NovelToon NovelToon
Ayah Untuk Ayasya

Ayah Untuk Ayasya

Status: tamat
Genre:Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:129.6k
Nilai: 5
Nama Author: ShasaVinta

Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.

Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.

Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.

Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?

Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Gundah

Tepat setelah bayangan Owen menghilang dari pandangannya, Tessa segera menutup rapat pintu rumahnya. Tubuhnya bersandar pada pintu yang sebelumnya telah ia pastikan terkunci. Air mata menggenangi pelupuk matanya, sesak terasa di dada.

“Aku bohong! Aku nggak baik-baik aja! Aku nggak rela kamu berdekatan dengan wanita itu! Aku nggak mau kamu tinggalkan sendiri, Bang!” Pekik Tessa.

Saat air matanya akan tumpah, Tessa segera mengusapnya.

“Dasar bodoh! Kenapa harus sok tegar, jika akan berakhir rapuh?!” Tessa merutuki dirinya sendiri.

Cukup lama Tessa bersandar di balik pintu. Beberapa kali ia menarik napas panjang, ketika terbayang bagaimana Nawra yang sangat jelas menunjukkan ketertarikan pada suaminya.

“Apa reuni ini juga bagian dari rencananya untuk menarik perhatian Bang Owen?”

Dalam hati Tessa, banyak sekali skenario terburuk yang akan terjadi malam. “Aku harus percaya pada Bang Owen,” ucapnya menenangkan diri.

“Nawra bukan siapa-siapa,” imbuhnya.

Tessa masih percaya pada pengakuan suaminya yang mengatakan jika sejak dulu, Nawra tak lebih dari seorang teman.

“Lalu, apa yang harus kukhawatirkan?” Monolognya.

Tessa memaksakan tawanya. Tawa yang membuat sudut matanya tergenangi air mata. Semua firasat buruknya, semua sesak di dadanya saat ini, ia anggap hanyalah buah dari pikirannya yang berlebihan.

Tessa hendak masuk ke kamarnya. Saat melewati meja makan, ia melirik hidangan makan malam yang masih ada di atas sana. Senyumnya kembali ia paksakan.

“Aku tau sekarang!”serunya.

Kakinya melangkah mendekati meja makan. Di sana ia bisa melihat sepiring makanan yang tadinya ia siapakan untuk suaminya, masih tak tersentuh sama sekali. Semuanya masih sama seperti sesaat sebelum ia tinggalkan.

“Aku yakin, semua perasaan tak nyaman ini disebabkan karena aku lapar,” gumamnya.

Tessa tertawa sebelum ia duduk di kursi yang biasanya ditempati Owen saat makan. Namun mengapa tawanya tak membawa kegembiraan dihatinya, pikir Tessa.

“Lontong sayur,” lirih Tessa sebelum menyuapkan satu sendok nasi dan lauk ke dalam mulutnya.

Pikirnya … jika benar dirinya lapar, mengapa untuk menghabiskan satu sendok makanan yang kini berada di dalam mulutnya saja begitu sulit. Seperti ia kehilangan tenaganya, hingga tak sanggup lagi untuk mengunyah.

Air mata kembali menggenangi netra indah Tessa, saat ia terus memaksa untuk menelan. “Rasanya tak enak!” Ia mencela masakannya sendiri. Kegundahan dalam hatinya semakin bertambah saat terbayang akan semua usahanya untuk membuat hidangan makan malam itu.

“Beruntung Bang Owen tak sempat mencicipinya,” gerutu Tessa.

Sekarang Ibu muda itu malah kesal pada dirinya sendiri. “Urusan masak seperti ini saja kau masih buruk, Tes!” Geramnya pada diri sendiri.

Makanan di atas meja yang tak bersalah, menjadi pelampiasan kekesalan Tessa. Ia melangkah menuju dapur dengan tergesa. Di kedua tangannya sudah ada dua piring yang berisi makanan. Tak lama, makanan yang berada di piring sudah berpindah ke tempat sampah. Tessa mengulanginya lagi dan lagi. Hingga seluruh hidangan makan malam yang susah payah ia buat habis tak bersisa.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, saat melihat tumpukan piring kotor di wastafel dan makanan di tempat sampah. Terbersit perasaan bersalah karena ia telah menyia-nyiakan makanan.

