wajah sedikit kecewa. Entah mengapa sejak awal guru matematika itu sedikit beda. Lebih ramah dari pada yang lain dan selalu mendekati tipis-tipis. Tapi Kaira tak terlalu menanggapi, mungkin karena belum terlalu kenal dan mereka tidak ada yang menanyakan status. Jadi taunya masing single padahal sudah ada pawangnya yang bisa mengamuk jika tau sang istri di dekati pria lain.
..."Jaga jarak Kai, jangan buat suami keluar tanduknya." ...