ANAK ASUHKU

"Istri? maksudmu, nona Olivia?" tanya Jojo.

"Tentu saja, bukan. Kami hanya berteman, Jo," sanggah Kalingga.

"Ah, yang benar saja. Dia terlihat sangat menyukaimu, Kak," goda Jojo.

Pada akhirnya, Kalingga menceritakan tentang kisah hidupnya bersama keluarga Olivia hingga ia merasa berhutang budi dan tidak kuasa menolak segala keinginan Olivia. Kalingga juga merasa tidak tega jika menolak kehadiran wanita itu dalam kehidupannya, meski jelas-jelas sifat dan sikap wanita itu kadang menjengkelkan.

"Papa Olivia sangat berjasa padaku. Perusahaan keluarga kami bangkrut, papa kami meninggal. Mama kami pergi entah ke mana. Tuan Bram lah yang mengajariku bangkit dan membangun kembali perusahaan hingga bisa berdiri tegak sampai saat ini."

"Aku berjanji akan membalas semua jasa keluarga Olivia. Namun tuan Bram hanya memintaku untuk menjaga Olivia. Aku tidak bisa menolak hal itu," ujar Kalingga.

"Dengan kata lain, mereka akan menjodohkanmu dengan nona Olivia?" tanya Jojo.

"Belum diputuskan," jawab Kalingga. Ia mengangkat bahu.

Dalam hati, laki-laki itu memang merasa keberatan akan kehadiran Olivia. Terlebih wanita itu sering ikut campur dalam mengurus adik-adiknya, terutama Kaivan.

Bocah laki-laki itu bahkan secara terang-terangan sering menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Olivia. Jika Kalingga tidak berusaha mencegah, mungkin Kai juga akan bersikap menjengkelkan seperti yang ia lakukan pada Jojo.

"Menurutku, Nona Olivia itu cantik," ucap Jojo memuji. Kecantikan wanita itu memang tidak diragukan, meski sifatnya tidak secantik parasnya.

"Aku tidak menyukai wanita yang suka berkata kasar, suka menyinggung, dan manja. Kehidupanku cukup keras, aku butuh wanita mandiri yang bisa diajak berjuang bersama," ungkap Kalingga.

Setelah menemukan dasi yang Kalingga inginkan, Jojo keluar dari kamar laki-laki itu dan membiarkan Kalingga bersiap untuk pergi ke kantor. Hari sabtu yang senggang, tidak berlaku bagi Kalingga. Karena perusahaan miliknya termasuk dalam skala sedang, ia harus tetap berjuang demi bisa membesarkan bisnisnya.

Sabtu adalah hari yang menyenangkan bagi Jojo, karena ia bisa menikmati waktu pagi dengan santai saat ia libur kuliah dan semua anak asuhnya sedang tidak ada di rumah.

Kalingga paling cepat akan pulang pukul empat sore dihari sabtu, Keenan sudah pulang lebih awal sejak beberapa hari terakhir karena proses syutingnya sudah selesai. Sementara Kylan, ia pulang tidak tentu di hari apapun.

Pukul 12 siang, Kai sudah sampai di rumah lebih dulu. Selesai mengganti baju dan menghabiskan makan siangnya, bocah laki-laki itu mengepel seluruh lantai atas dari kamar Kalingga hingga kamarnya sendiri. Untuk lantai atas, hanya di wajibkan dipel selama sekali dalam seminggu. Sementara lantai bawah, harus di lakukan setiap hari.

"Kau sudah selesai?" tanya Jojo. Ia menikmati kripik singkong yang Kai bawakan sepulang sekolah sambil menonton televisi, sementara Kai baru selesai dengan pekerjaannya.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya. Lalat akan terpeleset saat dia menginjak lantai rumah ini," ucap Kai bangga. Pekerjaan bocah laki-laki itu memang sangat memuaskan. Meski ia laki-laki, dalam hal mencuci piring dan mengepel lantai ia sangat terampil.

Setelah Kai selesai, Jojo memberinya hadiah berupa kue dorayaki buatannya sendiri. Hari ini ia sedang sangat santai karena Kai membantu pekerjaannya dengan baik.

Mereka asik mengobrol sambil menonton televisi. Saat Jojo ke dapur untuk mengambil minuman, Kai melihat ponsel gadis itu bergetar dan menampilkan sebuah panggilan dari Merlinda. Saat Jojo kembali, wajah Kai tidak seramah biasanya.

