Ayah Untuk Ayasya

Ayah Untuk Ayasya

Bab 1. Ayo Menikah!

Owen Nikolas adalah seorang dokter muda dari Rumah Sakit Pelita Harapan yang sedang menjalankan tugas sukarela di Desa P. Bukan tanpa alasan, pria tampan itu memilih menjalankan tugas di desa yang cukup terpencil ini. Ia ingin mengobati luka hatinya. Hati yang terluka karena memendam cinta pada seorang wanita yang kini telah menjadi istri dari sahabatnya.

Sesuai dengan harapannya, selama hampir tiga minggu bertugas, Owen menjalani hari-hari tenang nan damai di Desa P. Hingga tiba suatu hari, tanpa sengaja Owen mendengar perbincangan Bu Ida Si Pemilik rumah kontrakan dengan seorang wanita yang bernama Tessa.

“Tessa?” gumam Owen lirih dari balik pintu kamarnya.

Apa mungkin wanita itu adalah Tessa yang kukenal? Tanya Owen dalam hatinya.

Owen menggeleng. “Tidak mungkin!”

Selebgram bar-bar semacam Tessa, mana mungkin mau mengunjungi desa ini, pikirnya.

Namun, suara wanita yang menjadi lawan bicara Bu Ida terasa tak asing di telinga Owen. Hal itu sungguh mengusik pikirannya hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya agar bisa melihat lawan bicara Bu Ida.

Sayang sekali, saat Owen membuka pintu kamarnya wanita itu telah masuk kembali ke dalam kamarnya. Owen hanya bisa menghela napas, menahan kekecewaan karena tak berhasil melihat siapa wanita itu.

“Bagaimana jika dia benar Tessa, selebgram bar-bar itu? Aku yakin ketenanganku di Desa ini akan terancam,” monolognya.

...…………...

Tessa Stephani, selebgram yang terkenal dengan sikap bar-barnya itu memang sudah terang-terangan mendekatinya sejak beberapa waktu terakhir. Wanita yang tak lain adalah sahabat dari wanita yang Owen cintai, selalu saja mengusik ketenangannya tiap kali mereka bertemu.

Tak ingin menerka-nerka seorang diri dan berakhir pusing sendiri, Owen pun bertanya pada Si empunya rumah. “Bu Ida, apakah gadis yang baru saja mengobrol dengan Ibu, bernama Tessa?” tanyanya.

“Iya bener, Mas Dokter.” Jawaban Bu Ida membuat Owen tercengang.

Mau apa Tessa di Desa terpencil seperti ini, tanyanya dalam hati.

“Eh, Mas Dokter kenal?” tanya Bu Ida yang dijawab oleh Owen dengan anggukan lemah dan senyuman.

“Eh … Mas Dokter tahu nggak, gadis itu bertanya mengenai jalan menuju hutan,” ungkap Bu Ida dengan sangat pelan layaknya seseorang yang sedang berbisik.

“Semoga dia gadis baik-baik, ya … bukan seperti gadis-gadis yang sebelumnya,” lanjut Bu Ida seraya berjalan menjauh menuju dapur rumahnya.

Tanpa membuka suara, Owen sekali lagi mengangguk sebagai tanda jika ia setuju dengan ucapan Bu Ida. Di Desa P, ada seorang wanita paruh baya yang terkenal menjalankan praktik aborsi ilegal.

Wanita itu biasa dipanggil Mbok Atun, tinggal seorang diri di tengah hutan. Tindakan kejahatannya tak pernah terciduk, sebab tak ada bukti yang dimiliki para warga untuk melaporkannya.

Di dalam hati Owen kini sedang terjadi pergulatan hebat. Tak mungkin ‘kan dugaan Bu Ida, benar? Tapi jika benar, apa yang harus kulakukan?

Berselang beberapa menit, Owen masih bergeming di tempatnya. Pria itu terus memikirkan ucapan Bu Ida. Sampai Reno, rekan sesama dokter yang turut serta dalam kegiatan sukarela ini menghampirinya.

