Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan di Arena Estafet
“Mbak, Vit!” seru Gadis saat akhirnya panitia memanggil peserta final lari estafet. Gadis baru saja kembali dari toilet.
“Lama amat ke toilet nya, Dis! Mbak pikir kamu mau kabur dari pertandingan, hehe.” sambut Vita.
Gadis mulai melakukan peregangan lagi. “Antri, Mbak! Banyak yang mau ke toilet yang di situ.”
“Ooo…” Vita mengangguk sambil turut melakukan peregangan. “Oh,ya. Aku udah kasih tahu di grup kalo kita masuk final,” ucap Vita ke arah Gadis dan Anna. “Mungkin sebentar lagi mereka akan datang. Nah! itu mereka!” tunjuk Vita ke arah rombongan sekretaris yang tampak mengambil posisi duduk di tribun. Vita pun melambaikan tangan.
Saat ini Anna tak banyak bicara. Ia berusaha menghindari orang-orang mulai menyadari bahwa ia adalah si cewek beruntung. Cewek yang mendapatkan hadiah impian para gadis di Wijaya Group. Jadi ia tidak ingin terlihat lebih menonjol lagi.
Panggilan kepada peserta estafet Final untuk menempati posisi terdengar diumumkan oleh panitia.
Vita pun memimpin tim sekretaris menuju lintasan.
“Mbak Vit, Aku mau coba jadi pelari kedua, ya?! yang sebelum Anna,” Gadis berkata saat mereka hampir sampai menuju track lari untuk mengambil tempat.
Vita mengangguk. “Oke! Ga masalah.” Ia mengacungkan jempol ke arah Gadis lalu menempati posisi untuk pelari pertama.
Anna dan Gadis melanjutkan langkah menuju track kedua dan ketiga. “Semangat ya, Dis! Aku yakin kita bakalan menang!” Anna menepuk punggung Gadis saat meninggalkan Gadis pada posisinya sebagai pelari kedua.
Pada pertandingan Final lari estafet ini tampak penonton lebih banyak dibanding babak penyisihan tadi. Mungkin saja karena lomba-lomba yang lain sudah mulai menuju babak akhir juga, menyisakan pertandingan Final seperti lari estafet sehingga para peserta yang kalah di babak penyisihan dapat memilih untuk menonton pertandingan lain yang ingin mereka saksikan.
Anna menarik nafas dalam, memperhatikan para saingan nya juga dalam keadaan penuh semangat, lalu dari kejauhan ia melihat Tony di salah satu kursi penonton, terlihat Tony juga menyadari pandangan Anna lalu melambaikan tangan dengan senyum sumringah memberi semangat.
Anna membalas lambaian Tony, lalu kembali mengedar pandangan.
DEG.
Jantung Anna melompat tatkala tatapan nya bertemu lagi dengan William yang tak jauh dari posisi tempat duduk Tony. Tatapan itu terasa tajam dan menusuk.
Anna pura-pura mengedarkan pandangan lagi ke sekeliling, biar pria itu mengira bahwa Anna tak melihatnya.
Huft. Anna mulai merasa demam panggung saat suasana menjadi hening karena bendera di garis start sudah mulai turun agar para pelari pertama mengambil posisi bersiap.
Perasaan panas sekaligus dingin mulai terasa di sekujur tubuh Anna. Ana meremas-remas tangan, mengusir rasa dingin yang menyusup ke ujung-ujung jarinya lalu menarik nafas dalam.
Peluit pertandingan pun ditiup.
Tidak seperti babak penyisihan, babak Final ini memiliki lintasan lebih panjang.
Wuuuaaa!! Terdengar sorak-sorai memberi semangat kepada peserta. Vita yang merupakan sekretaris senior tampak berlari dengan cepat, berusaha bersaing dengan peserta lain yang lebih muda darinya dan masih bisa selangkah lebih dulu dibanding yang lain.
Tap.
Anna melihat tongkat estafet telah berpindah pada pelari kedua masing-masing peserta. Persaingan di babak Final ini sungguh sangat ketat. Para pelari tampak bersaing dan saling berganti unggul satu dengan lainnya.
Anna mengambil ancang-ancang bersiap menerima tongkat estafet dari Gadis.
10 meter … Anna memberi semangat dengan lambaian tangannya kepada teman se-tim nya itu. “Ayo Gadis!” sorak Anna saat Gadis tampak berlari sekuat tenaga berusaha menyaingi peserta lain.
5 meter. Gadis tampak sudah mulai mengulurkan tongkat ke arah Anna.
Anna pun mengalihkan pandangan ke depan fokus pada lintasan dengan satu tangan di belakang siap menerima tongkat estafet dari Gadis. Pertandingan tim adalah saling percaya. Anna memberikan kepercayaan penuh kepada rekan nya dan Anna siap melanjutkan estafet dari Gadis.
