NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 23 : Mempertanyakan perasaan

Lucianna yang melihat kejadian itu tanpa ragu segera menghampiri Devan dengan berenang menggunakan gaya apapun yang bisa ia kuasai, demi mencapai Devan secepat mungkin. Ia melupakan traumanya dan rasa takutnya, memikirkan ada hal yang jauh lebih penting dari itu semua.

Daniel yang mendengar teriakan si kembar, dengan kasar melepaskan pelukan Sopia dan segera berlari menghampiri mereka. Lucianna berhasil mengangkat Devan dari dalam air dan mendekapnya erat. Ia menepuk-nepuk dada Devan, memastikan tidak ada air yang masuk ke dalam paru-parunya. Mata Devan berkaca-kaca, mencoba mengendalikan napasnya yang tersengal-sengal. Hingga akhirnya ia menangis, dilanda rasa terkejut dan takut yang mendalam.

Daniel melompat dan langsung menghampiri Lucianna dan Devan. Ia terkejut melihat Devan yang sudah berada di dalam air. Ia tak peduli apa yang membuatnya berada di air tetapi yang penting adalah keadaanya. "Devan! Kau tidak apa-apa?" tanya Daniel dengan nada cemas.

"P-Papa, Hiks, Papa," tangis Devan pecah, ia melingkarkan tangannya erat di leher Lucianna, diliputi rasa takut akan tenggelam lagi.

Daniel membawa Lucianna dan Devan ke gazebo, tempat yang lebih nyaman. Tak lama kemudian, petugas medis tiba dan segera memeriksa kondisi kaki Sopia dan Devan.

"Ibu, lain kali kalau mau berenang, pemanasan dulu ya, biar tidak keram," nasihat salah seorang tenaga medis dengan nada lembut, sambil memijat pelan kaki Sopia yang sebenarnya tidak sakit.

"I-iya," jawab Sopia singkat, matanya terus tertuju pada Lucianna dan Daniel. Perhatian yang seharusnya menjadi miliknya, kini malah beralih karena Devan yang tenggelam.

Daniel dengan penuh perhatian menemani Lucianna yang sedang mendekap Devan erat, mencoba menenangkannya. Tanpa sengaja, mata Daniel tertuju pada belahan dada Lucianna yang tercetak jelas di pakaian renangnya yang basah. Dengan sigap, Daniel mengambil tas yang dibawa Lucianna dan mencari sesuatu di dalamnya. Ia mengeluarkan handuk besar dan menyelimuti tubuh Lucianna dan Devan, agar lekuk tubuh Lucianna tidak menjadi sorotan utama di tengah keramaian ini.

Lucianna sempat terpaku, merasakan perhatian yang tiba-tiba diberikan oleh Daniel. Namun, ia segera tersadar, dan dalam benaknya terlintas bahwa Daniel melakukan ini karena ada Devan dalam dekapannya, bukan karena cinta atau perasaan khusus padanya.

Desi melihat ke arah Sopia yang menatap tajam pemandangan di depannya. Sebuah seringai kecil menghiasi bibirnya. "Sudah kubilang, Sopia, kau tidak akan bisa menggantikan Lucianna," bisik Desi pada Sopia, yang juga terdengar oleh Diah dan Irma. Mereka langsung cekikikan kecil melihat ekspresi Sopia. Sementara itu, Sopia semakin dibuat geram oleh ejekan para wanita tua itu.

......................

Saat jam menunjukkan pukul 2 siang, Daniel mengajak mereka semua ke restoran yang terletak di dalam area Waterboom. Tujuannya adalah untuk mengisi perut yang lapar, sekaligus mencairkan suasana tegang yang baru saja terjadi.

"Sopia, bagaimana keadaan kakimu?" tanya Daniel, namun hanya sebatas formalitas belaka.

"Sudah lebih baik, Tuan," jawab Sopia dengan nada bicara yang terdengar jelas kekecewaan. Usahanya sia-sia untuk berakting demi mendapatkan perhatian Daniel, malah digagalkan oleh si kembar.