Sempat pula terpikirkan jika apa yang dilakukannya saat ini adalah buah dari emosinya yang menguasainya. Namun, saat bayangan suaminya yang kini sedang tertawa dan bersenang-senang di rumah Nawra, membuat semua pikiran itu sirna.

“Jika tahu aku akan se-galau ini saat ditinggal Bang Owen, harusnya tak kubiarkan dia ke sana,” sesal Tessa.

“Kau memang bodoh, Tes!” Geramnya pada diri sendiri.

...…...

Sementara di kediaman Nawra, alunan melodi musik yang mengalun memecah kesunyian malam, sudah terdengar bahkan sejak ketiga pria ini baru menginjakkan kaki mereka melewati pagar. Banyak mobil mewah yang terparkir di sepanjang jalan, menandakan jika tamu reuni tak hanya mereka bertiga. Menyadari hal itu kegelisahan dalam hati Owen, sedikit berkurang.

Tak mungkin Nawra akan melakukan hal yang macam-macam di depan banyak orang, pikir Owen.

Ketiganya masuk di sambut dengan seruan dari beberapa orang teman lain yang sudah lebih dulu berada di sana. Nawra yang baru saja kembali dari dapur untuk mengambil kudapan, tersenyum sumringah saat melihat pria yang ia nanti-nantikan kehadirannya berdiri di ambang pintu.

“Owen! Kamu sudah datang.” Nawra berjalan lenggak-lenggok menghampiri Owen. Satu tangannya segera bergelayut pada lengan Owen.

“Kamu yang rumahnya paling deket, tapi paling lama datangnya.” Nawra berpura-pura merajuk dengan gaya manjanya.

Nawra bertingkah bagai seorang kekasih yang sedang merajuk karena sangat merindukan kekasinya. Ia bahkan menyandarkan kepalanya di lengan Owen yang cukup berotot.

Owen menggeleng, lagi-lagi Nawra bertingkah berlebihan. Sorakan dari teman-teman yang melihat tingkah manja Nawra pada Owen terdengar riuh. Mereka semua adalah saksi kisah Owen dan Nawra saat masih di Sekolah Menengah Atas. Tak heran jika saat melihat Nawra bertingkah seperti itu, mereka semua seperti dibawa ke masa-masa putih abu-abu.

Owen yang tak nyaman segera menjauhkan tangan Nawra. Meski sulit dan hampir saja membuat kudapan yang dibawa Nawra terjatuh, namun akhirnya Owen berhasil menjauhkan Nawra darinya.

Tanpa menunggu si empunya rumah mempersilakan, Owen sudah lebih dulu duduk di antara Ben dan Abraham.

“Owen, apa kabar, bro?” tanya salah seorang teman pria yang lain.

“Alhamdulillah, baik. Aku sangat baik,” jawab Owen singkat seperti biasanya.

Obrolan pun dimulai. Tentu saja Owen tak pernah bertindak sebagai penanya. Dengan sikap dinginnya, Owen hanya akan selalu menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya, secara singkat, padat, dan jelas.

Canda dan tawa yang menggema seolah bersaing dengan irama musik yang mengalun. Namun hal itu, tak serta merta membuat Owen merasakan nyaman berada di antara teman-teman lamanya. Yang terbayang di pikirannya adalah senyuman yang dipaksakan istrinya, saat memberinya izin untuk pergi ke acara reuni ini.

Owen yang sibuk dengan pikirannya, tak menyadari jika Abraham tak lagi berada di sisinya. Pada teman-temannya yang lain, ia pamit untuk ke toilet. Namun kakinya melangkah perlahan, mencari di mana letak dapur.

Senyum licik menghiasi wajah Abraham saat melihat tubuh seksi Nawra dari belakang. Rok mini yang dikenakan Nawra, mempertontonkan dengan jelas paha putih mulusnya. B*kong bulat yang tampak penuh dan berisi, membuat Abraham tak kuasa menahan untuk tak menyentuhnya.

“Auch …” ringis Nawra. Antara terkejut dan nikmat saat merasakan sensasi dari tangan Abraham.

“Abraham!” seru Nawra.

“Hai cantik,” bisik Abraham. “Ssssttt … jangan berisik. Nanti yang lain bisa mendengarmu,” peringatnya.

“Ada apa kamu menyusulku?” tanya Nawra.

