Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Aluna, apakah papa boleh minta tolong?"
"Apa pa?"
"Tolong kamu hubungi Om Reymond dan minta dia segera kesini."
"Untuk apa pa?"
"Sudah, turuti saja apa kata papa dan jangan banyak bertanya."
"Baik, aku akan segera menghubungi Bryan."
Alexander terkejut mendengar Aluna menyebut nama Bryan.
"Sepertinya ini memang waktu yang tepat menikahkan mereka segera." Ucap Alexander dalam hati.
"Papa tunggu disini, aku akan telpon Mas Bryan."
Aluna membuka pintu kamar dengan pelan dan duduk dikursi yang terletak di depan kamar Alexander dirawat.
tut tut tut
Telpon yang ada tuju tidak menjawab, mohon ulangi sekali lagi.
"Apakah Mas Bryan sedang sibuk? Aku coba kirim pesan saja deh kalau begitu."
Me
Mas Bryan, apakah saya boleh telpon? Ada suatu hal penting yang ingin saya bicarakan. Mohon sesegera mungkin dibalas. Terima kasih.
Sementara di perusahaan RA Smith art and design, seorang CEO muda dan tampan sedang menghadiri sebuah meeting dengan client. Mereka sedang sibuk membahas kontrak kerjasama dengan perusahaan Mega art and design.
Bryan nampak sedang serius memperhatikan presentasi yang dipaparkan oleh sekretaris Mega art and design. Dia menopang dagu dengan kedua tangan. Sesekali mengetuk-ngetukan pena diatas meja. Kesan tampan semakin terlihat jelas ketika dia menggunakan setelan jas berwarna hitam, kemeja putih dipadukan dengan dasi hitam bermotif gold. Tatapan matanya bisa melelehkan hati kaum hawa dalam seketika.
"Baik, itulah sekilas presentasi yang saya sampaikan. Terima kasih atas waktunya." Ucap sekretaris Mega art and design.
"Bagus, saya tertarik dengan presentasi anda namun tolong beri waktu untuk memikirkannya. Jika saya setuju, maka Rudy akan segera menghubungi kalian. Terima kasih." Ucap Bryan dinging.
Sekretasi dan wakil presdir dari perusahaan Mega art and design hanya melongo tidak disangka bahwa rencana menjalin kerjasama dengan RA art and design tidak semudah yang dibayangkan.
"Pantas saja banyak perusahaan yang engan berurusan dengan CEO ini." Gumam presdir Mega art and design.
Bryan berjalan dengan gagah keluar ruang rapat, dia berjalan tegap, tatapan mata fokus ke depan tanpa menoleh kesekeliling.
ceklek
"Tuan, apakah anda tidak tertarik dengan perusahaan Mega art and design?" Tanya Rudy ketika mereka sudah sampai diruangan CEO.
"Aku tertarik Rudy, hanya saja aku tidak suka dengan tatapan aneh yang diberikan sekretaris perusahaan itu. Ingin rasanya aku mengeluarkan isi perut ketika melihat dia! Apakah dia tidak punya pakaian lain sampai-sampai menggunakan pakaian ketat dan rok diatas lutut. Sedangkan kita mau membahas rencana kerjasama!" Ucap Bryan kesal.
Rudy memaklumi kekesalan Bryan. Dia pun sebetulnya merasakan keanehan dari tatapan mata sekretaris perusahaan Mega art and design tapi dia segera membuang jauh pikiran negatif itu.
Bryan bosan dan berniat menonton drama korea kesukaannya namun tiba-tiba muncul notifikasi pesan singkat berwarna hijau dari Aluna.
Dia segera menekan tombol untuk menghubungi Aluna.
"Halo ada apa? Tadi saya sedang rapat." Ucap Bryan singkat.
"Mas, papa minta tolong ke saya untuk meminta om Reymond untuk datang kerumah sakit. Saya tidak memiliki nomor ponsel beliau jadi saya berniat minta tolong ke mas. Tolong sampaikan pesan ini ke om."
Bryan terkejut, dia berdiri dari kursi.
"Rumah sakit mana? Biar saya dan daddy segera kesana."
"Rumah Sakit Melati di jalan xxxxx."
