NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:915
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

“Bibi.., Alleta jalan dulu yaa..” ujar Alleta melangkah pelan ke arah dapur.

Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore, saat Alleta terlihat sudah siap dengan halter dress berwarna pink coral yang dipadukan dengan cardigan tipis berwarna putih.

Sandal hak rendah yang dipakainya, membuat tingginya sedikit bertambah, ya setidaknya jadi 150 cm.

Alleta menelusuri ruangan dengan matanya, saat tidak menemukan keberadaan Bi Maya, dia pun melangkah menuju pintu utama.

“Pak, Alleta berangkat ya..” pamitnya pada Pak Edo yang tengah menyiram tanaman di depan pintu.

“Iya, mau kemana?” balas Pak Edo, menghentikan kegiatannya.

“Jalan sama temen. Oh ya, Bi Maya mana?”

“Bibi lagi ke supermarket,” jawab pak Edo. “Btw ini temen apa temen nih??” godanya, nada pak Edo terdengar bercanda namun penasaran.

“Masih temen kok pak..” balas Alleta tersenyum.

“Iyaa.., temen agak sonoan dikit.”

Alleta nyengir mendengar godaan itu, “Pak Edo ih..” keluhnya pelan.

“Hehe, bapak kan pernah muda juga non, udah sana jalan, ditungguin tuhh..” kata pak Edo akhirnya, menunjuk ke arah mobil yang menunggu di depan gerbang.

Alleta menoleh, “Yaudah, Alleta pamit ya.” ujarnya, melambaikan tangan.

“Iya, hati-hati di jalan,” balas Pak Edo sambil kembali menyiram tanaman, senyumnya tak hilang dari wajah.

Alleta melangkah ringan menuju gerbang, gantungan kunci pada tas ransel kecil dipunggungnya berbunyi seiring dengan langkah kecilnya.

“Udah lama?” tanya gadis itu saat membuka pintu mobil.

Sagara melirik jam tangannya, “Baru lima menit.” balasnya santai.

“Ohh.” gadis itu masuk ke dalam mobil, duduk di kursi penumpang sebelah Sagara.

“Lo pengen kemana?” Sagara bertanya, tangannya mulai bergerak menyalakan mesin.

Alleta mengedikan bahu, “Terserah.” katanya.

“Udah ketebak sih, jawabannya.” Sagara menghela napas. “Bawa baju ganti?” pemuda itu kembali bertanya.

“Bawa.”

Sagara mengangguk singkat. Deru mesin terdengar, mobil itu melaju meninggalkan kompleks itu.

Alleta menatap keluar jendela, memperhatikan bayangan pepohonan yang bergeser cepat. Jemarinya memainkan ujung cardigan.

Sagara sesekali melirik ke arahnya, lalu kembali fokus ke jalan. “Suratnya udah dibaca?” tanyanya akhirnya.

Alleta menoleh. Tersenyum, kembali teringat isi surat itu. “Udah, Lo ke tukang fotokopi, ngomongnya gimana?”

“Rumah gue ada printer, jadi gak usah ke tukang fotokopi.” balas Sagara.

“Ohh.., kirain..” Alleta tertawa kecil, dia membayangkan Sagara pergi ke tukang fotokopi hanya untuk membuat surat izin PDKT, apa kata abangnya?. “Niat banget sampe pake materai segala.”

“Ya kan, biar keliatan seriusnya,” Sagara terkekeh pelan. “Lagian kalau omongan bisa dipegang, kertas materai gak bakalan laku.”

Alleta tertawa ringan, “Ada-ada aja lo.”

Mobil melaju sedang, jalanan terasa senggang, belum banyak kendaraan karena memang belum jam pulang kerja.

Untuk sesaat suasana sedikit tenang, hanya lagu-lagu dari stereo yang terdengar, Sagara terlihat fokus pada jalanan.

Mohon Tuhan

Mohon Tuhan

Untuk kali ini saja

Beri aku kekuatan

Untuk menatap matanya

Mohon Tuhan

Untuk kali ini saja

Lancarkanlah hariku

Hariku bersamanya

Hariku bersamanya

^^^Shella On Seven^^^

^^^Hari Bersamanya^^^

“Lo udah pernah jalan sama cowok?” pertanyaan itu tiba-tiba lolos begitu saja.

