Takdir Gadis Pelunas Hutang

Satu minggu kemudian. Eyang putri sedang berada di rumah orang tua Gea. Eyang putri sedang melamar Gea untuk cucunya Arya. Banyak seserahan barang-barang mewah untuk Gea dari Eyang putri dan Arya. Hanya Arya, Eyang putri, Raka, Dennis dan para ajudannya yang datang. Satria tengah sibuk bekerja.

"Saya datang kesini untuk melamar putri anda untuk cucuku Arya. Aku harap kalian bisa menerima lamaran ini" kata Eyang putri dengan tegas.

"Terima kasih sudah ada niatan baik kepada putriku, apa semuanya sudah yakin? Kami hanyalah orang biasa kasta kita sangat jauh sekali saya takut di kemudian hari Eyang akan menyesal berbesanan dengan kami yang tidak mempunyai apa-apa" balas Hendra ayah dari Gea.

"Itu tidak penting bagiku, yang penting cucuku bahagia atas pilihannya sendiri dan satu lagi harus bisa menjaga nama baik keluarga Wijaya, seperti yang sudah-sudah dan aku tidak mau ada gosip bersebaran dimana-mana tentang keluargaku. jika ada yang berkhianat dan tidak menghargai keluargaku aku tidak segan-segan untuk mengembalikan putrimu!" kata Eyang putri dengan tegas.

Orang tua Gea pun saling memandang atas apa yang di katakan Eyang putri wanita lanjut usia yang terlihat masih segar kata-katanya begitu tegas dan tidak bisa dibantah.

"Kami tidak bisa menerima dan menolak atas lamaran ini, kami serahkan kepada putri kami Gea" ucap Hendra.

Gea pun mengangkat satu alisnya. "Lalu kalau cucu anda yang bertingkah bagaimana apa ada sangsinya juga, dan satu lagi jangan samakan aku dengan menantu pertamamu Eyang, kami memang keluarga sederhana tapi kami tidak serendah itu!" kata Gea dengan tegas.

"Eyang sudah jangan membuat suasana jadi kacau kita langsung saja pada intinya" bisik Arya yang sudah ketar ketir ia takut Gea akan menolak lamarannya. Dan Ia juga tidak mau usahanya sia-sia.

"Diam kamu! Jangan ikut campur ini demi keluarga kita biar kejadian sebelumnya tidak terulang lagi!" balas Eyang dengan berbisik.

"Tentu saja saya akan memberi hukuman jika cucu-cucuku bertingkah yang tidak-tidak, jadi bagaimana apa kamu setuju dengan ucapan yang tadi saya sebutkan."

"Baiklah, saya menerima lamaran ini" kata Gea dengan tegas.

Arya pun begitu senang yang mendengar ucapan dari Gea usahanya untuk mendekatinya selama satu tahun kini sudah ada hasilnya walau pun dengan cara yang tidak baik dan banyak drama.

"Aku curiga sama mas, Gea yang menolak mentah-mentah kenapa jadi mau, apa mas mengancamnya?" bisik Raka.

"Diam kamu jangan sok tahu" Bisik Arya.

"Aneh saja seperti ada yang Janggal dan lihat wajah Gea begitu kesal, Fix ini sih ada udang di balik batu" kata Raka yang benar-benar curiga.

"Apa pun jalannya yang penting aku bisa menikahinya!" balas Arya dengan geram karena adiknya seperti detektif.

"Saya anggap ini sudah jelas ya atas lamaran ini, nanti bulan depan akan segera di laksanakan tentang pernikahannya bagaimana?" tanya Eyang.

"Kami ikut saja" jawab orang tua Gea.

"Baiklah, kalian tidak perlu repot-repot atas pernikahan putri kalian, aku yang akan menanggung semuanya. kamu mau mahar apa Gea?"

"Aku tidak mau apa pun semuanya terserah Arya saja" balas Gea.

Eyang dan Arya mengangguk paham atas apa yang di katakan Gea yang menurutnya tidak banyak tuntutan.

"Gadis ini beda dari yang lain, disa'at gadis-gadis lain sangat ingin di pinang oleh keluargaku tapi dia seperti mau-mau tidak-tidak, tidak ada semangat dalam dirinya untuk menikah dengan Arya" batin Eyang putri.

Setelah acara lamarannya selesai mereka pun pulang di dalam perjalanan Eyang putri hanya terdiam dan sambil berfikir.

"Arya, apa kamu yakin dengan Gea?"

"Yakin Eyang" balas Arya.

"Awas ya kalau sampai ada perceraian lagi, tapi eyang melihat Gea seperti mau-mau tidak-tidak menikah dengamu apa kamu memaksanya?"

"Mana ada memaksa, Gea itu takut sama keluarga kita Eyang karena mendengar gosip Mbak Viona dulu dan dia itu bukan cewe matre yah walau pun sikapnya sangat bar-bar tapi aku sudah yakin dengannya" balas Arya.

"Eyang, Mas Arya itu sudah di tolak berkali-kali sama mbak Gea tapi dia pantang menyerah sungguh percuma saja mempunyai uang dan wajah tampan tidak guna" sambung Raka.

"Heh jangan sembarangan ya, yang mau sama aku itu banyak dan mengantri hanya saja aku tidak mau sama cewe gatal, aku suka cewe yang memegang prinsip dan kehormatan penuh!" kata Arya dengan kesal.

"Sudah diam! Kalian malah berdebat! Apa yang di katakan Arya benar kamu juga jangan asal cari perempuan saja Raka, Eyang tidak menilai dari mana dan punya apa, yang penting perempuan itu baik, punya adab dan harga diri!"