“Dokter Owen!” Seru Reno. “Anda melamun,” imbuhnya.

“Ah, ya … ada apa?” tanya Owen.

“Bisa kita berangkat sekarang? Suster Ara dan Suster Luna sudah menunggu,” ucap Reno.

“Ya, ya, tentu. Ayo, berangkat sekarang.” Dengan hati yang masih gusar, Owen pun akhirnya beranjak pergi dari rumah menuju ke Puskesmas untuk bekerja.

Meski kakinya melangkah menjauh, namun pandangannya tetap tertuju pada pintu kamar yang di dalamnya ada seorang wanita bernama Tessa.

Semoga saja dia adalah Tessa yang lain, batin Owen berharap.

...…….....

Meninggalkan Owen dan tiga rekannya yang tengah sibuk menjalankan tugas sukarela di sebuah Puskesmas Desa P. Tessa … wanita itu tak henti-henti berjalan mondar-mandir di dalam kamar yang luasnya tak seberapa.

Tadi … setelah makan siang, berbekal informasi dari Bu Ida, akhirnya ia berhasil menemukan rumah Mbok Atun. Wanita paruh baya yang akan membantunya keluar dari masalah yang ia hadapi saat ini. Masalah yang timbul setelah dirinya terlibat One Night Stand dengan seorang pria, hingga akhirnya kini ia mengandung.

Tessa sangat menyadari jika menggugurkan janin yang kini berada dalam kandungannya adalah perbuatan dosa dan keji. Tapi, tak ada solusi lain yang terpikirkan olehnya. Pria yang seharusnya menjadi Ayah dari janinnya, tak akan bisa bertanggung jawab. Dirinya pun belum siap untuk dihujat oleh banyak orang karena hamil di luar nikah. Satu-satunya jalan adalah mengugurkan janin yang ia taksir baru berusia 6-8 minggu.

Waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Gelapnya langit malam akan menutupi jejak Tessa untuk melakukan perbuatan dosa besar ini. Setelah memakai jaket tudung kebesaran miliknya, ia pun mulai bergegas untuk pergi ke rumah Mbok Atun yang berada di dalam hutan.

Di kamar lain, Bu Ida tak kalah gelisahnya. Sebenarnya, siang tadi Bu Ida mengikuti Tessa yang berjalan masuk ke dalam hutan. Gelagat aneh Tessa membuat wanita itu curiga. Benar saja, dari apa yang ia dengar, malam ini Tessa dan Mbok Atun sudah berjanji untuk bertemu.

Maka ketika malam tiba dan ia tak mendapati Tessa di kamarnya, Bu Ida mendadak panik. Tanpa memikirkan apa pun, Bu Ida segera berlari keluar rumah hendak menyusul Tessa ke dalam hutan.

Sebuah kebetulan yang sangat diharapkan oleh Bu Ida. Di depan pintu rumahnya ia bertemu dengan Owen yang baru saja pulang.

“Mas Dokter, ayo ikut Ibu!” Tanpa penjelasan apa pun, Bu Ida menarik tagan Owen agar ikut dengannya.

“Bu Ida, sebenarnya kita mau ke mana?” Tanya Owen.

“Kita harus menyelamatkan nyawa Neng Tessa!” jawab Bu Ida.

“Nyawa Tessa?” tanya Owen sekali lagi meyakinkan apa yang didengarnya.

Sayangnya Bu Ida tak menjawab. Wanita itu semakin mempercepat langkahnya.

“Di sana!” Tunjuk Bu Ida pada sebuah rumah. “Neng Tessa ada di sana!”

“Untuk apa Tessa ke sana?” Owen masih tak mengerti.

“Untuk apa lagi?! Pasti dia ingin menggugurkan kandungannya!”

“Bu Ida, jangan asal menuduh! Tessa tak mungkin-“

Bu Ida menepuk lengan owen. “Mana berani aku menuduh! Aku yakin dengan ucapa-“ belum selesai ucapan Bu Ida, Owen sudah berlari menuju ke rumah yang tadi ditunjuk olehnya.

