Kisah perjalanan hidup Ratna, seorang istri yang dikhianati oleh adik kandung dan suaminya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRATA_YUDHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweetheart
Keesokan harinya, saat pagi buta, suasana masih gelap dan matahari masih malas menampakkan sinarnya, Aku sudah bangun untuk bersiap-siap sholat shubuh dan memulai kerja dihari pertama. Ikhsan masih tertidur lelap, aku sangat bersyukur, karena itu artinya aku tidak akan kerepotan dalam bekerja.
Saat aku kedapur, ternyata disana sudah ada pelayan yang juga bekerja dirumah ini, jadi total pelayan dirumah ini ada 4 orang yang sudah ditambah denganku. Mereka semua ramah-ramah dan mengajariku tentang pekerjaanku dengan telaten. Ada yang masih muda, mungkin seumuran denganku, ada yang juga sudah berusia setengah abad. Namanya bu Ambar, pelayan yang paling senior dirumah ini.
"Ratna, mulai hari ini, kamu yang masak untuk tuan Marvel" ucap bu Ambar.
"Iya bu, tapi Ratna belum tahu makanan kesukaan pak Marvel" ucapku.
"Tuan Marvel orangnya enggak begitu pemilih, apa aja yang penting sehat" ucapnya menjelaskan sambil tersenyum hangat. Aku mengangguk faham.
"Kamu bisa bikin bubur ayam?" tanya bu Ambar.
"InsyaAllah bisa bu" jawabku.
"Tuan Marvel suka banget sarapan pake bubur ayam, coba kamu masak itu" titah bu Ambar.
"Iya bu" jawabku. Lalu mulai memasak bubur ayam untuk sarapan pak Marvel.
Setelah semuanya selesai, aku menaruh dan menata hasil masakanku dimeja makan. Tepat pukul 06.30 saat aku masih menata piring dan juga air putih dimeja makan, aku melihat pak Marvel menuruni anak tangga dengan stelan jas kerjanya yang langsung sukses membuatku terpelongo. Oh ini kah makhluk tuhan yang paling sempurna? seperti lagu Melin Juminten?
Dari kejauhan, dia tersenyum hangat kepadaku. Dan ketika semakin dekat aku memilih untuk kembali kedapur sebelum akhirnya tanganku dicekal oleh seseorang.
"Mau kemana?" tanya pak Marvel.
"Eh, saya mau ke dapur pak" ucapku sambil melepaskan tanganku dari tangannya.
"Temenin saya makan" ucapnya.
"Sa-saya makan didapur aja pak" tolakku.
"Kalau gitu layani saya" ucapnya lagi.
"Layani apa?" pertanyaan konyol itu lolos begitu saja dari mulut jahan*m ku.
Bukannya menjawab, dia malah tersenyum aneh. Aku yang tersadar akan ucapan konyolku barusan, langsung mendadak kaku dengan wajah memucat.
'Bodoh!' umpatku dalam hati.
"Layani saya makan, ambilin sarapannya, minumnya. Masa gitu aja enggak tahu'' ucapnya dengan wajah mengejek.
Aku hanya mengangguk dengan wajah menunduk. Setelah itu mulai menuangkan bubur ayam buatanku kepiring pak Marvel.
"Kamu duduk disitu, temenin saya makan sampai selesai" titahnya.
Aku menurut dan duduk dikursi disamping pak Marvel.
"Ikhsan belum bangun?" tanyanya disela-sela sarapannya.
"Belum, tadi masih tidur pules" jawabku sekenanya.
"Rewel enggak?" tanyanya lagi.
"Alhamdulillah enggak, anteng" jawabku.
"Syukurlah kalau Ikhsan betah tinggal disini. Oh iya, laki-laki yang kemaren itu siapa? akrab banget sama Ikhsan." tanyanya. Ku lihat pak Marvel sudah menghabiskan bubur ayamnya tanpa sisa.
"Ooh, itu kang Sofyan, temennya Ratna. Rumahnya dikampung ** ***** juga" jawabku jujur.
"Cuma temen?" tanyanya penuh selidik.
"Iya, emang kenapa pak?" tanyaku heran.
"Enggak apa-apa, emang saya gak boleh tanya-tanya?"
Eh, aku malah jadi bingung harus menjawab apa.
"Bubur ini kamu yang masak?" tanyanya lagi.
"Iya pak" jawabku.
"Enak, saya suka. Rasanya pas" katanya.
"Terimakasih pak" ucapku. Setelah itu dia meminum air putih yang sebelumnya sudah aku tuangkan kedalam gelas.
"Ratna, saya berangkat dulu ya" ucapnya lalu menyodorkan tangannya ke hadapanku.
'Maksudnya apa? salim gitu?' gumamku.
"Ma-maksudnya apa ya pak itu tangan disodorin?" tanya ku ragu. Dia seperti terkejut. Lalu spontan menarik tangannya.
"Saya mau lihat jam" ucapnya sambil melirik ketangannya memperhatikan benda yang melingkar ditangannya itu. Aneh!
"Saya kalau mau lihat jam memang gini, tangannya direntangin dulu kedepan" ucapnya seolah memberi penjelasan.