Alleta berpikir sejenak, “Udah, sering malah.” jawabnya tanpa beban, menganggap itu bukanlah hal besar yang harus disembunyikan.

“Sama Tristan?” tanya Sagara lagi, nadanya terdengar santai.

“Iya.” Gadis itu mengangguk, senyum masih terpatri di wajahnya. “Tapi dia itu sahabat gue, udah kayak abang gue sendiri, lo gak usah mikir aneh-aneh.” sambungnya spontan.

Pemuda yang masih sibuk dengan setir mobil itu tertawa ringan, “Lo lagi klarifikasi?”

Alleta langsung menoleh, sedikit tersentak. “Enggak juga,” sanggahnya cepat, lalu berdeham kecil. “Cuma… ngasih tau.”

“Hmm.” Sagara mengangguk pelan, senyum tipisnya muncul. “Tenang, gue gak cemburuan. Tapi Lo emang kelihatannya deket banget sama Tristan.”

“Iya, gue udah kenal dia dari kecil, rumah kita juga tetanggaan.” Alleta terdiam sesaat, wajahnya mendadak sendu. “Dari dulu, gue sering banget ditinggal dinas sama ortu, jadi biar gak kesepian gue sering main ke rumahnya Tristan, jadi deket deh..”

Sagara terdiam. Tangannya masih mantap di setir, tapi sorot matanya melembut. Ia tak langsung menimpali, memberi ruang pada cerita yang baru keluar begitu saja dari bibir Alleta.

“Oh…” gumamnya akhirnya. “Pantesan.”

Alleta tersenyum tipis, matanya tertuju pada pemuda di sebelahnya. “Tapi kalau ngedate, emang baru pertama kali sih. Lo sendiri?”

“Gue?” Sagara melirik sekilas ke arah Alleta, lalu kembali menatap jalan. “Kalau gue bilang ini date pertama, Lo percaya?”

“Ya.., percaya gak percaya.” balas Alleta sembari menatap jalanan.

“Kenapa?”

“Lihat aja dari tampang Lo, kayaknya gak mungkin gak ada yang mau, di Spanca aja banyak yang ngejar.” Alleta menjawab jujur.

Sagara mengernyit, “Gak mungkin gak ada yang mau?, termasuk Lo?”

Alleta tersedak kecil oleh pertanyaan itu, tatapannya kaget bercampur salah tingkah saat menatap Sagara. “Apa sih lo.” balasnya gagap.

Mobil itu masih terus melaju, sepanjang perjalanan mereka mengobrol, obrolan ringan namun membuat keduanya menjadi lebih dekat. Hingga saat hampir sampai di daerah perkebunan teh, Sagara tiba-tiba menepikan mobilnya.

“Kenapa berhenti?” Alleta bertanya, bingung.

“Di depan ada kebun teh.” sahut Sagara, dia membuka laci dashboard di depan Alleta. “Nih pake.” ujarnya memberikan sebuah jepit rambut yang masih terbungkus.

“Hah, buat apa?” Alleta menanggapinya, meskipun terlihat bingung.

“Biar rambut Lo gak kusut.” balas Sagara santai.

Alleta masih tersimpan, namun kebingungannya seketika terjawab saat Sagara menekan tombol di plafon dekat sepion. Perlahan atap mobil itu mulai bergerak dan terlipat rapi ke belakang.

Alleta refleks mendongak, matanya melebar saat cahaya sore langsung masuk memenuhi kabin. Angin seketika menyapa, mengibaskan ujung rambutnya yang belum sempat dijepit.

“Lah…” gumamnya pelan. “Pantesan” gadis itu buru-buru menjepit rambutnya yang terurai ke belakang.

“Udara di kota agak kurang bersih, kalau disini kan enak, sejuk, pemandangannya juga bagus.” ucap Sagara dengan senyum hangatnya yang sangat jarang terlihat jika di sekolah.

Alleta mengangguk pelan, mobil kembali melanju pelan, hamparan kebun teh mulai terlihat jelas. Hijau tua berpadu dengan kabut tipis, angin sore membawa aroma tanah dan daun basah yang menenangkan.

Alleta memejamkan matanya, menghirup udara segar yang menerpanya, “Bener kata Lo, disini udaranya seger banget.” gumamnya jujur.

