NovelToon NovelToon
Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Sang Muhallil Yang Tidak Mau Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Uwais menjatuhkan talak tiga kepada istrinya, Stela, setelah memergokinya pergi bersama sahabat karib Stela, Ravi, tanpa mau mendengarkan penjelasan. Setelah perpisahan itu, Uwais menyesal dan ingin kembali kepada Stela.
Stela memberitahu Uwais bahwa agar mereka bisa menikah kembali, Stela harus menikah dulu dengan pria lain.
Uwais lantas meminta sahabat karibnya, Mehmet, untuk menikahi Stela dan menjadi Muhallil.
Uwais yakin Stela akan segera kembali karena Mehmet dikenal tidak menyukai wanita, meskipun Mehmet mempunyai kekasih bernama Tasya.
Apakah Stela akan kembali ke pelukan Uwais atau memilih mempertahankan pernikahannya dengan Mehmet?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Beberapa bulan berlalu. Kehidupan Stela dan Mehmet kembali stabil dan harmonis.

Insiden di kantor dan ancaman dari Uwais perlahan memudar dari ingatan harian mereka, meskipun Mehmet telah memperketat keamanan dan memastikan tidak ada lagi drama yang mengganggu Stela.

Pagi itu, suasana di ruang makan mereka terasa hangat dan akrab.

Cahaya matahari pagi menyinari meja makan, Mbak Rini baru saja selesai menyiapkan sarapan.

Di meja sudah tersaji sepiring besar nasi goreng dengan taburan bawang goreng yang harum, ditemani beberapa potong telur dadar tebal yang dipotong-potong.

"Sarapan pagi ini sepertinya sangat menggugah selera," puji Mehmet sambil mengambil sepotong telur dadar.

"Terima kasih, Rini."

Stela tersenyum dan mengambil piringnya. Ia merasa cukup lapar, dan aroma nasi goreng yang gurih terasa begitu menggiurkan.

Saat akan menyendok suapan pertama nasi goreng ke mulutnya, tiba-tiba perut Stela terasa bergejolak hebat.

Aroma gurih yang tadinya menggugah selera kini terasa menyengat dan memuakkan.

Wajah Stela langsung memucat. Ia meletakkan sendoknya dengan cepat.

"Uhuk... hoek!"

Stela mual dan tidak bisa menahannya lagi. Dengan tangan menutupi mulutnya, ia melompat dari kursinya dan langsung berlari cepat menuju kamar mandi di lantai bawah.

Mehmet terkejut bukan main. Ia segera meletakkan piringnya dan berdiri.

"Stela! Ada apa, Sayang?!" seru Mehmet panik.

Mehmet segera menyusul Stela. Ia mendapati istrinya sedang berlutut di depan kloset, memegangi perutnya.

Mehmet melihat istrinya memuntahkan semuanya hanya cairan bening dan sedikit isi perut, karena ia belum sempat menyentuh sarapannya.

Mehmet dengan sigap mendekat. Ia menahan rambut Stela dengan satu tangan, sementara tangan yang lain mengusap lembut punggung istrinya.

"Kamu kenapa, Sayang? Kamu sakit? Kita ke dokter sekarang juga," tanya Mehmet cemas, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Stela terbatuk-batuk, membersihkan mulutnya dengan air.

Ia mendongak menatap Mehmet, wajahnya pucat pasi, namun matanya menunjukkan kebingungan yang bercampur dengan kesadaran.

"Met, aku." Stela mencoba berbicara, tetapi ia teringat sesuatu.

Sudah beberapa bulan ini ia merasa cepat lelah, perutnya sering begah, dan morning sickness mendadak ini.

Mehmet menatap Stela lekat-lekat, menyadari perubahan di wajah istrinya.

Ia teringat kembali pada film-film dan cerita yang pernah ia dengar. Matanya membesar, sebuah harapan tak terduga mulai menyelinap ke dalam hatinya

Mehmet menarik napas panjang, matanya terpaku pada wajah pucat Stela.

Kekhawatiran bercampur dengan firasat aneh yang terasa manis.

"Tunggu di sini, Sayang," ujar Mehmet lembut.

Ia membantu Stela berdiri dan mendudukkannya di tepi bak mandi.

Tanpa menunggu jawaban, Mehmet berlari keluar sebentar dan kembali dengan cepat, membawa kotak P3K.

Ia membongkar isinya dan menemukan alat tes kehamilan digital yang dulu pernah mereka beli, hanya untuk berjaga-jaga.

"Kita pastikan, ya," ucap Mehmet, suaranya berusaha tegas padahal hatinya berdebar tak karuan.

Ia menemani istrinya di kamar mandi. Stela mengambil alat itu dengan tangan gemetar.

Setelah selesai, ia meletakkannya di permukaan wastafel yang kering dan bersih.

Keduanya saling pandang. Menunggu hasil terasa seperti menunggu keputusan akhir dari takdir. Mehmet tidak ingin Stela berdiri dalam ketegangan.

Dengan kelembutan ekstra, ia membopong tubuh istrinya keluar dari kamar mandi, mendudukkannya di sofa kecil di kamar mereka. Mehmet berlutut di depan Stela, memegang kedua tangannya, dan menatap matanya.

