Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ²³ - in the shack
Rifan bergegas menghampiri Alisha. Wajah cowok itu tampak serius.
"Ngapain kau di sini?!" timpalnya.
"Aku bawakan makan siang. Tadi aku bantuin nenekmu masak loh," kata Alisha.
"Kenapa kau repot-repot sih. Kalau kau kenapa-napa, aku nanti yang tanggung jawab."
"Aku baik-baik aja kok. Selagi nggak ada yang tahu aku di sini."
Pupil mata Rifan membesar. "Maksudmu?"
"Ya nggak ada yang tahu aku di sini. Bahkan ibumu," ungkap Alisha.
Rifan menarik Alisha. Mengajak cewek itu bicara ke tempat lebih aman dan menjauh dari ladang. Rifan bawa Alisha ke sungai. Dia mengajak Alisha duduk ke bebatuan yang ada di sini.
"Tempat ini indah banget," komentar Alisha.
"Al! Jujur sama aku. Kedatanganmu ke sini itu dilakukan secara diam-diam? Kau nggak melarikan diri dari rumah kan?" tukas Rifan.
"Menurutmu?" tanggap Alisha santai.
"Al! Kau mau aku digampar sama bapakmu? Kau mau dicaci maki sama ibuku? Enggak kan? Kau sebaiknya pulang hari ini juga!" tegas Rifan.
"Santai aja kali, Fan. Selama nggak ketahuan, kan nggak apa-apa," tanggap Alisha.
"Aku nggak bisa santai, Al!"
Bersamaan dengan itu, langit tiba-tiba mendung. Membuat Rifan sontak semakin mencemaskan Alisha. Keadaan akan tambah kacau kalau hujan turun.
"Ayo kita pulang, nanti kalau hujan, becek banget jalannya," ajak Rifan sembari berjalan berdahulu.
Alisha bergegas mengikuti. Namun sayangnya, belum sempat sampai rumah, hujan deras turun. Rifan meraih tangan Alisha dan membawa cewek itu berteduh di sebuah gubuk kecil.
"Kita berteduh di sini dulu," ujar Rifan seraya duduk lebih dulu. Sementara Alisha segera duduk di sampingnya.
"Gimana nih nasib isi rantang ini? Aku sama Nenek padahal udah semangat buatin makan siangnya," ungkap Alisha.
"Kalau kau mau, kita bisa makan sekarang," usul Rifan.
"Terus kakek?"
"Dia kayaknya berteduh di rumah Pak Ipul. Dia pasti bakalan makan di sana."
Rifan mengambil rantang Alisha dan membukanya. "Kita makan saja di sini," ujarnya.
Alisha mengangguk. Dia dan Rifan segera menikmati hidangan yang ada di rantang. Mereka makan dalam diam, dan saat selesai, keduanya mencuci tangan dengan air hujan yang masih turun dengan deras.
"Fan, kita kan sebentar lagi lulus. Kau akan melanjutkan kemana?" celetuk Alisha.
"Entahlah. Aku masih belum menentukan pilihan. Kalau kau? Pasti ke luar negeri kan? Seperti kakakmu," kata Rifan.
"Nggak tahu. Kau sendiri tahu kan aku nggak suka belajar," sahut Alisha. Ia menatap Rifan yang berdiri di sampingnya. Tangan mereka tampak masih berkutat dengan air hujan.
"Tapi kau kan kaya. Jangan sia-siakan anugerah itu dong. Kalau bisa sekolah tinggi, sekolah tinggi!" ujar Rifan.
"Kau benar. Tapi aku masih bingung. Makanya aku ke sini. Mau tanya kamu."
"Kenapa? Kau mau satu kampus sama aku? Enggak ya!"
Alisha tersenyum. Perlahan dia genggam tangan Rifan. Lelaki itu lantas menatapnya.
"Untuk yang terakhir kalinya. Kau mau kan melakukannya denganku? Aku janji, setelah ini nggak akan ganggu kamu lagi," tutur Alisha yang tampak bersungguh-sungguh. Rambutnya terlihat sedikit basah karena hujan. Jujur saja, sebenarnya Rifan sangat merindukan cewek tersebut. Ia tentu sangat ingin menyentuhnya, namun ditahan sebisa mungkin.
"Aku nggak bisa, Al. Kau tahu kita sudah sepakat mengakhiri semuanya," ucap Rifan.
"Itu kau! Tapi aku tidak!" Alisha melangkah lebih dekat. Ia tahu Rifan lengah dan diserang gundah. Saat itulah Alisha mengambil resiko dan memagut bibir Rifan.
Rifan terkesiap. Matanya terbuka lebar. Ia tak memberikan gestur penolakan dan malah merasakan pagutan bibir yang diberikan Alisha.
Sontak Rifan merasakan kupu-kupu beterbangan di perut. Sesuatu yang dia rindukan, tapi juga hal yang harus dihindari.
Ketika kamu memilih untuk hadir tanpa menyembunyikan perasaan atau bagian tertentu dari dirimu, hal itu dapat membantu menciptakan lingkungan di mana kamu merasa diterima apa adanya serta membantu menciptakan hubungan yang lebih dalam dan meningkatkan hubungan..🥰
Kau memanfaatkan waktu luangmu untuk mengambil kerja part time,
Selain mencari pengalaman, kamu juga bisa punya tambahan modal untuk merencanakan sebuah pertemuan kalian bisa lebih seru.
pejuang LDR seringkali butuh lebih banyak modal jika tidak dicermati, bisa membobol tabunganmu jika kamu tak hati-hati.
Andaikan pintu ajaib Doraemon benar-benar ada, kamu nggak akan berjuang dengan susah payah untuk menahan rindu.
Namun sayang kenyataanmya harga tiket perjalanan untuk bertemu dia yang justru nyata ada di hadapanmu...😂🤣
Karena sebaik-baik kita menyembunyikan sesuatu apalagi sesuatu itu adalah aib/keburukan.
Cepat atau lambat Tuhan akan selalu punya cara untuk mengungkapnya..🤫
Kata-kata itu mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa kuat atau berpengaruhnya seseorang, mereka tidak akan pernah bisa lepas dari konsekuensi tindakan mereka..😰
Bagi beberapa pria yang memiliki prinsip tentang moralitas dan agama sepertinya akan berat menerima kenyataan itu tentu ada perasaan kecewa../Panic/