"Iya Eyang iya, aku mau cari cewe dari keluarga susah saja, dengan begitu kita bisa membantunya juga dan aku suka kesederhanaan" sambung Raka.

"Good... nikahin janda saja dideket perkebunan ada tuh janda susah anaknya ada tiga, lebih baik kamu nikahin saja sudah." ucap Arya.

"Mas! Kau menyebalkan gak gitu juga konsepnya, istriku nanti harus perawan!" balas Raka dengan kesal.

"Kalian ribut apa-an sih, aku pusing mendengarnya" sambung Dennis.

Eyang putri hanya memijit pelipisnya saja. Cucunya semuanya tidak umum terlebih Satria yang sangat susah di atur.

***

Di kantor Satria dan tim hacker habis melacak Jingga namun hasilnya tidak ada.

"Bos aku rasa yang membantu Jingga bukan orang sembarangan, bahkan hacker aja tidak bisa melacaknya" kata Bayu dengan heran yang ikut pusing juga.

"Sudah aku anggap ini pencarian kita sudah selesai. Jingga biar jadi urusanku Bayu, dia memang sengaja untuk pergi dari hidupku dan aku akan berusaha untuk mencarinya dan memperjuangkan perasaanku. sudah kamu boleh pergi!"

Bayu pun mengangguk lalu pergi dari dalam ruangan Satria.

"Aku akan terus mencarimu Jingga dan aku akan memperjuangkan cintaku aku tahu kau marah dan kecewa kepadaku kan? sampai kamu lari dariku tidak apa-apa aku anggap itu hukuman untukku, karena aku sadar aku yang salah dan terlalu abai kepadamu" gumam Satria dengan mata berkaca-kaca.

***

Dinegara lain Jingga sedang makan siang bersama Dylan. Mereka habis dari kampus untuk mengurus pendidikan Jingga.

"Terima kasih Dylan sudah membantuku" kata Jingga sambil minum jus jeruknya.

"Tidak masalah itu adalah hal yang mudah untukku" balas Dylan dengan tersenyum hangat.

Jingga hanya mengangguk. Ia sangat ingin bertanya banyak kepada Dylan namun malas.

"Jingga ma'af, kemarin aku dengar pembicaraan Daddy sama kamu, aku kira kamu belum menikah ternyata kamu sudah menikah dan kamu akan...?"

"Ya, aku akan bercerai" sela Jingga.

"Sorry, bukan maksud aku menyinggungmu Jingga, jika kamu butuh bantuan jangan sungkan bilang kepadaku"

"Terimakasih tawarannya" balas Jingga.

Dylan pun mengangguk Ia sudah memahami Jingga yang sangat irit bicara lalu ia dan Jingga pun melanjutkan makannya.

Tidak lama kemudian ada seorang wanita datang yang menghampiri meja Jingga dan Dylan berada. Braaak... Suara gebrakan meja.

"Dylan, jadi ini yang membuatmu selalu menghindar dariku dan menolak cintaku" seru wanita tersebut dengan menggunakan bahasa English.

"Apa maksud kamu, dia adalah temanku" seru Dylan dengan kesal.

"Mana ada teman, sedangkan aku tidak pernah melihatmu sedekat ini dengan perempuan" ucapnya.

Jingga hanya diam sambil menghela napasnya dengan kasar. "Hei kenapa kamu diam saja benarkan kamu kekasihnya, asal kamu tahu Dylan itu adalah milik-ku" seru wanita tersebut.

"Alice Shut up! Datang-datang kamu marah tidak jelas, lagian kamu siapanya aku hah, kita tidak ada hubungan apa pun!" seru Dylan.

Jingga sudah jengah dan bangun hendak pergi. Namun rambutnya di tarik oleh Alice sampai Jingga terhuyung. Jingga menahan tangan Alis dan mencengkram tangannya.

Plaaak... Jingga menampar Alice. "Tidak ada yang berhak menyakitiku!" kata Jingga dengan nada dinginnya lalu melenggang pergi.

"lihat dia menamparku aku akan menelpon polisi" ucapnya sambil mengambil ponselnya.

Dylan pun merebutnya. "Jangan konyol atau aku yang akan memenjarakanmu! Dasar gadis murahan!" Ucap Dylan lalu melenggang pergi.

"Dylan..." pekik Alice dengan prustasi.

Di dalam Taxi Jingga pun menatap jalanan lewat jendela kaca taxi yang ia tumpangi. Ia merasakan kerinduan kepada orang tuanya dan sekarang ia berjauhan dan tidak bisa menemuinya untuk sementara waktu dan sampai kapan ia akan bertahan untuk menahan kerinduan.

"Tidak ada yang boleh menyakitiku lagi dan semena-mena terhadapku sekarang hidupku adalah tanggung jawabku, setelah selesai kuliah dan pengetahuanku sudah banyak aku akan membangun bisnisku sendiri aku ingin mandiri dan menjadi wanita independent yang di segani oleh siapa pun, dan aku akan tunjukan pada dunia gadis miskin ini bisa sukses tanpa uang dari suami, dan suksesku hasil dari kerja kerasku dan kemampuanku sendiri walau pun aku tahu prosenya sangat sulit tapi aku yakin tidak ada usaha yang mengkhianati hasil" gumam Jingga dengan mata berkaca-kaca ia merasakan masih membekas hinaan orang dan suaminya yang menganggapnya seperti tidak ada harganya.