Brak!!!!

Pintu rumah yang terbuat dari kayu milik seorang wanita yang akrab di sapa Mbok Atun, dibuka dengan paksa oleh Owen. Tak ada seorang pun yang ia temui di ruang tamu. Hal itu semakin menambah kecemasan Owen.

Sedetik kemudian, Mbok Atun muncul dari sebuah kamar. “Hei! Siapa kamu?! Kenapa kau masuk ke rumahku tanpa izin?!” Antara gugup dan marah, Mbok Atun berucap.

“Di mana Tessa?!” balas Owen dengan berteriak.

“Tessa si-siapa? Orang yang kau cari tak ada di sini.”

Tak ingin membuang waktu dengan berdebat bersama Mbok Atun, lantas Owen memaksa masuk ke dalam kamar.

“Awas. Minggir!” Dengan kasar ia mendorong tubuh gempal Mbok Atun agar tak menghalangi langkahnya.

Sontak saja sepasang netra Owen terbelalak saat melihat Tessa berbaring di ranjang dan hanya menggunakan sarung untuk membungkus tubuhnya.

“TESSA!!” Teriaknya.

“O-Owen?!” balas Tessa ikut memekik.

Tessa terlihat membenahi sarung yang melilit tubuhnya. Ia bangkit dari posisi berbaringnya. Dengan derai air mata, wanita itu duduk di tepian ranjang. Kepalanya terus menunduk, mana berani ia menatap wajah tampan pria yang ia kagumi di hadapannya.

“Ayo!” Owen melemparkan jaket yang ia pakai ke pangkuan Tessa. “Kita harus segera pergi dari tempat ini!”

Tessa akhirnya mengangkat kepalanya, pandangannya lurus menatap Owen. Tatapannya menyiratkan jika kini ia dilanda perasaan malu, marah, menyesal, dan putus asa.

Tessa menggeleng. “Lu aja yang pergi! Gue gak akan ke mana-mana.” Tessa tak berniat mundur. Tak ada harapan lagi baginya, pikirnya.

“Lu udah gila?!” Bentak Owen. Wajah lelahnya ia usap dengan kasar.

“Tessa … ini bukan waktunya untuk bersikap kekanakan!” imbuhnya.

“Apa pedulimu, huh?! Lu gak tahu apa yang sudah terjadi pada gue!” balas Tessa dengan teriakan yang tak mau kalah dari bentakan Owen.

“Gue gak peduli sama lu. Sama sekali gue gak peduli,” ungkap Owen.

“Yang gue pedulikan adalah perbuatan gila lu yang bakal ngorbanin nyawa janin tak berdosa yang ada di rahim lu!”

Dengan kedua tangannya Tessa menutupi wajahnya. Sementara ia semakin terisak di baliknya. “Gue emang gila! Semua yang terjadi di hidup gue emang gila. Puas?!” Ego Tessa memaksanya mengatakan hal yang tak betul-betul diinginkan hatinya.

“Jangan ikut campur pada pilihan hidup gue,” ujar Tessa.

Suaranya mulai melemah, sebab jauh dalam lubuk hatinya ia sedang meronta, meminta tolong untuk diselamatkan dari tempat itu.

“Selagi lu gak punya solusi yang lebih baik dari ini, mending lu pergi aja. Anggap saja malam ini gak pernah ada. Lu gak tau apa yang terjadi malam ini, sebab kita tak pernah bertemu.”

“Aaarrgghh!” Owen tak lagi tahan untuk tidak menggeram. Tessa adalah wanita paling egois dan keras kepala yang pernah ia temui.

Kedua tangannya berkacak di pinggang. Owen mengatur embusan napasnya saat menatap ke arah Tessa.

“Solusi?” tanyanya.

“Yang lu mau cuma solusi, kan?” tanya Owen sekali lagi.