"Apakah mama masih sering menghubungimu?" tanya Kai. Jojo meraih ponselnya dan melihat panggilan tak terjawab dari Merlinda.

"Cuma sesekali," jawab Jojo. Mendadak ia merasa tidak nyaman.

"Kau tahu, aku sangat membenci mama." Kai menghembuskan napas kasar. Jojo terdiam, membiarkan bocah laki-laki itu mengungkapkan apa yang ia rasa jika memang ingin. Ia tidak bertanya, juga tidak mendesak Kai untuk mengatakan alasannya.

Beberapa menit berlalu, Jojo hanya diam dan melihat acara di televisi, namun matanya bergerak cepat mengamati sikap Kai yang gelisah.

"Kau bisa katakan apa yang ingin kau katakan. Aku adalah pendengar yang baik," ucap Jojo. Ia mengecilkan volume televisi.

"Saat aku berumur 10 tahun, perusahaan papa bangkrut, lalu papa sakit keras dan meninggal. Aku nggak begitu ingat karena waktu itu aku masih kecil. Nggak tahu ke mana mama pergi saat kami dalam kesulitan," ucap Kai mengawali cerita tentang perasaannya.

"Aku dan kakak-kakakku semua diurus oleh pembantu kami. Waktu itu, kak Kalingga kira-kira masih lulus SMA. Keluarga kak Olivia membantunya mengurus sisa perusahaan yang hancur. Kami masih hidup tercukupi berkat beberapa aset yang papa tinggalkan."

"Kak Kalingga adalah orang yang paling sengsara di antara kami, dia melakukan apapun, kerja siang malam, nggak pernah libur. Sambil mengurus pekerjaan kantor, kakak juga pernah menjadi SPG bahkan office boy di perusahaan keluarga Tuan Bram. Dia melakukan semuanya agar adik-adiknya hidup nyaman dan bisa bersekolah."

"Waktu umurku 13 tahun, aku pernah melihat mama berada di dalam mobil tidak jauh dari gerbang sekolahku. Dia pakai mobil mewah, saat aku mendekat, dia seperti meminta sopir di depannya untuk segera membawanya pergi. Tapi sampai saat ini, aku merahasiakan ini."

"Kami berempat nggak pernah tahu apa alasan mama meninggalkan kami, tapi selama tiga tahun terakhir, mama mulai datang kembali dan memperhatikan kami. Bukankah itu sudah sangat terlambat?" tanya Kai pada Jojo.

"Apakah nyonya Merlinda sebelumnya bertengkar, atau memiliki masalah dengan papa kalian?" tanya Jojo.

"Entahlah, aku masih kecil waktu itu."

Jojo terdiam cukup lama. Seperti yang bisa dilihat, kebencian Kai pada Merlinda sangat nyata. Bahkan saat menceritakan tentang orang yang sudah melahirkannya pun mata Kai terlihat memerah. Ada gejolak dalam hatinya yang tak terkendali. Seperti sebuah kebencian dan kerinduan akan kasih sayang yang tidak bisa ia atur.

Mendengar cerita singkat ini, Jojo merasa khawatir. Adakah alasan yang tidak bisa Merlinda katakan hingga membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebencian yang berlarut-larut?

Ataukah ada sebuah kesalahpahaman antara ibu dan anak?

Dada Jojo terasa sesak dengan hati teriris. Ia merangkul bahu Kai dan berusaha menguatkan anak asuhnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membantu atau menghilangkan perasaan bocah di sampingnya. Jojo hanya berusaha memberi ketenangan, dan kenyamanan.

"Kalian empat bersaudara yang hebat. Aku bangga mengenal kalian dalam hidupku," ucap Jojo. Ia menggoyang tubuh Kai.

"Kak Kalingga adalah orang yang menjadikan adik-adiknya manusia yang mandiri dan kuat. Aku belajar banyak darinya," ungkap Kai. Bocah laki-laki itu sudah bisa tersenyum. Ia pasti merasa lega karena sudah bisa mengungkapkan unek-unek dalam hatinya di depan Jojo.

"Terima kasih sudah menerimaku untuk mengurus kalian."

🖤🖤🖤