Kekejaman dan sifat arogan dari seorang pengusaha muda yang banyak digandrungi para wanita serta pebisnis karena perusahaannya yang mendunia tidak dapat diragukan lagi.
Meski kejam tapi dia memiliki wajah sangat tampan dan banyak uang.
Itulah yang membuat wanita berlomba mendapatkan perhatiaannya.
Namun tidak dengan seorang gadis pemiliki coffe shop seberang kantornya.
Jika para wanita berteriak memanggil namanya dan memujanya, maka gadis itu hanya diam saja dengan cueknya.
Hal itulah yang membuat pengusaha itu penasaran dengan si gadis yang cuek dan dingin itu.
Apakah pengusaha itu mampu mendapatkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
El memperhatikan surat-surat yang ada di atas meja. Senyum smirk muncul di wajahnya saat membaca semua berkas itu.
"Heh, mereka benar-benar bodoh" hardik El sinis.
"Apa terjadi sesuatu bos sama suratnya?" tanya Jack penasaran.
"Surat perusahaan ini tidak berganti nama dan ini memudahkan kita untuk mengusir orang-orang tidak berguna itu" ucap El.
Dalam berkas resmi perusahaan semuanya masih tertera nama ayahnya Samuel Smith juga namanya didalam salah satu surat pemilik saham.
El yakin wanita tua itu tidak bisa mengubah nama pemilik di semua surat itu. Terbukti dengan masih utuhnya semua yang asli.
"Mereka tidak curiga bukan dengan kehilangan semua ini?" tanya El.
"Aman bos, Loe memalsukan surat-surat ini semua yang dia simpan dikantor sedangkan ini dia simpan dirumahnya" ucap pria yang membawa surat itu.
"Lebih tepatnya di tanam dalam tanah di bawah pohon bos" sahut seorang pria yang baru masuk.
"Lalu?"
"Karena nggak bisa balik nama semua suratnya jadinya Leo kubur yang asli baru buat yang palsu dengan harapan nggak ada yang tahu"
"Trus kau tahu dari mana kalau surat aslinya dikubur?" tanya temannya yang lain.
"Gue rayu tuh pembantunya yang udah lama kerja disana yang sebenarnya pembantu pemilik rumah yang asli, dia.."
"Maksud dari pemilik rumah asli itu apa?" tanya yang lain memotong penjelasan temannya karena bingung.
"Jangan potong penjelasan gue elah" kesalnya.
"Mentang-mentang tinggal di Jakarta bahasanya kayak gitu" sambar temannya.
Beginilah suasana di markas El jika mereka berkumpul untuk membahas suatu hal. Pasti akan diselingin sedikit canda juga guyonan selagi bos mereka terlihat santai walau wajahnya tetap saja terlihat seram.
"Lanjutkan penjelasanmu" pinta El membungkam anak buahnya yang tadi masih saling bercanda.
Ia ingin segera mengetahui semuanya agar tidak salah mengambil keputusan lagi.
"Saya dengar dari wanita itu kalau surat yang asli di kubur ditaman belakang karen nggak bisa ganti nama surat itu kalau nggak ada tanda tangan dari si pemilik nama, itulah kenapa Leo buat surat palsu. Selain punya bos ada lagi yang katanya punya si pemilik rumah asli yang namanya Nugroho"
Anak buah El menyerahkan sebuah amplop coklat yang terlihat sedikit kotor juga.
El membuka amplopnya lalu membaca isinya, benar saja jika itu milik Nugroho yang terdiri dari surat wasiat asli, surat kepemilikan perusahaan yang memiliki banyak cabang juga.
Ada juga surat rumah dan nama pewaris sah yang akan mendapatkan semua itu. Di sana tertulis jelas nama Seina Lestari Nugroho sang ahli waris.
"Apa lagi yang terjadi di rumah itu?" tanya El sembari memasukkan surat yang tadi dibacanya.
"Saat ini mereka sedang kacau bos karena perusahaan cabang yang kehilangan banyak saham bahkan sampai kantor pusatnya goncang juga, saya pernah menguping pembicaraan mereka yang bilang kalau mau jual semua perusahaan cabang untuk bangkitkan perusahaan yang di Jakarta.."
"Trus Leo sama kedua putrinya juga bilang harus bisa nemuin cewek yang namanya Seina apa pun caranya supaya bisa jual semua aset, tapi saya nggak tahu aset apa yang dia maksud" jelasnya.
"Ada lagi?" tanya El.