Ia masih dalam posisi memunggungi Abraham. Dengan jelas bisa dirasakannya, jika pria itu sedang menggesek-gesekkan senjata miliknya.

“Aku dan Ben sudah berhasil membawa Owen ke mari. Aku hanya ingin memastikan kamu mengingat perjanjian kita,” jawab Abraham.

“Iya … iya … aku ingat!” jawab Nawra dengan ketus.

“Tapi apa kamu yakin bisa melayani kami berdua sekaligus?” tanya Abraham. Pria itu sengaja berbisik tepat di telinga Nawra.

Tubuh Nawra menggeliat, ia tahu Abraham kini sedang menggodanya. Segera ia balikkan tubuhnya dan kini mereka berhadapan.

“Apa susahnya melayani kalian berdua?” Tangan Nawra bergerak memegang senjata milik Abraham di bawah sana. Pria itu sontak menutup matanya, menikmati sentuhan Nawra.

Satu sudut bibir Nawra tertarik ke samping. “Kamu dan Ben tak akan kecewa.”

“Tapi sebelum itu, selesaikan dulu tugasmu. Buat Owen mengenang masa-masa indah kami dulu.”

Abraham hanya mengangguk. Kedua netranya masih memejam, hingga ia merasakan tangan Nawra tak lagi memegang senjatanya.

“Ayo, buruan! Aku tunggu kamu di luar, ya.” Nawra berjalan lebih dulu ke ruang tamu, meninggalkan Abraham yang masih menikmati sisa-sisa sensasi pijatan Nawra pada senjatanya.

...…...

Sementara itu, Tessa baru saja menghabiskan segelas coklat hangat. Tujuannya untuk menenangkan pikirannya juga mengisi perutnya yang kosong. Ia letakkan saja gelas kotornya di wastafel bersama dengan piring kotor lainnya, lalu ia bergegas masuk ke dalam kamar.

Dalam benaknya, Tessa sudah berencana untuk segera membersihkan dirinya lalu mengganti pakaiannya dengan gaun tidur yang Owen sukai. Saat Owen pulang, ia akan mengajak suaminya mengarungi nikmatnya surga dunia.

Sebelum bersiap-siap dengan rencananya, Tessa lebih dulu masuk ke dalam kamar putrinya. Keningnya mengernyit, dari ambang pintu ia bisa melihat Ayasya yang sesekali meggeliatkan tubuhnya. Tessa mempercepat langkahnya, biasanya Aya akan seperti itu saat merasakan sesuatu yang tak nyaman di tubuhnya

“Ya Tuhan … Aya!” pekik Tessa.

Betapa terkejutnya Tessa saat ia melihat wajah putrinya yang memerah. Tessa bisa mendengar gumaman-gumaman kecil dari bibir mungil putrinya.

Saat Tessa menyentuh dahi putrinya dengan punggung tangannya, seketika ia panik. Aya, demam! Batin Tessa.

Merasakan sentuhan tangan Bunda-nya, Aya membuka kedua matanya. Seketika tangisnya pecah saat melihat wajah cemas sang Ibunda.

Segera Tessa membawa Aya ke dalam dekapannya. Menimang-nimang putrinya, berharap tangisan Aya bisa mereda. Saat dirasa Aya sudah lebih tenang, Tessa segera melakukan pertolongan pertama pada putrinya.

Ia baringkan Aya di tempat tidurnya. Perlahan ia melepas piyama Aya yang sudah basah karena keringat, lalu menggantinya dengan piyama lain yang lebih tipis dan lebih nyaman. Tessa mengambil kain dan wadah berisi air dengan suhu normal. Setelah membasahi kain, dengan tangan bergetar Tessa mulai mengompres Aya. Di dahi, di leher, di ketiak, dan di area lipatan-lipatan tubuh lainnya.

Setelah beberapa saat mengompres Aya, Tessa dapat kembali bernapas lega saat ia rasa suhu tubuh putrinya mulai menurun. Aya pun lebih tenang, tak lagi menangis seperti sebelumnya.

Dalam kondisi seperti ini ia tak ingin Aya jauh dari jangkauan matanya. Untuk malam ini, Tessa membawa Aya ke dalam kamarnya. Ia sudah melupakan rencananya untuk mengarungi nikmatnya surga dunia saat nanti Owen kembali.

