Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 23: Infiltrasi Sekte Harimau Putih dan Pembentukan Tubuh Jiwa
Malam di Wilayah Harimau Putih jarang benar-benar gelap. Langit di atas sana berlapis kabut perak, memantulkan cahaya dari ribuan formasi spiritual yang tersebar di puncak-puncak gunung. Udara terasa padat, bergetar halus oleh gelombang Qi Logam yang keras dan tajam.
Yu Chen berlari melintasi hutan lembab di pinggiran Kota Awan Perak, jubah kelananya kini berlumur debu dan darah kering. Sejak insiden di pasar tiga hari lalu, wajahnya terpampang di setiap pos penjagaan sekte. Murid-murid Harimau Putih berpatroli siang dan malam, dan siapa pun yang memiliki sedikit aura naga langsung diperiksa.
Ia sudah menjadi buronan resmi.
Yu Chen berhenti di tepi tebing yang diterangi sinar bulan, menatap kota terapung di kejauhan yang kini tampak seperti sarang lebah bercahaya. Dalam diam ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
“Tidak bisa kembali,” katanya pelan. “Berarti aku harus naik lebih dalam.”
Di hadapannya, dataran Wilayah Suci membentang luas. Di balik garis pegunungan perak itu, berdiri cabang besar Sekte Naga Hijau — sekte yang sejak awal memburunya tanpa henti. Menurut peta tua Sekte Timur Langit yang ia simpan, salah satu Artefak Abadi kecil dari masa perang kuno terkubur di bawah cabang itu. Artefak itu diduga memiliki koneksi dengan Pecahan Kunci Abadi Kedua.
Dan untuk mencapai Tahap 12: Tubuh Jiwa, ia membutuhkan energi spiritual yang sangat murni. Ia takkan menemukan itu di kota manusia. Satu-satunya sumbernya adalah Kristal Inti Binatang Tingkat 3 — benda langka yang hanya bisa didapat dari binatang spiritual Ranah Jiwa Baru Lahir.
Dengan kata lain, berburu sesuatu yang setara dengannya sendiri.
Yu Chen menatap kedua tangannya. Di balik kulitnya, Bayangan Jiwa samar bergetar. Ia sudah membentuk Jiwa, tetapi belum memberi tubuh bagi Jiwa itu. Tanpa Tubuh Jiwa, ia belum sepenuhnya kokoh di Ranah Jiwa Baru Lahir. Jiwa bisa hancur sewaktu-waktu jika tubuh fisiknya terluka parah.
Waktu tidak memihaknya.
---
Hujan mulai turun ketika ia mendekati wilayah Sekte Naga Hijau. Dari kejauhan, markas cabang sekte itu tampak seperti gunung hijau yang diselimuti kabut, dikelilingi lapisan-lapisan formasi spiritual berwarna zamrud. Petir hijau sesekali memancar dari puncaknya — bukan dari langit, tapi dari formasi pelindungnya sendiri.
“Sekte Naga Hijau,” gumamnya sambil berjongkok di balik batu besar. “Masih sombong seperti dulu.”
Ia mengatur napas, menutup mata, lalu memisahkan sebagian kesadarannya. Bayangan Jiwa-nya keluar perlahan dari tubuh, mengambang seperti kabut tipis. Wujudnya tampak transparan, namun matanya menyala lembut dengan cahaya ungu naga. Setiap gerakan terasa ringan, bebas dari beban tubuh.
Dengan mode ini, ia hampir tidak menimbulkan gelombang Qi apa pun. Ia meluncur di antara kabut, menembus pagar spiritual luar.
Namun formasi Sekte Naga Hijau bukan buatan amatir. Setiap dinding, setiap lapisan batu, bahkan udara di dalamnya berdenyut dengan pola energi tertentu. Jika seseorang masuk tanpa izin, pola itu akan berubah arah dan memanggil penjaga.
Yu Chen menatap formasi itu lama. Matanya berkilat.
“Formasi pelindung pola spiral, sama seperti Formasi Penutup Awan Hening... tapi lebih kompleks.”
