Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerimamu
Abi sekarang duduk berhadapan dengan bapak dan ibu Haryono. Wajah tampannya menatap kedua orang tua itu dengan tatapan serius.
"Kedatangan saya kemari adalah untuk meminang putri bapak dan ibu yang bernama Adara Utari".
Kedua orangtua Dara menatap Abi bergantian dengan Dara yang duduk di sebelah Abi.
"Nak Abi, tolong ceritakan tentang isi surat Yanti kepada kalian agar bapak dan ibu bisa mengetahui latar belakang secara jelas mengapa nak Abi bersikukuh untuk meminang Dara" pinta Pak Haryono.
"Adara, berikan surat Yanti kepada bapak dan ibu. Biarkan beliau berdua membacanya".
Dara berdiri dan masuk ke kamar dan tak lama kemudian dia kembali membawakan surat bersampul putih itu.
"Ini yang punya saya pak". Abi pun memberikan suratnya yang diambilnya dari dalam tas.
"Maaf kami baca surat kalian ya nak" ijin Bu Haryono.
"Monggo Bu. Tidak apa-apa".
Kemudian kedua orangtua Dara membaca surat Yanti secara bergantian antara milik Dara dan Abi.
Usai membaca, pak Haryono membuka kacamata bacanya sedangkan Bu Haryono kembali melipat rapi surat itu dan memasukkannya ke dalam amplop.
"Dara, kata nak Abi tadi kamu berkonsultasi dengan seorang notaris. Bagaimana hasil pembicaraan kalian?"
Dara menceritakan apa-apa yang dia ingat dan sesekali ditambahkan oleh Abi. Kedua orangtuanya mendengarkan dengan perhatian.
"Jadi kesimpulannya bisa dibatalkan wasiat nak Yanti tetapi posisinya adalah surat ini sudah dibuat secara resmi karena diatas meterai." Kedua orang yang berada di hadapan pak Haryono mengangguk.
"Nak Abi, apakah nak Abi yakin hendak meminang Dara?" tanya Bu Haryono.
"Yakin Bu. Seperti yang tadi saya bilang pada bapak, bahwa saya akan selalu menyayanginya, menghormati dirinya. Saya tidak akan menyia-nyiakan putri bapak dan ibu" jawab Abi tegas.
Dara hanya terdiam.
Kenapa nasibku begini ya Allah. Tidak ada dalam bayanganku akan menikah dengan seorang duda.
Bu Haryono menatap sendu putrinya. Sebagai seorang ibu, ia tahu perasaan putrinya yang belum mau menikah namun keadaan yang membuatnya seperti ini. Meskipun Abi menunjukkan sikap perhatian pada putrinya, tetap saja tidak ada cinta diantaranya. Belum setidaknya.
Setelah menatap Dara, Bu Haryono menatap Abimanyu. Wajah tegas pria tampan ini memang menunjukkan karakternya yang tidak mau basa basi dan sedikit kaku namun entah kenapa feeling-nya sebagai ibu, Abi bisa menjadi suami yang baik bagi putrinya.
"Kapan nak Abi ingin meresmikan hubungan nak Abi dengan Dara?" tanya Bu Haryono.
Dara melotot ke arah ibunya.
"Tadi saya sudah bilang dengan bapak, usai 40 harinya Yanti."
"Apa tidak terlalu cepat?" tanya pak Haryono "Dara masih bekerja lho pak Abi dan proses untuk mencari guru pengganti tidaklah mudah".
"Saya rasa waktunya cukup pak. Saya yakin banyak guru di luaran sana yang mampu menjadi pengganti Dara."
"Dari tadi kalian tidak bertanya bagaimana perasaan dan pendapat Dara? Yang menikah dua orang bukan seorang saja" potong Bu Haryono yang melihat wajah putrinya semakin menunduk.
Abi pun menoleh ke Dara. Wajah gadis itu tampak pucat namun tidak mengurangi ketegangannya.
"Adara..." panggilnya. Dara menoleh ke arah Abi.
Sejak kapan dia memanggilku dengan nama depanku lengkap?
"Adara, aku berjanji padamu bahwa aku akan menjadi suami yang baik, yang menghormati, menghargai dan menyayangi mu". Abi menatap lurus ke mata Dara.
Dara mencari kebohongan di mata Abi namun yang dia peroleh adalah mata yang penuh kesungguhan dan teduh.