Raut wajah pria itu menyiratkan keraguan. Entah apa yang terpikir olehnya. Tessa hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Sebagai seorang dokter, gue menghormati kehidupan. Sekecil apa pun itu. Jadi jangan berpikir jika gu-gue melakukan ini karena alasan lain,” ujar Owen.

“Jangan gugurin kandungan lu. Tugas lu hanya menjaganya selama dia berada di kandungan lu,” Owen terdiam sejenak. Pria itu terlihat menarik napas panjang lalu mengembuskannya kasar.

“Lahirkan bayi itu. Setelahnya, bayi itu akan menjadi urusan gue. Setelah lahir, dia akan menjadi tanggung jawab gue.”

Sontak saja kedua netra Tessa membelalak mendengar apa yang baru saja dikatakan Owen. Tessa tertawa, “Bukan gue yang gila, tapi lu!”

Tessa merasa semakin kesal pada Owen. Pria itu telah mengacaukan semua hal yang telah ia rencanakan. Semuanya menjadi sia-sia.

“Andai saja mengandung dan melahirkan semudah itu, gue gak akan pernah terpikirkan untuk melakukan hal gila ini!” ucap Tessa tanpa menatap Owen.

Tessa mengenakan kembali celana panjangnya. Tak ia pedulikan tatapan tajam Owen padanya. Malam ini adalah salah satu malam terburuk di sepanjang hidup Tessa.

“Mengandung tak hanya soal membiarkan janin ini tetap berada dalam perutku saja. Kau tak pikirkan bagaimana aku akan dipandang sebelah mata oleh orang lain?!”

“Gue butuh solusi, bukan omong kosong!” Tegas Tessa sebelum ia mulai melangkahkan kakinya hendak keluar dari kamar.

Sementara Owen tetap bergeming di tempatnya. Kedua netranya tampak memejam sesaat. Ia butuh meyakinkan dirinya dengan keputusan yang akan diambilnya saat ini.

“Gue yang akan tanggung jawab!” ucapnya menghentikan langkah Tessa.

Berganti Tessa yang bergeming. Tiba-tiba saja kakinya terasa sulit untuk melangkah.

“Lu dengar? Gue yang akan TANG-GUNG JA-WAB!” Owen kembali berucap, pria itu bahkan semakin menekankan kata tanggung jawab berharap Tessa tak akan bergeming lagi.

Namun Tessa masih sama. Wanita itu masih berdiri, diam membeku di tempatnya. Jantungnya berdegup kencang, mengapa tiba-tiba ia sulit bernapas, pikirnya.

Entah ke mana pikiran Tessa tengah melayang, yang pasti ia bahkan tak menyadari jika Owen sudah berdiri di hadapannya.

“Jangan katakan lu gak paham maksud gue?” tanya Owen berubah lembut.

Owen menarik napas panjang, memenuhi seluruh rongga dadanya dengan oksigen. Ia yakin setelah satu kalimat ini ia akan merasa sesak dan sulit untuk bernapas.

“Ayo kita menikah!” Ungkap Owen.

“Me-ni-kah?” akhirnya terdengar juga sura Tessa.

“Ya. Aku dan kau menikah. Kita akan menjadi sepasang suami istri,” jawab Owen.

“Kita … suami istri?” tanya Tessa seolah tak yakin jika semua ini nyata.

“Ya. Lu butuh solusi, kan?” tanya Owen.

“Ini solusi yang gue tawarkan. Kita pergi dari sini. Kembali ke kota, menikah, menjadi pasangan suami istri. Lu akan mengandung bayi kita. Lu dan gue akan menjaganya selama ia berada dalam kandunganmu. Hingga ia lahir dan menatap dunia ini,” lanjut Owen.

“Ta-tapi ….” Tessa hendak membantah, namun lebih dulu Owen menarik tangannya.

“Tak ada tapi. Ayo pulang!” ajak Owen.

“Lalu kita menikah,” imbuhnya.

...………....

