Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Bakpao
Setelah selesai berbelanja dan kembali ke rumah, jam sudah menunjukkan pukul lima lewat sepuluh.
Ardi dengan cekatan menurunkan semua barang dari motor listrik roda tiganya. Tangannya lincah menata bahan-bahan: yang perlu direndam langsung ia rendam, yang perlu dibersihkan segera ia cuci, dan yang perlu dipotong pun ia potong dengan rapi. Gerakannya begitu teratur, seakan-akan rutinitas ini sudah ia kuasai bertahun-tahun.
“Hm, saatnya mencoba menu baru ini… roti daging saus rahasia!” pikir Ardi penuh semangat.
Bagi Ardi, ada dua hal utama yang menentukan enaknya roti daging.
Pertama, kualitas daging. Banyak penjual bakpao yang menekan biaya dengan memilih daging seadanya, bahkan daging kelas rendah. Hasilnya? Rasa hambar dan alot. Baginya, itu sama saja merusak nama roti daging.
Kedua, adonan roti. Proses menguleni, fermentasi, hingga tekstur kulit roti akan menentukan apakah roti itu empuk, lembut, dan menggugah selera, atau justru keras dan hambar.
Ardi menyalakan kompor di halaman rumahnya. Ia menuang sedikit minyak ke dalam wajan. Begitu panas, ia masukkan cincangan daun bawang, disusul potongan jahe segar. Aroma harum langsung menyeruak, menyebar di udara pagi itu.
Api yang ia gunakan tidak terlalu besar. “Kalau apinya kebesaran, cepat gosong,” gumamnya. Detail kecil seperti ini sering diremehkan orang, padahal sangat memengaruhi rasa masakan.
Begitu aroma bawang dan jahe keluar sempurna, Ardi mengambil daging sapi segar yang baru ia beli di pasar. Warnanya merah muda dengan serat putih yang indah, tanda kualitas daging kelas satu.
Daging yang ia pilih punya rasio lemak dan daging yang seimbang. Lembut, juicy, dan cocok sekali dijadikan isian roti daging berbumbu.
Daging itu pun masuk ke wajan. Suara mendesis terdengar, diikuti aroma daging yang langsung menggoda hidung. Ardi mengaduk rata, memastikan daging matang perlahan hingga warnanya berubah cokelat keemasan.
Belum selesai, ia menambahkan irisan jamur segar. Begitu jamur layu, ia masukkan bumbu-bumbu rahasia: bubuk ayam, campuran rempah khas, sedikit gula, dan pasta kacang.
Urutan bumbu itu tidak boleh salah. Untung saja sistem sudah menanamkan seluruh ilmu memasak tingkat dewa ke dalam kepalanya. Tangannya otomatis tahu apa yang harus dilakukan.
Spatula di tangannya menari cepat. Semua bahan tercampur rata, dan aroma gurihnya makin kuat.
Setelah itu, Ardi menambahkan kecap asin dan kecap manis hitam. Warna daging berubah jadi cokelat pekat yang menggoda. Hanya melihatnya saja sudah bisa bikin perut keroncongan.
Sebagai sentuhan akhir, ia menaburkan MSG secukupnya, sedikit kaldu bubuk, saus tiram, dan segenggam daun bawang cincang. Dalam sekejap, aroma harum menyebar memenuhi halaman rumah kontrakan itu.
“Papa, lagi apa?”
Suara kecil memecah konsentrasinya. Naya, putri kecil Ardi, baru saja bangun. Matanya masih sipit karena ngantuk, tangannya sibuk mengucek-ucek kelopak matanya.
“Papa, lapar…” katanya polos dengan suara serak khas baru bangun tidur.
Ardi menoleh, tersenyum hangat. “Naya sudah bangun? Papa lagi bikin roti daging saus rahasia buat Naya. Tapi sebelum makan, cuci muka dulu, sikat gigi, ya.”
Begitu mendengar kata “roti daging saus rahasia”, wajah Naya langsung cerah. Rasa kantuknya seakan lenyap.
“Roti daging saus? Waaah, Papa pasti enak banget! Aku suka, aku suka!”
Bocah itu bahkan menelan ludah sambil menyeka sudut bibirnya. Hidungnya kembang-kempis, mencium bau harum yang memenuhi udara.
Ardi terkekeh melihat tingkahnya. “Hehe, dasar anak Papa. Sabar, ya. Nanti Papa kasih coba yang pertama.”
Meskipun ngiler, Naya patuh. Ia balik badan menuju kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Sesekali ia menoleh dengan enggan, tapi akhirnya langkah kecilnya hilang di balik pintu.
“Si kecil ini memang pecinta kuliner sejati,” kata Ardi sambil tersenyum.
Sejak dulu, Naya memang selalu suka dengan masakan sederhana Ardi. Bahkan kalau rasanya kurang, ia tetap memuji dengan tulus. Sekarang, dengan bantuan sistem koki ajaib, Ardi yakin Naya akan semakin jatuh cinta pada setiap masakannya.
Setelah Naya pergi, Ardi kembali fokus pada adonan. Kali ini bagian paling penting: kulit roti!
Ia membuka plastik berisi adonan yang sudah difermentasi semalaman. Bola adonan putih besar itu tampak halus dan mengembang sempurna. Saat ditekan ujung jarinya, muncul tekstur seperti sarang lebah di dalamnya—tanda fermentasi berhasil.
“Bagus sekali,” gumam Ardi puas.
Dengan keterampilan tinggi, ia mulai menguleni kembali adonan. Tujuannya mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang masih terperangkap.
Tangan Ardi bergerak ritmis. Dorong, tarik, lipat, tekan. Otot pergelangan tangan dan lengannya bekerja stabil, memberi tekanan pas pada adonan.
Begitu adonan terasa sudah kalis, ia memotongnya menjadi bagian-bagian kecil. Lalu ia giling satu per satu hingga mencapai ketebalan yang ideal.
Bagi Ardi, ini langkah yang sangat menentukan. Kulit roti terlalu tebal? Maka roti akan keras dan isian tak terasa. Terlalu tipis? Isian daging bisa bocor keluar.
Namun kali ini, ia percaya diri penuh. Dengan kepekaan seorang koki sejati, ia bisa menakar ketebalan hanya dari sentuhan tangannya.
Tidak ada yang bisa menandingi Ardi di dapur pagi itu!
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.