"Wanita tua itu punya rencana temuin bos untuk dia jodohkan sama anak tirinya Naura, selian itu dia juga mau rayu bos supaya mau maafin kesalahannya trus masukin anak kandungnya sama Leo kerja di perusahaan bos."
El tersenyum sinis mendengar penjelasan anak buahnya itu. Ia sudah menduga jika suatu saat nanti hal seperti ini pasti akan terjadi juga tapi dia sudah siap menghadapi segalanya dengan sangat yakin.
"Ernes pastikan tidak ada satu orang pun yang bisa nemukan rumah utama sama apartemen jangan sampai mereka dapat informasi walau secuil, kau Rio perketat penjagaan, Jack tingkatkan keamanan semua perusahaan" ucap El.
"Siap bos, tapi apa perlu kita buat penjagaan begitu ketat bos?" tanya Rio hati-hati.
"Orang picik seperti mereka bisa melakukan apapun untuk mencapai tujuan, aku tidak takut dengan mereka hanya saja kita tidak boleh teledor agar tidak melukai orang lain yang tidak tahu masalah ini. Selain itu mereka juga bisa melakukan sesuatu untuk menekan kita nantinya jadi bersiap saja" jelasnya.
"Kami mengerti bos" jawab mereka semua.
"Bagaimana dengan Leo?" tanya El.
"Leo masih sibuk dengan perusahaannya yang akan bangkrut juga dengan keponakannya yang sulit di dia tangkap"
"Lalu?"
"Dia berencana menjual keponakannya itu jika bertemu nanti pada rekan bisnisnya"
"Aku pasti akan membunuhnya lebih dulu" desis El tajam membuat semua anak buahnya takut.
El beranjak dari duduknya berniat pergi tapi suara anak buahnya yang sering menghabisi musuh mereka mengintrupsi langkahnya.
"Lalu apa yang harus kami lakukan bos?" tanya anak buah mereka mewakili teman-temannya yang lain.
"Kembali pada tugas masing-masing"
"Tapi bos saya nggak mungkin balik ke Jakarta lagi" ucap pria yang membawa surat tadi.
"Kenapa?" tanya suara temannya bukan El.
"Aku di pecat" jawabnya cengengesan.
"Kok bisa?"
"Kamu ketahuan ya karena bongkar kuburan surat itu?"
"Bukan, tapi karena mereka mulai bangkrut trus antisipasi sama orang baru jadi gue di pecat" jelasnya.
"Kau yakin kalau Leo tidak tahu kau membongkar kuburan surat itu?" tanya Rio.
"Yakin pak ketua, di sana saya jadi pihak keamanan jadi cctv nya bisa dibobol tanpa dia tahu bahkan kalau bos mau lacak mereka langsung dari sini juga bisa karena aksesnya masih kesambung di sistem ponsel saya" ucapnya.
"Kalau begitu kamu saja yang pantau mereka, yang lain bersiap disini kalau nanti ada panggilan" ucap El.
"Siap bos" sahut mereka.
El bergegas keluar dari rumah sederhana itu untuk segera kembali ke rumah sakit karena hari sudah mulai malam. El tidak ingin Seina kesepian disana sendirian.
Sepanjang perjalanan pikiran El tidak pernah lepas dari Seina, sesaat dia teringat kalau gadisnya itu pasti lapar dan tidak mau makan makanan rumah sakit yang pernah dia coba memberikan tapi ditolak karena tidak ada rasanya.
"Rio berhenti di restoran depan" ucapnya.
"Iya bos" sahut Rio.
Mobil berhenti didepan restoran yang dilihat El tadi. Saat Jack akan membuka pintu, El lebih dulu mengatakan sesuatu.
"Kamu beli makanan yang paling enak disini, bungkus secukupnya untuk orang kita yang di rumah sakit juga dua yang istimewa" ucap El.
"Bos nggak makan disini?" tanya Jack.
"Waktumu 30 menit dari sekarang" ucap El mengabaikan pertanyaan Jack.
"Astaga bos pelit amat sama waktu pesan makanan kan bisa cepat bos" keluhnya.
"Waktumu 28 menit lagi"
Dengan cepat Jack keluar dari mobil untuk masuk kedalam restoran memesan makanan.
Rio menahan tawa dengan memainkan ponselnya. Dia bisa melihat ketakutan Jack saat bosnya memberi waktu yang beitu cepat padanya hanya untuk memesan banyak makanan.
Karena dia juga tahu kalau anak buah mereka tidak akan pergi mencari makanan jika sudah bertugas sebelum bosnya kembali.