Dua minggu berselang, malam ini Tessa yang dilanda keraguan mengenai keputusannya untuk menikah dengan Owen kembali membuat ulah. Entah dari mana datangnya pemikiran untuk pergi sejauh mungkin dari semua orang yang mengenalnya.

Tessa sudah mempersiapkan segalanya. Pakaian, uang tunai, dan kebutuhan lainnya. Namun entah bagaimana bisa, Owen mengetahui rencana Tessa. Kejar-kejaran di jalan raya pun tak terelakkan lagi. Beruntung Owen masih lebih cepat dari Tessa. Ia pun berhasil mencegah Tessa untuk kabur.

“Apa lagi kali ini, huh?!” Kali ini Owen tak membentak Tessa.

Dari caranya berbicara jelas sekali jika pria itu sudah hampir putus asa dalam menghadapi kelakuan ibu hamil di hadapannya.

“Gu-gue gak bisa menikah dengan lu.” Tessa menunduk, tak sanggup rasanya menatap kedua netra Owen.

“Terima kasih, tapi cukup masa depan gue yang hancur,” imbuhnya.

Owen menarik napas panjang. “Masa depan lu gak akan hancur. Gak akan pernah hancur.”

“Dan juga, asal lu tahu … pantang bagi gue untuk ingkar janji.”

“Sekarang antar gue untuk nemuin kedua orang tua lu!” suruh Owen.

“Hah? Orang tua gue?”

“Ya! Malam ini juga gue akan melamar lu!”

...——————————...

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ⛅ͧ ͫ ͥ⁹²ᴜᴍɪ ʰᵈ

🍭ͪ ͩ⛅ͧ ͫ ͥ⁹²ᴜᴍɪ ʰᵈ

pasti lah kamu kenal owen, kan tessa tu selebgram yg rmai fansnyaa,

2023-07-03

0

🍒⃞⃟🦅🥑⃟ᵁʸᵁᴸ𝙿𝚄𝚈𝙾🔥🍄

🍒⃞⃟🦅🥑⃟ᵁʸᵁᴸ𝙿𝚄𝚈𝙾🔥🍄

ska dgn gya dn tndkan Owen👍🏻

2023-06-12

2

🍭ͪ ͩ𝖘𝖍𝖆ᶜʰᶦ_₀₃🍀⃟🐍❤️⃟Wᵃf

🍭ͪ ͩ𝖘𝖍𝖆ᶜʰᶦ_₀₃🍀⃟🐍❤️⃟Wᵃf

dokter Owen baik banget.. mulia sekali hati mu dok...
memang anak itu tak berdosa... terlepas dari kesalahan ibu & ayahnya..