"Baik, tunggu saya dan daddy akan segera kesana."
Bryan mematikan sambungan telpon. Dia segera menghubungi Reymond. Bryan meminta Rudy mengcancel semua jadwal pekerjaan hari ini. Bryan dan Reymond segera menuju rumah sakit dengan mobil yang sama diantar oleh sopir.
tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang. Dari luar muncul Reymond dan Bryan.
"Alex, apa yang terjadi dengan kamu?"
"Aku tidak apa-apa. Kamu tenang saja."
Reymond membantu Alexander duduk dikasur. Meletakan bantal dibelakang punggung Alex.
"Aluna dan nak Bryan, apakah papa boleh meminta kalian keluar sebentar? Ada yang ingin papa bicarakan dengan om Reymond."
"Baik."
Aluna dan Bryan berjalan keluar sementara dikamar hanya tersisa Alexander dan Reymond.
"Reymond, aku tidak yakin dengan umurku. Apakah masih bisa bertahan sampai bulan depan atau tidak. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini. Aku ingin meminta padamu, apakah boleh pernikahan Aluna dan Bryan kita lakukan malam ini?"
Reymond terkejut dengan permintaan sahabatnya. Bukannya dia tidak mau mengabulkannya hanya saja ini terlalu mendadak. Mereka belum mempersiapkan apa-apa. Namun karena melihat kesungguhan hati Alexander, akhirnya dia luluh.
"Tidak ada bedanya menikah sekarang atau bulan depan, toh ujung-ujungnya mereka akan menikah juga."
Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, Reymond mengangguk.
"Baik, aku setuju. Aku akan meminta asistenku untuk mencarikan penghulu untuk menikahkan anak-anak kita. Besoknya baru aku urus surat-surat nikah mereka."
"Terima kasih Reymond. Kamu benar-benar baik."
Reymond meminta Aluna dan Bryan masuk. Mereka berdua tengah duduk di sofa sementara Reymond sedang menghubungi seseorang untuk mempersiapkan akad nikah Aluna-Bryan malam ini.
"Aluna, papa tidak yakin bisa menyaksikan kamu berdiri di pelaminan bersama Bryan bulan depan. Makanya papa meminta Om Reymond untuk mempersiapkan akad nikah kalian malam ini. Tolong jangan menolak ya! Papa hanya minta ini dari kalian."
Aluna tak kuasa menahan air mata, dia yakin sepertinya firasat buruk itu akan terjadi. Aluna memeluk tubuh Alexander dengan erat. Bryan bergeming, otaknya berusaha mencerna kata demi kata yang terucap dari mulut Alexander.
"Apakah mungkin om Alexander akan meninggal? Oh tidak, bagaimana dengan gadis ini?" Ada rasa sakit menjalar di hati Bryan ketika membayangkan kesedihan menyelimuti Aluna, calon istrinya.
"Papa jangan bicara seperti itu. Papa akan sembuh, dokter sedang mempersiapkan operasi untuk papa."
Bryan pamit meninggalkan Alexander dan Aluna. Dia ingin memberikan waktu untuk mereka berdua mengobrol dari hati ke hati.
"Aluna, dengarkan papa. Jika kamu menikah dengan Bryan jadilah istri yang patuh, taat terhadap suami dan jangan pernah sekalipun kamu meninggalkan Bryan. Sesulit apapun dan seburuk apapun rumah tanggamu nanti, papa mohon kamu harus tegar menghadapinya. Papa yakin, suatu saat nanti kalian akan saling mencintai. Jika ada masalah dalam rumah tangga kalian, tolong selesaikan baik-baik." Alexander memberikan nasihat untuk Aluna. Entah kenapa dia seperti punya firasat bahwa kelak rumah tangga Aluna akan banyak kerikil kecil menghadang.
Malam hari disebuah kamar VIP sudah berkumpul sepasang calon mempelai wanita dan pria mengenakan kemeja dan kebaya sederhana sedang duduk dihadapan penghulu dan dihadiri beberapa orang sebagai saksi pernikahan.
Dengan suara lantang Bryan mengucapkan ijab qabul di hadapan penghulu, wali nikah dan saksi yang hadir.
...~ sah ~...
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan