Nadia hanya merupakan figuran di rumahnya. Walaupun ia bagian dari keluarganya, tapi tetap saja ia tak dianggap sama sekali seperti keluarga. Malah lebih tampak seperti seorang budak yang dipekerjakan tanpa upah. Ini semua karena ia lahir dari istri kedua ayahnya yang membuatnya harus menanggung semuanya.
Namun, secara drastis Nadia mengalami klimaks takdir di mana dirinya tiba-tiba menjadi pengantin pengganti yang harus menggantikan kakaknya yang tidak ingin menikahi CEO culun.
Nadia secara terpaksa memenuhi keinginan itu hingga dirinya jatuh ke dalam kelamnya kehidupan hidup Saddam yang tak pernah ia kira secepatnya. Tapi, di samping itu Nadia baru tahu jika menjadi culun hanyalah penyamaran pria itu. Sebenarnya dia sangat tampan dan bahkan Nadia terpesona saat pandangan Pertama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Sebenarnya Saddam tak benar-benar pergi dari tempat itu. Ia melihat Nadia yang meneteskan air mata dan menangis karenanya. Ia pun berpikir jika dirinya harus membuat Nadia keluar dari lingkaran masalah ini.
Setiap hari ia selalu mengamati Nadia seperti ini. Nadia sendiri tak tahu dengan hal tersebut. Entah kenapa dirinya merasa bahwa Nadia cantik dan ia sungguh tak menyadari dirinya secara perlahan tertarik dengan Nadia. Sampai saat ini ia masih menepis perasaan itu dan bahkan laki-laki tersebut dengan mantap mengatakan bahwa ia takkan pernah jatuh cinta kepada Nadia.
Apa yang saat ini tengah dirasakan olehnya hanyalah sebuah perasaan kagum yang sesaat atau hanyalah perasaan tiba melihatlah dia yang memiliki kehidupan yang sangat sulit. Bekerja sama dengan keluarga perempuan tersebut tentu saja menjadi pilihan yang buruk sebab ia tahu betul bagaimana liciknya ayah Nadia.
Saat ia hendak menikah dengan keluarga tersebut Saddam juga sudah mencari tahu mengenai keluarga Nadia. Rupanya wanita yang merupakan himpunan dia hanyalah seorang selingkuhan dan bahkan ia tak mengetahui bahwa ayah Nadia tersebut telah memiliki seorang istri.
Ia membawa ke rumahnya dan menikahinya dan lalu mencampakkan yang begitu saja bahkan laki-laki bejat itu sama sekali tak pernah peduli dengan Nadia dan memperlakukan hadiah sama seperti kakak dan ibu tirinya.
Padahal sudah sangat jelas bahwa Nadia hanyalah orang yang mengharapkan kasih sayang dan harus menerima hukuman alam yang diberikan kepadanya atas perbuatan ibunya di masa lalu. Padahal sang ibu sendiri sebenarnya tak bersalah dan ia juga hendak berjalan saat mengetahui bahwa suaminya telah memiliki istri. Tapi tak semudah itu dan semuanya sudah terlanjur.
Saddam yang mengetahui hal tersebut pun di ambang kedermaan dan ia harus menyusun banyak strategi agar bisa tidak terjebak dengan laki-laki tersebut.
Sedikit ada terbesit perasaan di diri Saddam bahwa ia akan bekerja sama dengan ayah Nadia demi wanita itu. Namun tentu saja bukan sebuah hubungan yang benar-benar terjalin, dan itu hanyalah akal-akalannya agar bisa menyelamatkan Nadia.
Saddam sendiri tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu untuk Nadia. Nadia adalah orang yang benar-benar membuat dirinya sedikit berbeda dan bahkan ada perasaan berdesir di dadanya setiap kali melihat wanita itu. Perasaan seperti ini hanya pernah dirasakannya sekarang.
Pada menarik satu sudut bibirnya dan kemudian berbalik dan hendak masuk ke dalam kamarnya. Sedangkanlah dia di meja makan menghapus air matanya terus saja keluar. Padahal Ia ingin menjadi wanita yang kuat tapi entah kenapa menjadi wanita seperti itu sangat sulit didapatkannya.
"Aku tidak boleh lagi menangis," ucap Nadia dengan suara lirih.
Bahkan dirinya sendiri merasa ragu bahwa dirinya bisa tetap berdiri tegak. Orang tuanya menjadi kekuatan Nadia saat ini karena hanya dia yang mencintai Nadia dengan sangat tulus.
Nadia menarik nafas panjang dan lalu menghembuskannya secara perlahan. Wanita itu kemudian membersihkan meja makan dan membawa piring-piring kotor tersebut ke wastafel dan menumpuknya di dalam sana.
Nadia berniat ingin mencuci piring tersebut namun tiba-tiba pelayannya datang dan mencegah Nadia melakukan hal tersebut.
"Nyonya, Anda tinggal duduk manis saja dan biarkan ini saya kerjakan. Anda tak seharusnya melakukan pekerjaan ini."
Nadia pun menjauh dan tersenyum lebar. Karena pelayan telah mengerjakan maka ia pun kembali ke dalam kamarnya.
_________
Nadia menatap ke arah Saddam dengan terkejut. Bagaimana bisa laki-laki itu berada di dalam kamarnya dan duduk dengan santai di atas tempat tidurnya. Nadia ingin mengusir pria itu namun dirinya tak memiliki hak untuk mengusirnya karena memang kamar ini juga sebenarnya milik Saddam.
"Saddam."
Saddam tersenyum tipis dan kemudian memerintahkan Nadia untuk duduk di sampingnya. Baru kali ini tak terlihat sifat dingin dari pria itu. Dengan perasaan yang benar-benar sangat gugup Nadia pun menghampiri laki-laki tersebut dan duduk di sampingnya.
Nadia berpikir dengan hal itu ia bisa mengendalikan perasaan yang benar-benar sangat gugup. Tapi dugaannya ternyata salah, pada menatapnya dengan tajam tanpa berkedip membunuh Nadia memerah dan jantungnya berdetak sangat cepat.
"Saddam!"
"Aku baru tahu jika kau memiliki wajah yang cukup menarik. Biasanya kau terlihat sangat culun."
Oh Tuhan, perkataan Saddam benar-benar menghipnotis dirinya. Kenapa laki-laki itu mengatakan hal tersebut yang mana akan berdampak buruk pada jantungnya. Nadia pun tersenyum tipis dan lalu kemudian berusaha untuk terlihat tenang di depan pria itu.
"Terima kasih."
"Ya."
"Ada apa kau datang ke sini?"
"Aku bersedia bekerja sama dengan ayah mu dengan satu syarat kau memutuskan semua hubunganmu dengan keluargamu itu."
Nadia tak habis pikir dengan syarat tersebut. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhinya. Nadia menggelengkan kepalanya akan tetapi Saddam santai saja dan menyeringai ke arah wanita itu.
"Saddam! Aku tidak akan bisa melakukannya. Bagaimanapun juga mereka adalah keluargaku."
"Ya sudah Jika kau tak ingin melakukannya maka aku tak akan bekerja sama dengan ayahmu." Hal ini pun menjadi keputusan tersulit bagi dirinya. Nadia bukan tanpa bisa memberikan jawaban atas pilihan tersebut. Saddam berdiri dan menatap karena dia dengan tatapan datar. "Pikirkan baik-baik, apakah kau ingin bekerja sama denganku dan memutuskan semua hubungan keluargamu agar aku bisa bekerja sama dengan ayahmu."
Saddam pun keluar dari dalam kamar dan meninggalkan hadiah yang bingung memberikan jawaban.
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.