2023-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ayo Menikah!
2 Bab 2. Pindah
3 Bab 3. Menjadi Orang Tua
4 Bab 4. Sah
5 Bab 5. Keputusan Sulit
6 Bab 6. Bercerai?!
7 Bab 7. Pindah
8 Bab 8. Rumah baru
9 Bab 9. Salah paham
10 Bab 10. Nasihat Sahabat
11 Bab 11. Misi Tessa
12 Bab 12. Mengambil Hak
13 Bab 13. Cemburu
14 Bab 14. Rindu masa lalu
15 Bab 15. Selebgram Cilik
16 Bab 16. Ketahuan
17 Bab 17. Memperbaiki kesalahan
18 Bab 18. Penyelesaian Masalah
19 Bab 19. Tetangga baru
20 Bab 20. Kejutan pagi hari
21 Bab 21. Apakah aku cemburu?
22 Bab 22. Gangguan saat makan malam
23 Bab 23. Kehadiran teman lama
24 Bab 24. Gundah
25 Bab 25. Ke mana Tessa dan Aya?
26 Bab 26. Aya sakit
27 Bab 27. Kekejaman Bu Damira
28 Bab 28. Tak pernah akur
29 Bab 29. Calon mantu ideal
30 Bab 30. Teman dekat?!
31 Bab 31. Teman dekat???
32 Bab 32. Kerja sama
33 Bab 33. Move On
34 Bab 34. Hati Ke Hati
35 Bab 35. Kehadiran Bu Damira
36 Bab 36. Karena Bu Damira
37 Bab 37. Berakhir di ranjang
38 Bab 38. Ada apa dengan Tessa?
39 Bab 39. Dugaan Owen
40 Bab 40. Tes
41 Bab 41. Alfio, bebas?
42 Bab 42. Negatif
43 Bab 43. Undangan Nawra
44 Bab 44. Pertengkaran
45 Bab 45. Hadiah Untuk Nawra
46 Bab 46. Ulang Tahun Nawra
47 Bab 47. Perdebatan bersama Ibu Mertua
48 Bab 48. Menemui Papi dan Mami
49 Bab 49. Kehilangan Untuk Selamanya
50 Bab 50. Kedatangan Alfio
51 Bab 51. Meyusul Tessa
52 Bab 52. Ulang tahun Aya
53 Bab 53. Siapa dia?
54 Bab 54. Dia putriku!
55 Bab 55. Boneka Kelinci
56 Bab 56. Bertemu lagi
57 Bab 57. Terungkap?!
58 Bab 58. Menghindari Alfio
59 Bab 59. Tak akan menyerah
60 Bab 60. Bantuan
61 Bab 61. Memulai Rencana
62 Bab 62. Hadiah kejutan
63 Bab 63. Usaha menghindari Alfio
64 Bab 64. Memberi waktu
65 Bab 65. Tes
66 Bab 66. Positif
67 Bab 67. Serangan Alfio (1)
68 Bab 68. Serangan Alfio (2)
69 Bab 69. Kesepakatan
70 Bab 70. Ungkapan cinta
71 Bab 71. Ngidam
72 Bab 72. Wanita menyebalkan
73 Bab 73. Antara Korea dan Jepang
74 Bab 74. Menghindar
75 Bab 75. Menjadi wanita licik
76 Bab 76. Kau Ayahnya!
77 Bab 77. Plan B
78 Bab 78. Meyakinkan Bu Damira
79 Bab 79. Mengungkap
80 Bab 80. Menghasut Bu Damira
81 Bab 81. Ketenangan sebelum badai
82 Bab 82. Tamu yang tak diharapkan
83 Bab 83. Keributan di malam hari
84 Bab 84. Semakin Memanas
85 Bab 85. Jujur
86 Bab 86. Keputusan
87 Bab 87. Janji
88 Bab 88. Pergi
89 Bab 89. Terpisah jarak
90 Bab 90. Ide Alfio
91 Bab 91. Tak Berdaya
92 Bab 92. Dugaan Ben
93 Bab 93. Membawa Ayasya
94 Bab 94. Drama Ben dan Owen
95 Bab 95. Drama Ben (Part 2)
96 Bab 96. Kemalangan Nawra
97 Bab 97. Kemalangan Nawra (Part 2)
98 Bab 98. Pembalasan dalam semalam
99 Bab 99. Aku Pulang!
100 Bab 100. Berdua bersama Aya
101 Bab 101. Permintaan Aya
102 Bab 102. Karena boneka lala
103 Bab 103. Permintaan Alfio
104 Bab 104. Awal Yang Baru
105 Bab 105. Hukuman Owen dan Alfio
106 Bab 106. Akhirnya ….