"Apa pun hasilnya, aku ada di sini. Kita hadapi bersama," bisik Mehmet, mengecup kening Stela yang masih dingin.

Mereka berdua terdiam, hening yang menyiksa. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, mengiringi detak jantung mereka yang berpacu kencang. Lima menit terasa seperti satu jam.

Tiba-tiba, layar kecil di alat tes itu menyala.

Mehmet dan Stela secara bersamaan menoleh ke arah wastafel.

Mehmet segera mengambil hasilnya dan dalam tampilan digital yang jelas, tiba-tiba muncul dua garis (atau tulisan 'Pregnant' pada tes digital).

Garis kedua itu hadir dengan pasti, mengubah hidup mereka selamanya.

Stela membeku sesaat, matanya melebar tak percaya.

Kemudian, air mata yang ia tahan sejak tadi pecah. Stela menangis, isakannya terdengar hampa, penuh kelegaan, kebingungan, dan kebahagiaan yang berlebihan.

"Aku sungguh?" lirih Stela, suaranya tenggelam dalam tangisan.

Ia tidak percaya kalau ia hamil. Setelah semua yang mereka lalui, setelah semua masalah yang menimpa, sebuah harapan baru yang begitu rapuh dan berharga kini ada di dalam dirinya.

Mehmet ikut terisak, air mata haru menetes di pipinya.

Ia memeluk erat Stela, mengangkatnya, dan memutar tubuh mereka di udara.

"Ya, Sayang. Kita... kita akan punya bayi," ucap Mehmet, tertawa dan menangis pada saat yang sama.

Ia menunduk, mencium perut datar Stela dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih telah kembali padaku dan membawa hadiah ini."

Kebahagiaan yang meledak-ledak itu membuat Mehmet segera sadar dan bergerak cepat.

Ia mengakhiri tangis haru itu dengan mencium lembut bibir Stela.

"Sayang, kita harus ke dokter sekarang juga. Aku tidak mau menunggu," ucap Mehmet.

Kemudian, Mehmet segera menghubungi dokter pribadinya yang memang sudah ia kenal baik.

"Dokter, saya butuh janji temu darurat. Istri saya hamil. Ya, baru saja dikonfirmasi dengan tes. Saya ingin pemeriksaan menyeluruh secepatnya. Bisakah kami datang pagi ini juga?" tanya Mehmet, suaranya terdengar tidak sabar dan penuh harapan.

Setelah mendapatkan kepastian dari dokter, Mehmet berbalik dan kembali duduk di samping Stela, menggenggam erat tangannya.

"Dokter bilang kita bisa datang dalam satu jam. Sekarang, izinkan aku memberi tahu orang tuaku," ucap Mehmet, senyum lebar tak lepas dari wajahnya.

Ia mengambil ponselnya dan memilih kontak ayahnya terlebih dahulu.

"Ayah, Ya, aku tahu ini pagi sekali, tapi aku punya berita. Stela hamil, Yah! Garis dua muncul. Kami baru saja tahu," ucap Mehmet dengan nada yang jauh lebih ceria dari biasanya.

Reaksi di seberang sana adalah teriakan kegembiraan yang membuat Mehmet harus menjauhkan sedikit ponselnya.

"Astaga, Mehmet! Itu berita terbaik tahun ini! Kalian serius? Jaga dia baik-baik! Mama pasti akan sangat senang! Kalian sudah periksa ke dokter? Kapan? Oh, segera periksa!" terdengar suara Ayah Mehmet yang penuh antusiasme.

Setelah mengakhiri panggilan dengan ayahnya, Mehmet segera menghubungi Mamanya.

Reaksi Mamanya bahkan lebih dramatis. Ia menangis haru di telepon dan langsung berjanji akan datang ke rumah mereka sore itu juga untuk melihat kondisi Stela.

"Mama akan membuatkan semua makanan sehat untukmu, Sayang! Jaga calon cucu Mama!" seru Mama terharu, membuat Stela yang mendengarkan di samping Mehmet ikut tersenyum.

Tak lama kemudian, ponsel Mehmet berdering lagi. Itu adalah panggilan dari adiknya. Rupanya berita bahagia itu sudah menyebar dengan cepat di antara anggota keluarga inti.

"Kak Mehmet! Aku dengar dari Mama! Itu benar? Kakak tidak bercanda?! Aku akan jadi Tante!" seru Tia, adik Mehmet, dengan suara melengking kegirangan di ujung telepon.

Mehmet tertawa. "Benar, Tia. Jaga mulutmu, jangan beritahu siapa-siapa dulu di luar keluarga. Kita mau ke dokter dulu hari ini."

"Oh, aku bahagia sekali, Kak! Adik Mehmet Tia juga bahagia! Aku akan membelikan semua yang Stela butuhkan! Aku akan membelikan ranjang bayi terbaik! Aku datang ke rumah kalian sekarang ya, aku ingin memeluk Stela!"

Stela tersenyum. Meskipun ia masih sedikit linglung dan mual, melihat kebahagiaan Mehmet dan seluruh keluarganya membuat hatinya terasa hangat dan penuh.

Peristiwa pagi ini benar-benar menghapus semua kenangan buruk yang terjadi beberapa bulan lalu.

1
Aether
AWOKWOK NGAKAK CIK
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!