Apalagi, saat Daniel duduk satu meja dengan Lucianna dan si kembar, semakin membuatnya merasa panas dan iri. 'Apa aku harus mencoba mendekati si kembar dulu, seperti yang dilakukan Luci?' pikirnya, merencanakan strategi baru.

Sementara itu, Lucianna tampak berhasil mencairkan suasana dan kembali membuat Devan tertawa riang setelah kejadian tadi. Ia juga bersikap begitu perhatian kepada si kembar, melebihi batas pekerjaannya sebagai seorang pengasuh.

Setelah makanan pesanan mereka datang, mereka mulai menyantapnya dengan lahap. Menu makan siang mereka adalah aneka hidangan laut rebus yang lezat. Lucianna dengan sabar membantu si kembar untuk makan, mulai dari mengupas kulit udang, membuka cangkang kerang, hingga memecahkan cangkang kepiting agar anak-anak itu bisa menikmati hidangan mereka dengan mudah. Ini memanglah tugasnya sebagai pengasuh, tetapi Lucianna menjalankannya dengan sepenuh hati, seolah si kembar bukan hanya sekadar kewajibannya, melainkan sudah menjadi bagian dari hidupnya.

"Setelah ini kita pulang ya?" tanya Daniel kepada si kembar, mengakhiri suasana riang. Si kembar menjawab pertanyaan itu dengan anggukan serempak, menunjukkan bahwa mereka sudah puas menikmati waktu kebersamaan dengan Daniel.

"Kalau Papa ada waktu, kita jalan-jalan lagi ya, Pa!" pinta Revan dengan nada riang, sambil melahap udang yang sudah dikupas oleh Lucianna.

"Iya," jawab Daniel sambil tersenyum lembut melihat anak-anaknya bahagia. Ia mengusap kepala Revan dengan punggung lengannya, karena jari-jemarinya kotor terkena saus.

"Ish! Awas, jangan sampai kena rambut Revan!" tegur Lucianna dengan nada khawatir, mencegah Daniel mengotori rambut Revan.

"Tidak, tenang saja," jawab Daniel santai, meyakinkan Lucianna bahwa ia akan berhati-hati.

"Tadi pagi saja aku sudah lelah membersihkan rambut Revan karena ada permen yang menempel di rambutnya," keluh Lucianna, mengungkapkan kejadian lucu yang baru saja terjadi.

"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Daniel dengan nada heran, tak percaya dengan cerita Lucianna.

"Anak-anakmu itu, sebelum tidur ngemut permen sampai ketiduran. Permennya lepas dari mulut, nyangkut di rambut. Untung saja tidak keselek!" cerita Lucianna dengan nada sedikit kesal, namun juga geli.

Mendengar cerita itu, Daniel langsung menoleh ke arah si kembar, menatap mereka dengan tatapan menyelidik. Si kembar yang merasa bersalah, hanya bisa salah tingkah dan menundukkan kepala. Daniel menatap mereka tajam, seolah memastikan kebenaran ucapan Lucianna. "Jangan lakukan itu lagi," ucapnya datar, namun dengan nada tegas yang tak terbantahkan.

"Baik, Pa," jawab si kembar serempak, mengakui kesalahan mereka.

Di tengah keheningan yang tercipta, tiba-tiba Devan menunjuk seekor anak kucing yang sedang berada di atas tong sampah di dekat restoran. Anak kucing kampung itu memiliki bulu berwarna putih bercampur abu-abu dan oranye yang tampak menggemaskan.

"Wah, lihat! Ada kucing!" serunya dengan nada riang, memecah keheningan. Si kembar pun langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Devan.

"Lucunya! Papa, bagaimana kalau kita pelihara kucing?" pinta Revan dengan nada antusias, menunjukkan ketertarikannya pada anak kucing itu.