Sagara melirik sekilas ke arahnya, senyumnya masih bertahan. “Tempat kayak gini emang ampuh buat ngilangin sumpek”

Setelah kurang lebih satu jam tiga puluh menit dalam perjalanan, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan.

Alleta melirik sekeliling, senyum mengambang di wajahnya. Dari kejauhan, hamparan air laut terlihat jelas, debur ombak terdengar samar, angin sejuk menerpa wajah.

Setelah memarkir mobilnya, Sagara kembali menekan tombol yang sama sehingga atap mobil kembali tertutup. Alleta turun terlebih dahulu,ia berjingkrak kegirangan.

“Lo kelihatan seneng banget.” Kata Sagara memperhatikan tingkah laku gadis itu.

“Seneng lah, pantai itu tempat favorit gue, udah lama juga gue gak ke pantai.” jawabnya cepat kemudian menoleh ke arah Sagara.

Seketika gadis bermata cokelat itu terpaku, Sagara baru saja melepas jaketnya. Dia kini mengenakan kemeja putih dengan lengan yang dilipat hingga siku, celana pendek selutut berwarna cream, membuatnya tampak sejuk. Tak hanya itu, kacamata hitam yang dia kenakan dan rambutnya yang sedikit berantakan karena diterpa angin membuatnya terlihat.. Tampan.

“Terpesona?, tau kok, gue emang ganteng.” perkataan itu membuat Alleta seketika tersadar.

“Ehh.., siapa juga yang terpesona.” jawab Alleta cepat, dia segera memalingkan wajahnya yang memerah.

Sagara mendengus pelan, dia menjentik lembut hidung gadis di hadapannya sebelum melangkah mendahului.

“Aduh.., sakit..” keluh si pendek, tetapi tetap mengikuti Sagara.

Mereka berjalan menuju pintu masuk, Sagara membeli tiket untuk dua orang, setelah itu keduanya melangkah melewati papan bertuliskan "Pantai Indrayanti".

Begitu melewati gerbang masuk, suara ombak terdengar lebih jelas, berpadu dengan tawa pengunjung lain yang berserakan di sepanjang bibir pantai. Pasir putih membentang luas, memantulkan cahaya matahari sore yang mulai condong ke barat.

Alleta berjalan sedikit lebih cepat, seolah tak sabar. Ujung sandalnya sesekali tenggelam di pasir, tapi ia tak peduli. Angin laut membuat cardigan tipisnya berkibar pelan.

“Pelan-pelan,” tegur Sagara sambil tersenyum, langkahnya menyusul dari belakang. “Nanti kesandung.”

“Enggak bakal,” sahut Alleta yakin, lalu berhenti mendadak. Ia menoleh ke arah laut, matanya berbinar. “Gila… gue kangen banget sama suasana kayak gini.”

Sagara memperhatikannya beberapa detik. Bukan lautnya yang menarik perhatiannya, tapi cara Alleta berdiri—rambutnya tertiup angin, wajahnya rileks, tampak sangat bahagia.

Pemuda itu mendekati Alleta yang kini berdiri sembari merentangkan kedua tangannya. “Eh ada jetski..” seru Alleta, menunjuk ke arah beberapa orang yang sedang menaiki jetski di atas laut.

“Mau naik?” tanya Sagara singkat.

Alleta langsung menoleh “Mau.” jawabnya cepat, dengan antusias.

Keduanya melangkah menuju tempat penyewaan jetski yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Mau sewa satu, apa sendiri-sendiri?” Sagara harus sedikit menunduk untuk melihat ke arah Alleta.

“Satu aja, gue ga bisa bawa.” balas Alleta jujur.

“Yaudah, tunggu disini dulu.” Sagara menghampiri abang-abang penyedia sewa, setelah mengatakan tujuannya, Sagara terlihat mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah kemudian membayar.

Terlihat abang-abang penyedia sewa itu memindahkan salah satu jetski ke tepi laut.

“Simpen barang-barang Lo dulu, sini biar gue yang taroh.” ujar Sagara menghampiri Alleta.

Alleta mengangguk, tersenyum kemudian menyerahkan tas dan kardigan nya pada Sagara, pemuda itu kembali ke arah tempat sewa. Setelah menitip barang-barang mereka dia kembali menghampiri Alleta.