Ia tersenyum kecil, lalu merapalkan mantra dalam hati. Serangkaian simbol bercahaya muncul di depan jari-jarinya — sisa teknik dari Formasi Sekte Awan Hening. Dengan hati-hati ia menggeser aliran energi di tiga titik formasi, membuatnya “tuli” sementara terhadap getaran Jiwa. Jalur kecil terbuka, cukup untuk dilewati satu bayangan.
Tanpa suara, Yu Chen melayang masuk ke dalam kompleks sekte.
---
Di aula utama cabang, beberapa Tetua berkumpul di sekitar meja batu hijau. Mereka mengenakan jubah panjang dengan bordir naga perak. Suara mereka berat dan penuh tekanan spiritual. Dari posisi sembunyinya di langit-langit, Yu Chen bisa mendengar percakapan itu dengan jelas.
“Sampai kapan kita menunggu, Tetua Yang?” tanya salah satu dari mereka. “Artefak Abadi itu sudah hampir bereaksi. Jika Paviliun Langit Gelap lebih dulu mengambilnya, seluruh kerja keras kita akan sia-sia.”
Tetua Yang — pria paruh baya berwajah keras yang pernah Yu Chen temui di Paviliun Langit Terbuka — menghela napas panjang.
“Paviliun Langit Gelap sudah tahu lokasi pecahan itu. Mereka menunggu kita membuka segelnya, lalu akan datang merebut. Kita butuh seseorang yang cukup kuat untuk menahan reaksi energi Artefak itu. Sayangnya, bahkan Inti Emas pun tak cukup kuat.”
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara rendah.
“Kecuali seseorang memiliki Tubuh Jiwa sejati.”
Yu Chen menajamkan pendengarannya.
Tubuh Jiwa. Itulah tahap yang ia incar. Jadi, Artefak itu benar-benar berhubungan langsung dengan kekuatan Jiwa.
“Lokasinya di mana sekarang?” tanya Tetua lain.
“Yuan Lin — Hutan Primordial di lembah utara. Tapi hati-hati, binatang spiritual yang menjaga sana bukan makhluk biasa. Ia disebut Ular Sungai Kristal. Sudah menelan lusinan kultivator Jiwa Baru Lahir dalam tiga tahun terakhir.”
Ucapan itu cukup membuat bulu kuduk Yu Chen berdiri. Ular Sungai Kristal. Nama itu sudah muncul di catatan Sekte Timur Langit. Binatang buas yang dikutuk karena pernah memakan inti naga dari masa kuno. Dagingnya memancarkan racun spiritual, tapi intinya—Kristal Shou Yuan Jing—adalah salah satu yang paling murni di seluruh Wilayah Suci.
“Bagus,” bisiknya. “Jadi di situlah jalannya.”
Yu Chen menatap para tetua terakhir kali, lalu meluncur keluar dari aula tanpa suara. Di langit malam, kilau cahaya ungu samar menandai arah yang akan ia tuju.
---
Hutan Yuan Lin tidak seperti hutan biasa. Pohon-pohon di sini berwarna perak kehitaman, dan tanahnya memantulkan cahaya hijau samar. Di antara akar-akar besar mengalir sungai jernih yang berkilauan seperti kaca cair. Suara burung dan serangga tak ada; hanya dengungan halus dari arus spiritual yang berputar di udara.
Di sinilah habitat Ular Sungai Kristal.
Yu Chen berjongkok di tepi sungai, menatap bayangannya sendiri di air. Wajahnya tampak pucat, tapi matanya memantulkan keyakinan dingin.
“Kalau aku gagal di sini,” katanya pada dirinya sendiri, “Jiwaku akan hancur. Tapi kalau berhasil... maka tak ada lagi yang bisa menyentuhku.”
Ia menarik pedang spiritualnya, Pedang Abadi Kesembilan, dan menusukkannya ke tanah di depannya. Lalu duduk bersila, memanggil keluar Bayangan Jiwa-nya.
Bayangan itu berdiri di hadapannya, nyaris utuh, tapi masih tembus cahaya. Ia mengangkat tangannya, mengarahkan ke pedang.
“Mulai dari sini, tubuhmu bukan hanya roh... tapi senjata.”