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Ayo Menikah!
2
Bab 2. Pindah
3
Bab 3. Menjadi Orang Tua
4
Bab 4. Sah
5
Bab 5. Keputusan Sulit
6
Bab 6. Bercerai?!
7
Bab 7. Pindah
8
Bab 8. Rumah baru
9
Bab 9. Salah paham
10
Bab 10. Nasihat Sahabat
11
Bab 11. Misi Tessa
12
Bab 12. Mengambil Hak
13
Bab 13. Cemburu
14
Bab 14. Rindu masa lalu
15
Bab 15. Selebgram Cilik
16
Bab 16. Ketahuan
17
Bab 17. Memperbaiki kesalahan
18
Bab 18. Penyelesaian Masalah
19
Bab 19. Tetangga baru
20
Bab 20. Kejutan pagi hari
21
Bab 21. Apakah aku cemburu?
22
Bab 22. Gangguan saat makan malam
23
Bab 23. Kehadiran teman lama
24
Bab 24. Gundah
25
Bab 25. Ke mana Tessa dan Aya?
26
Bab 26. Aya sakit
27
Bab 27. Kekejaman Bu Damira
28
Bab 28. Tak pernah akur
29
Bab 29. Calon mantu ideal
30
Bab 30. Teman dekat?!
31
Bab 31. Teman dekat???
32
Bab 32. Kerja sama
33
Bab 33. Move On
34
Bab 34. Hati Ke Hati
35
Bab 35. Kehadiran Bu Damira
36
Bab 36. Karena Bu Damira
37
Bab 37. Berakhir di ranjang
38
Bab 38. Ada apa dengan Tessa?
39
Bab 39. Dugaan Owen
40
Bab 40. Tes
41
Bab 41. Alfio, bebas?
42
Bab 42. Negatif
43
Bab 43. Undangan Nawra
44
Bab 44. Pertengkaran
45
Bab 45. Hadiah Untuk Nawra
46
Bab 46. Ulang Tahun Nawra
47
Bab 47. Perdebatan bersama Ibu Mertua
48
Bab 48. Menemui Papi dan Mami
49
Bab 49. Kehilangan Untuk Selamanya
50
Bab 50. Kedatangan Alfio
51
Bab 51. Meyusul Tessa
52
Bab 52. Ulang tahun Aya
53
Bab 53. Siapa dia?
54
Bab 54. Dia putriku!
55
Bab 55. Boneka Kelinci
56
Bab 56. Bertemu lagi
57
Bab 57. Terungkap?!
58
Bab 58. Menghindari Alfio
59
Bab 59. Tak akan menyerah
60
Bab 60. Bantuan
61
Bab 61. Memulai Rencana
62
Bab 62. Hadiah kejutan
63
Bab 63. Usaha menghindari Alfio
64
Bab 64. Memberi waktu
65
Bab 65. Tes
66
Bab 66. Positif
67
Bab 67. Serangan Alfio (1)
68
Bab 68. Serangan Alfio (2)
69
Bab 69. Kesepakatan
70
Bab 70. Ungkapan cinta
71
Bab 71. Ngidam
72
Bab 72. Wanita menyebalkan
73
Bab 73. Antara Korea dan Jepang
74
Bab 74. Menghindar
75
Bab 75. Menjadi wanita licik
76
Bab 76. Kau Ayahnya!
77
Bab 77. Plan B
78
Bab 78. Meyakinkan Bu Damira
79
Bab 79. Mengungkap
80
Bab 80. Menghasut Bu Damira
81
Bab 81. Ketenangan sebelum badai
82
Bab 82. Tamu yang tak diharapkan
83
Bab 83. Keributan di malam hari
84
Bab 84. Semakin Memanas
85
Bab 85. Jujur
86
Bab 86. Keputusan
87
Bab 87. Janji
88
Bab 88. Pergi
89
Bab 89. Terpisah jarak
90
Bab 90. Ide Alfio
91
Bab 91. Tak Berdaya
92
Bab 92. Dugaan Ben
93
Bab 93. Membawa Ayasya
94
Bab 94. Drama Ben dan Owen
95
Bab 95. Drama Ben (Part 2)
96
Bab 96. Kemalangan Nawra
97
Bab 97. Kemalangan Nawra (Part 2)
98
Bab 98. Pembalasan dalam semalam
99
Bab 99. Aku Pulang!
100
Bab 100. Berdua bersama Aya
101
Bab 101. Permintaan Aya
102
Bab 102. Karena boneka lala
103
Bab 103. Permintaan Alfio
104
Bab 104. Awal Yang Baru
105
Bab 105. Hukuman Owen dan Alfio
106
Bab 106. Akhirnya ….

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!