"Memangnya kalian bisa merawatnya?" tanya Daniel ragu, menguji kesiapan si kembar.

"Bisa, kan ada Luci!" jawab Revan dengan nada yakin, menunjuk Lucianna sebagai penanggung jawab utamanya nanti.

"Eh, boleh saja. Tapi... aku alergi bulu hewan," tolak Lucianna dengan nada menyesal, mengungkapkan alergi yang dimilikinya.

"Sungguh?" tanya si kembar serempak, raut wajah mereka menunjukkan kekecewaan.

"Hehe, iya. Bulu hewan bisa bikin aku bersin-bersin sampai badanku lemas dan pusing," jelas Lucianna, memberikan alasan yang lebih detail mengenai alerginya.

"Kalau begitu, tidak usah deh. Nanti kalau Luci sakit, Luci tidak bisa merawat kami," ucap Revan dengan nada pengertian, mengalah demi kesehatan Lucianna.

"Maaf, ya," kata Lucianna dengan nada menyesal, ikut merasakan kekecewaan. Jika saja ia tidak memiliki alergi, mungkin si kembar bisa memelihara kucing. Namun, ia juga merasa terharu melihat si kembar begitu pengertian dan perhatian terhadap keadaannya.

Daniel mengamati interaksi antara si kembar dan Lucianna dengan seksama. Ia melihat bagaimana si kembar begitu peka dan perhatian kepada Lucianna. Ia mulai mempertanyakan perasaan dalam dirinya. Selama ini, ia selalu menganggap Lucianna akan menjadi orang yang menjauhkannya dari anak-anak, atau hanya mendekati si kembar demi mendapatkan dirinya. Namun, selama ini Lucianna justru memberikan dampak positif bagi anak-anaknya. Hal ini malah membuatnya ragu untuk memisahkan Lucianna dari si kembar.

Sementara itu, dari seberang meja mereka, ada tatapan tajam yang mengamati mereka dengan penuh perhitungan. Kemudian, sebuah seringai kecil muncul di bibir orang tersebut.

'Oh, dia alergi bulu kucing?'

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
Cut syifa
biarlah soal profesi, yg penting hatinya baik
Cut syifa
dasar lucianna benar benar 😄😄, meresahkan sekali kmyyuuuu🤭
mama Al
jangan bilang Luci nekat bawa anak anak ke kebun binatang. 😁
mama Al
berasa ibunya anak-anak 🤭
mama Al
si Daniel antisipasi takut para emak emak smake down lagi
Dewi Ink
Daniel kuat bgt imannya 😂😂
Dewi Ink
wadduuuww di tepi kolam loh itu 😭
Dewi Ink
di rumah kan ada kolam renang
Istri Zhiguang!: anggap aja liburan bersama kak😭
total 1 replies
Cut syifa
untung bukan ramadhan dasar kamu lucianna 🤣🤣🤣
Drezzlle
ayo ajak ke Zoo Lucianaa kasihan mereka
Drezzlle
ya pasti anak-anak pilih kamu lah Lucianaa
Nurika Hikmawati
mantaaaap... kamu masih kuat iman aja Niel. padahal Luci udh mengerahkan semua skillnya tuh /Facepalm/
Nurika Hikmawati
Beda tenaga ya Luc... kalau utk yg gini mah tenaganya gak akan prnh habis
Rosse Roo
aah dasar bocahhh🤣🤦‍♀️
Rosse Roo
yeeeey aku juga ikutt senang.... 😌😄
Rosse Roo
tidak akan ada waktu untuk mengulang kebersamaan dengan anak-anak pak Daniel... nanti kalau mereka udah dewasa. menyesal lah kau, tak pernah menyenangkan mereka.
mama Al
wkwkwkwk kalah telak
mama Al
tetap saja harus berusaha keras, Luci.
mama Al
Daniel ini gengsinya gede ya.
padahal dalam hati 🤭
Cut syifa
gak semua pelacur benar2 niat jadi pelacur🥺😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!