“Ayok.” ajaknya antusias.

Alleta melangkah mengikuti Sagara ke arah jetski yang mereka sewa. Petugas penyewaan terlihat sudah menunggu di sebelah jetski, ia lalu melirik Alleta “Berdua ya. Pakai pelampung dulu,” ujarnya sambil menyerahkan dua buah pelampung oranye.

“Pak, ini gak ada yang lebih kecil.” Alleta bertanya, melihat pelampung kebesaran yang sepertinya akan tidak nyaman jika dipakai.

“Ada, maaf sebentar ya.”

“Iya.” gadis itu menyerahkan kembali pelampungnya sembari tersenyum kikuk.

Sagara terlihat menahan tawa, “Makanya, makan yang banyak, biar gak kecil-kecil amat.” ledeknya sembari mengencangkan pelampungnya.

“Ih apaan sih..” Alleta mumukul pelan pemuda itu.

Tak lama, abang tadi kembali datang dengan pelampung yang lebih kecil. “Ini neng.” ujarnya menyerahkan pelampung itu pada Alleta.

“Nahh ini baru pas.” kata Alleta langsung mengenakan pelampungnya.

“Adeknya ya mas?” si abang yang masih berada di sana kembali bertanya.

Sagara tertawa kecil, “bukan, temen saya ini. Emang agak..” dia menghentikan ucapannya, namun memberikan gestur kecil dengan jarinya.

“Ohh..” abang-abang itu mengangguk sembari menahan tawa sekaligus sedikit rasa bersalah.

Alleta hanya memutar bola mata malas mendengarnya.

“Cuma temenan aja ini?, gak pacaran?” tanya abang-abang itu lagi penasaran.

Sagara melirik sekilas ke arah Alleta yang masih sibuk merapikan pelampungnya. Sudut bibirnya terangkat tipis. “Belum,” jawabnya singkat.

“Belum?” abang-abang itu mengulang, alisnya terangkat. “Berarti masih proses ya?”

Alleta langsung menoleh. “Pak, fokus kerjaannya aja deh,” sahutnya cepat, wajahnya sedikit memanas.

Abang-abang itu tertawa kecil. “Siap, siap. Semoga cepat jadian deh..”

Alleta kembali menghela napas, setelah Sagara naik di atas jetski, Alleta kemudian duduk di belakangnya.

Abang-abang penyedia sewa itu kemudian mendorong jetski ke arah laut. Sagara mulai menyalakan mesin jetski dan membawanya semakin ke tengah.

Jetski melaju pelan meninggalkan bibir pantai. Awalnya Sagara masih menjaga kecepatan rendah, membiarkan Alleta beradaptasi dengan gerakan air di bawah mereka. Ombak kecil memercik ke kaki, angin laut makin terasa kencang.

“Pegang yang kuat.” ujar Sagara tanpa menoleh.

Alleta menurut, pegangannya semakin erat di ujung pelampung Sagara. Jetski itu semakin ke tengah, kecepatannya semakin bertambah, angin menerpa kulit.

“Yuhuuuu.....” Alleta tersenyum lebar, dia sangat menikmati percikan air yang mengenai wajahnya.

“Sa, gue berdiri ya.” kata Alleta, lebih ke pemberi tahuan daripada meminta izin.

Gadis itu berdiri di belakang Sagara, memegang pundak pemuda itu dengan satu tangan dan tangan lainnya terangkat menikmati udara.

Sagara juga terlihat tersenyum, di balik kacamata hitam, mata elangnya juga ikut tersenyum. Entah kenapa hanya bersama gadis ini dirinya dapat tertawa lepas, meninggalkan sifat cuek dan dingin yang biasanya menguasai.

Pegangan Alleta semakin erat, Sagara membawa jetski itu cukup jauh ke tengah, dia kemudian menambah kecepatan lalu membelok tajam menciptakan pusaran dan cipratan air yang mengenai keduanya.

Mereka tertawa lepas, keduanya sama-sama menikmati momen naik jetski pada first date mereka.

...Bersambung......

...–Jika ada yang lebih indah dari pantai, mungkin itu awal pertemuan kita.–...

^^^~Sagara Kelana Biantara~^^^

1
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!