Tessa baringkan putrinya di tempat tidur, lalu ia ikut berbaring di sisinya. Kedua netra Aya perlahan kembali memejam, melihat itu Tessa mulai tenang. Rasa khawatir dan panik yang tadi ia alami, cukup menguras energinya. Tessa pun akhirnya ikut terpejam.

Tak berapa lama, Tessa kembali dibuat terkejut oleh tangisan Aya. Khawatir dan panik kembali menyerangnya saat wajah Aya kembali memerah. Suhu tubuh Aya kembali meningkat. Tessa kembali menimang-nimang Aya, agar tangisannya mereda.

Tessa pikir, ia harus bergegas membawa Aya ke rumah sakit. Dengan satu tangan, ia meraih ponselnya di atas nakas dan mulai menghubungi suaminya.

Panggilannya tersambung, namun tak di jawab. Tak ingin menyerah, Tessa terus-menerus menghubungi Owen. Hingga puluhan kali ia menelepon suaminya dan tetap saja panggilannya tak dijawab.

Meski Aya tak lagi menangis dan kini sudah kembali tertidur, namun suhu tubuhnya terus meningkat. Tak bisa menunggu lebih lama, perlahan Tessa membaringkan Aya kembali ke tempat tidur.

Setelah itu ia berlari menuju rumah Nawra. Tak ada pilihan lain, Tessa harus menyambangi kediaman Nawra untuk memberitahu suaminya mengenai keadaan putri mereka.

Tessa menggeleng ketika tiba di teras rumah Nawra. Suara alunan musik dan gelak tawa yang menyambutnya. Pantas saja Bang Owen tidak menjawab panggilanku! Keluh Tessa dalam hati.

Semakin dekat dengan ambang pintu, langkah kaki Tessa terhenti kala mendengar ucapan seorang pria. Ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya lalu beringsut mundur.

Air mata seketika menggenangi pelupuk matanya, saat ia menoleh ke arah jendela. Apa yang dilihatnya kini sungguh membuat hatinya hancur. Tak ada gunanya ia di sana, Tessa segera berlari kembali ke rumahnya.

Dengan gerakan cepat, Tessa menuliskan sesuatu pada secarik kertas yang ia tinggalkan di atas nakas. Lalu dengan Tas yang berisi beberapa pakaian dan perlengkapan putrinya, Tessa keluar kamar dengan Aya yang sudah berada dalam gendongannya. Ia mengambil kunci mobil dan tanpa mengunci pagar dan pintu rumah, Tessa dan Aya akhirnya pergi.

...——————...

1
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
akhirnya setelah melalui beragam.rintangan kebahagian itu datang juga...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
benarkah???
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
keguguran keknya...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
saatnya kamu panen apa yg kamu tanam nawra...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
good job ben.. wis alih profesi jd aktor aja ...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
hhmmm gmn buuuu calon menantunya hamil anak laki lain mboh siapa bapaknya.....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
iiihh dasar ben sedeng 11 12 sm.nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mungkiniah owen diauruh danira bertanggung jawab pd nawra? kalo.iya .. angel wis angel....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
weh dasar nawra stress berat menjurus depresi... dah bawa aja nawra ke rsj...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
kok.melu panas bacanya 🙈🙈
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
sabar owen dengerin penjelasan alfio dl... tp jgn syok ya nanti...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mereka lg sibuk anu bang alfio 🤭😅😅✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
wis waktunya bezuk debay 🤭😅😅✌✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
yah danira gampang pisan dihasut nawra... bgtulah kalo di hatinya tertanam kebencian ga punya pendirian ..
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
makanya alfio jan krn ambisi/nap su ingin bertemu/ merebut ayasya sembarangan milih patner kan runyam...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben ga usah kepo gitu urus aja urusan sendiri gmn caranya tobat dr maksiat...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
tessa menikah dg owen stelah melahirkan bkn saat hamil.. makanya ben jgn mudah percaya sm omongan nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben percaya sama nawra.. syirik 🤭😅😅✌✌
nawra wanita licik, ben..
༄⃞⃟⚡𝙼𝙰𝙼𝙰ᶠᵉⁿᶦ𒈒⃟ʟʙᴄ 🍒⃞⃟🦅
Ye akhirnya happy ending. selamat ya tes doa dan harapan akhirnya tercapai dengan smua kejadian yang sudah kamu lalui akhirnya bisa berakhir bahagia.

wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.

kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
mewek betulan lah aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!