Bayangan Jiwa itu menunduk, seolah mengerti. Perlahan, ia meraih pedang, dan untuk pertama kalinya, pedang itu benar-benar bergerak tanpa sentuhan Yu Chen. Cahaya lembut keluar dari bilahnya, bergetar dengan nada yang dalam.
Suara air berubah. Sungai tiba-tiba berhenti mengalir.
Dari kejauhan, muncul riak besar yang mendekat cepat. Air memecah, dan seekor ular raksasa setinggi bangunan tiga lantai muncul. Sisiknya berkilau seperti kristal, matanya hijau pekat penuh kebencian.
“Binatang Tingkat 3...” Yu Chen berbisik. “Waktunya.”
Ular itu menyembur, dan arus air tajam menghantam tempatnya duduk. Yu Chen melompat mundur, menahan serangan pertama dengan lapisan pelindung Jiwa. Tubuhnya terhempas ke batu besar, tapi ia masih berdiri.
Bayangan Jiwa-nya melayang maju, pedang di tangannya berkilau.
Nada Hening Pedang Jiwa.
Satu garis cahaya memotong udara. Tidak ada suara, hanya dentuman spiritual yang membuat air di sungai mendidih. Potongan sisik ular terlepas, tapi binatang itu hanya semakin marah.
Ia membalas dengan semburan racun berwarna biru, menembus tanah dan batu. Beberapa titik racun mengenai tubuh Yu Chen, membuat kulitnya membiru seketika. Tapi ia tidak berhenti.
Bayangan Jiwa-nya berputar, menebas dengan presisi sempurna. Setiap ayunan menciptakan kilau naga ungu samar yang menembus sisik lawan. Pedang itu menusuk tepat ke kepala binatang itu, menembus kristal di dalam tengkoraknya.
Ular itu mengeluarkan suara parau terakhir sebelum runtuh ke tanah, tubuhnya mencair menjadi kabut kristal yang berputar-putar di udara.
Yu Chen berlutut, napasnya berat, darah menetes dari bibir. Tapi di depan matanya, Kristal Inti Binatang muncul, memancarkan cahaya biru muda yang tenang.
Ia mengangkat kristal itu dengan tangan gemetar, lalu menekannya ke dada.
“Shou Yuan Jing... berikan aku tubuh bagi Jiwa-ku.”
Energi dingin namun murni mengalir masuk. Bayangan Jiwa di belakangnya bergetar hebat, seolah sedang ditempa di dalam api yang tak terlihat. Setiap retakan pada cahaya transparannya menyala satu per satu, membentuk lapisan padat seperti kaca spiritual.
Yu Chen menutup mata, menahan teriakan. Proses itu menyakitkan lebih dari apa pun sebelumnya — karena kali ini, yang ditempa bukan tubuh, melainkan esensi keberadaannya sendiri.
Setelah waktu yang terasa seperti seabad, nyeri itu berhenti.
Ia membuka mata. Bayangan di belakangnya kini tidak lagi samar. Tubuh Jiwa-nya telah terbentuk — berwarna perak dengan garis ungu naga di sepanjang tulangnya. Aura itu tenang, tapi mengandung kekuatan yang mengguncang.
Yu Chen berdiri perlahan, menatap tubuh Jiwa-nya yang kini menyatu dengan dirinya.
“Tahap 12... Tubuh Jiwa.”
Ia merasakan koneksi baru yang aneh. Pedang di tanah bergetar, lalu melayang sendiri ke tangannya, digerakkan oleh pikiran semata. Tidak ada batas antara tubuh dan roh, antara niat dan tindakan.
Ia tersenyum samar.
“Sekarang aku bisa bertarung bahkan tanpa tubuh.”
Namun di balik senyum itu, tatapannya beralih pada arah timur laut — ke markas besar Sekte Naga Hijau.
“Aku tahu kalian menyembunyikan sesuatu di bawah sana. Dan kali ini, aku yang akan menyusup ke jantung kalian.”
Di balik pepohonan, bayangan ungu samar bergerak cepat, menghilang ke dalam kabut Hutan Yuan Lin.
Dan dari kejauhan, suara naga bergema samar di bawah cahaya bulan Wilayah Suci.