Tap. Tongkat Estafet sudah berada di tangan Anna.
DUUAAGH!!!
Anna terkejut saat merasakan tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh membentur lantai lintasan. Rasa nyeri di bagian lutut dan sikunya menyerang, sementara tubuhnya terhimpit tubuh Gadis. Terjadi kecelakaan tak terduga di lintasan lari itu.
Akkhhh! Merintih, otak Anna tetap mengingatkan bahwa ia harus lekas bangkit melanjutkan pertandingan meski rasa sakit terasa di sekujur tubuhnya.
“Bangun Gadis!” Anna menyingkirkan tubuh Gadis yang sepertinya juga mengalami syok. Sakit. Malu. Panas. Semua bercampur jadi satu. Namun, semua rasa itu harus Anna singkirkan. Ia harus bangkit dan menyelesaikan pertandingan itu.
Anna bangkit dengan menahan rasa nyeri yang teramat sangat. Pusing. Tertatih, ia mencoba melangkah dengan menyeret kaki lalu berlari meski pincang, berusaha melanjutkan pertandingan menyusul peserta lainnya. Mempercepat ayunan kaki yang terasa perih menusuk dan rasa nyeri di tangan, Anna melihat garis finish dimana ada peserta yang berhasil masuk ke garis finis. Sedikit lagi! Anna memberi semangat kepada diri sendiri.
Pandangan Anna mulai buram sementara ia terus berlari dan berlari.
BRUUUUKK!
Tubuh gadis itu sudah tidak kuat dan akhirnya ambruk di garis finish.
Anna sempat membuka mata melihat seperti dalam gerakan lambat, beberapa orang berlari ke arah nya.
***
Tit tit. Tit tit.
Suara monitor mengisi indera pendengaran Anna.
Gelap.
Nyeri. Namun tidak terlalu. Sekujur tubuh Anna terasa berat.
Anna perlahan mulai membuka mata, mencoba mengenali dimana ia berada saat ini.
Buram.
“Lo udah bangun?”
Anna mengerjap sebentar. Memfokuskan pandangan nya. Ia melihat Tony duduk di kursi tunggu di sebelah tempat tidurnya dan terlihat cemas. Lalu pandangan nya mengarah ke lengan nya yang terasa berat karena selang infus yang terpasang.
Anna mengangkat tangannya ke arah Tony, memohon bantuan untuk duduk.
“Jangan duduk dulu!” Suara lelaki yang sudah dikenal Anna terdengar di sisi lain di seberang tempat tidur Anna. William tampak bersandar di sofa sambil melipat tangan nya.
Tony yang tadinya sudah berdiri mau membantu Anna untuk duduk, kembali duduk di kursi.
“Lo ga papa?! Masih sakit?” Tony tampak sangat khawatir. Disaat seperti ini, Anna tidak punya siapapun di sisinya. Tony adalah satu-satunya teman dekat yang sudah seperti saudara bagi Anna.
Anna mendengus. “Hhh. Bego lo! Udah lihat orang kayak gini masih nanya?” jawab Anna ketus dengan suara serak.
“Mau minum?” Tony mengabaikan ucapan Anna, fokus ke bibir kering gadis itu, ia mengambilkan air mineral beserta sedotan dari nakas di samping tempat tidur.
Anna mengangguk karena bibirnya memang terasa kering. “Tapi bantu gua bangun dulu!” Anna mengulurkan tangan.
Tony melihat ke arah sang Direktur Utama.
William masih tampak sama dengan penampilan nya tadi pagi. Hanya matanya terlihat sedikit sayu. Seperti sangat lelah. Anna melihat lelaki itu berdiri dari posisinya lalu mendekat.
Anna merasakan otot-otot lengan yang kokoh menyusup di bawah punggungnya. Refleks sebelah tangan nya yang bebas merangkul pundak lebar milik William. Wangi parfum yang maskulin berputar-putar menggoda indera penciuman Anna.
Jantungnya mulai bertabuh seperti genderang perang. Anna menutup matanya, mencoba menahan rasa panas yang menjalar di wajahnya.
Sesaat Anna merasakan tubuhnya seperti melayang saat William menarik tubuhnya sedikit dan meletakkan bantal di bawah punggung Anna. Lalu william menekan tombol yang ada di samping tempat tidur hingga bagian atas tempat tidur itu terangkat perlahan hingga posisi duduk Anna terasa lebih tinggi.
“Te-terima kasih Pak William,” ucap Anna sedikit tergagap.
William mendehem sedikit lalu kembali ke posisi nya. "Jangan minum terlalu banyak, nanti kembung!"
***