"Saya pegang omongan yang anda ucapkan di depan orang tua saya".
"Kamu bisa memegang ucapanku. Apakah kamu bersedia menikah denganku Adara?"
Dara mengalihkan pandangannya ke kedua orangtuanya dan mengangguk kepalanya seolah memberi kode bahwa dia bersedia memenuhi wasiat Yanti.
Gadis itu kembali menatap Abi.
"Saya bersedia menikah dengan anda" jawabnya tegas.
Abi tersenyum. "Terimakasih. Terimakasih mau memenuhi wasiat Yanti."
Dara hanya mengangguk.
Semoga keputusan ku tidak salah.
***
Abi kini berada di kamar hotel untuk beristirahat. Tadi Bu Haryono menawarkan untuk tidur di kamar Andra kakak lelaki Adara namun ia tolak.
Abi ingin sendirian di kamar untuk merenungkan apakah langkah yang diambilnya sudah tepat. Walau dengan sedikit pemaksaan, akhirnya Dara mau menikah dengannya meskipun Dara tidak mau pernikahan mewah.
POV Abi
"Aku hanya ingin pernikahan sederhana, mengundang keluarga, kerabat dan teman-teman dekat saja."
"Resepsi tetap diadakan di Jakarta, Adara. Karena kolega Bisnisku banyak disana. Tidak usah yang mewah tapi aku harus menunjukkan siapa istriku kepada mereka."
Dara mengangguk. Kini keduanya sedang duduk di teras karena kedua orangtua Dara ingin memberikan privasi pada keduanya.
"Boleh aku bertanya mas?" Dara sudah kembali memanggilnya 'mas' seperti biasanya.
"Apa?"
"Sejak kapan mas memanggil aku menjadi 'Adara' karena sebelumnya mas memanggilku dengan 'Dara' seperti yang lain".
Abi menoleh ke wajah cantik di sebelahnya yang menatap ke arah jalan depan rumahnya.
"Sehari sejak Yanti meninggal. Karena aku ingin memanggil mu dengan nama yang berbeda. Antasena sudah memanggil mu 'Rara' dan aku tidak mau sama dengan yang lain."
"Apakah aku boleh bekerja di Jakarta nanti?" tanya Dara sambil menatap Abi.
"Apa? Kenapa kamu ingin bekerja? Apa kamu merasa aku tidak bisa menghidupi mu?" jujur Abi tidak menyangka Dara akan mengajukan pertanyaan itu.
"Aku hanya ingin tetap mengamalkan ilmu yang telah aku peroleh selama di bangku kuliah."
Abi mengusap wajahnya.
"Kita pikirkan nanti agar kamu bisa memilih sekolah yang cocok untukmu dan dekat rumah."
Belum apa-apa aku kok sudah posesif begini pada Adara.
"Aku tahu mas Abi banyak uang tapi aku bekerja bukan karena uang melainkan untuk kepuasan batinku yang bisa membantu anak-anak yang bermasalah."
Abi terdiam. Profesi Dara yang sebagai seorang guru bimbingan konseling memang sebagai seorang konselor yang membantu para siswanya untuk menyelesaikan permasalahannya.
"Seperti yang aku bilang kita pikirkan nanti."
POV end
Abimanyu membuka laptopnya dan mulai mencari informasi sekolah yang berada dekat dengan lingkungan rumahnya. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, disimpannya dalam sebuah folder.
"Apapun yang kamu minta aku coba kabulkan agar kau tidak pergi meninggalkan ku Adara. Aku sudah kehilangan Yanti dan aku tidak mau kehilangan mu juga."
Abi mematikan laptopnya kemudian dia masuk ke dal kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, Abi meletakkan tubuhnya di atas kasur empuk dan tak lama dirinya terlelap.
Entah dia bermimpi atau tidak, rasanya dia bertemu Yanti yang tersenyum manis kepadanya.
"Terimakasih mas, mau menunaikan wasiat yang kuberikan padamu. Yakinlah, Dara adalah wanita yang terbaik untuk mas. Jangan kau sakiti dia ya."
Aku tidak akan menyakiti warisan yang kau berikan padaku Yan..
***
Yuhuuu
Jgn lupa like vote n gift yaaaa
Tararengkyu ❤️🙂❤️