"Tapi pak..." aku menggantung ucapanku diudara saat melihat mimik wajahnya yang terlihat gugup. Aku tak jadi melanjutkan ucapanku dan memilih menutup mulutku rapat-rapat, walaupun merasa janggal karena jam tangannya melingkar ditangan kiri, tapi tangan kanannya yang direntangkan kedepan. Sudahlah aku diam saja.
"Baik-baik dirumah ya, kalau mau keluar, minta anter sopir dan jangan lupa kasih kabar dulu ke saya. Kamu udah punya nomer saya kan?" tanyanya.
"Belum punya pak" jawabku.
"Bawa sini HP kamu" titahnya, aku langsung bergegas mengambil ponselku didalam kamar, setelah itu balik lagi ke meja makan dan menyerahkan benda pipih itu pada pak Marvel. Pak Marvel mulai mengetikan nomor ponselnya di handphone milikku dan mencoba misscall ke nomornya. Betapa malunya aku saat mendengar ponselku berbunyi mengeluarkan fatwa.
'Maaf, sisa pulsa yang anda miliki tidak cukup untuk melakukan panggilan ini, silahkan bla bla bla bla.....'
Tuuut!
Saat itu rasanya ingin sekali menyembunyikan wajahku kedalam kantong plastik hitam dan membuangnya sejauh mungkin agar tak terlihat oleh lelaki didepanku ini.
Pak Marvel sendiri, hanya menyunggingkan senyum tipis dan menyimpan nomorku ke dalam ponselnya. Setelah itu mengembalikan ponsel itu kepadaku.
"Itu nomer saya'' ucapnya sambil menunjukkan kontak bernama 'Sweetheart'. Aku yang memang Sekolah Dasar saja tidak lulus, saat itu tidak faham maksud dan artinya. Aku fikir itu nama pak Marvel.
"Ini nama pak Marvel?" tanyaku penasaran.
"Iya" ucapnya sambil menatap lekat wajahku. Aku mengangguk, aku fikir itu nama kepanjangan atau nama lain dari pak Marvel.
"Saya udah transferkan pulsa ke nomor kamu, jadi kalau ada apa-apa kamu bisa telfon saya" ucapnya.
"Terimakasih banyak pak" aku jadi tak enak hati.
"Ya udah, saya duluan ya" pamitnya lagi.
"Aku mengangguk" setelah itu menatap kepergiannya yang menjauh dan keluar dari rumah ini.
*******
Karena kondisi kakiku yang lumayan masih sakit, bu Ambar menyuruhku untuk istirahat dikamar, tugasku hanya memasak untuk makan malam sore nanti. Aku menurut saja, sebab aku hanya pekerja baru disini. Hanya saja, aku merasa jenuh, aku terbiasa bergerak dan bekerja, jika hanya dikamar dan baring dikasur, rasanya badanku malah pegal semua.
Tiba-tiba aku teringat Wulan, bagaimana kabarnya ya? sudah lama sekali aku tak menelfonnya, ataupun sebaliknya. Aku mencoba menghubunginya, tidak butuh waktu lama Wulan mengangkat panggilan dariku.
"Assalamualaikum Lan?" sapaku.
"Waalaikumsalam kak, gimana kabarnya?" tanya Wulan.
"Alhamdulillah kakak sehat Lan, Wulan sendiri gimana, disana sehat?" aku balik bertanya.
"Alhamdulillah Wulan sehat. Gimana jualannya? Lancar kak?" tanya Wulan.
"Kakak udah enggak jualan lagi, soalnya udah pindah dari rumah itu, sekarang kakak kerja dirumah orang jadi tukang masak" ucapku menjelaskan.
"Loh kok bisa kak? gimana ceritanya?" tanyanya. Setelah itu aku menjelaskan kronologisnya.
"Ya ampun, mereka tuh ya, gak ada puasnya bikin hidup kakak sengsara! aku yakin nih, mereka nyamperin kakak karena lagi bingung buat bayar hutang, mereka kan diuber-uber debt collector. Rumah mas Ilyas kan disini udah disegel bank kak" jelas Wulan.
"Masa sih dek? kok bisa?" tanyaku penasaran.
"Iya, usaha logingnya Ilyas kan bangkrut kak, terus hutangnya numpuk gak ketutup, jadi rumahnya disita" jelas Wulan. Aku merasa terkejut saat mendengar kabar kebangkrutan mas Ilyas. Pantas saja, mas Ilyas mengusik rumah emak dan bapak. Aku masih tidak percaya mas Ilyas bangkrut secepat itu, tapi mengingat gaya hidupnya, aku sih tidak heran.
"Terus hubungan kakak sama mas Ilyas gimana?" tanya Wulan.
"Kakak lagi proses perceraian dek dengan mas Ilyas" jawabku.
"Syukurlah kak, kalau kakak cepat terbebas dari laki-laki seperti mas Ilyas" ucap Wulan.
"Iya Lan, doain kakak ya disini, semoga bisa menata masa depan yang sempat hancur" ucapku.
"Iya kak pasti... kak, Puja pernah menghubungi kakak enggak?" tanya nya.
"Enggak tuh, emang kenapa Lan?" tanyaku.
"Em, gimana ya... Wulan kasian kak sama Puja" ucapnya sendu.
"Emang kenapa dengan Puja?" tanyaku penasaran.
"Puja...."
sok berhati malaikat.