Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka? 
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana? 
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelinap masuk
Di balik pintu kamarnya saat dia tertidur, sudah berdiri papa nya dengan memegang kantung plastik berisi obat miliknya.
Dengan enggan dan sedikit ragu dia pun mengetuk pintu kamar Celine, pelan hampir tak terdengar oleh siapapun.
"Celine." dia pun akhirnya memanggil nama anaknya itu, tapi tak ada jawaban darinya. Celine yang tertidur dengan lelap tak mendengar suara apapun yang bisa membangunkannya.
Damian pun akhirnya memutar kenop pintu, tidak terkunci, membukanya perlahan dan pemandangan pertama yang dia lihat adalah anaknya yang terlelap.
Dia pun masuk, menutup kembali pintu dibelakangnya. Tatapan nya terus tertuju pada anaknya itu, mencari tanda-tanda apakah dia berpura-pura tidur karena dia datang atau sebenarnya dia memang tertidur.
Dia pun mendekat perlahan, berdiri di samping tempat tidurnya, sementara tangannya meletakkan obat di meja samping tempat tidur Celine.
Dan ketika dia melihat ke arah meja, dia heran kenapa ada ponsel disana, tapi dia memutuskan untuk tidak sibuk tentang itu.
"Pasti itu karena Felix" gumamnya melihat ponsel itu dan kembali menatap Celine yang terlelap.
Tangannya perlahan terulur lalu menyentuh dahi Celine yang memanas. Dia mendengus dan duduk di tepian tempat tidur.
"Maafkan papa Celine. Papa berbuat buruk padamu, nak." dia mengelus rambut anaknya itu. Untuk pertama kalinya setelah dua tahun dia menyentuh lagi anaknya itu.
Perlahan-lahan dia mengelus puncak kepala gadis kecil itu, memberikan sentuhan lembut yang mungkin saja kalau Celine bangun saat ini dia akan menangis karena terharu.
Untuk sesaat ini dia menyadari kesalahannya. Tapi, apakah kedepannya dia akan bersikap lebih baik atau, dia akan bersikap sama seperti biasanya. Acuh tak acuh yang membuat Celine lelah dengan sikapnya?."
Mata Damian pun kembali tertuju pada ponsel yang tak asing itu. Dia mengambilnya perlahan dan melihatnya.
Dia pun menyadari, bahwa itu ponsel mendiang istrinya, Isabella. Layar yang tak terkunci memudahkan nya untuk membuka ponsel itu.
Dia melihat pesan percakapan, hanya ada tiga nama disana. 'Paman Ricardo', 'Kak Felix' dan 'Bibi Erina'. Cukup untuk menjelaskan segalanya.
"Mengapa ini bisa disini? Aku mencarinya kemana-mana tapi tak pernah menemukannya, dan malah ada di kamar anak ini?" Ucapnya dengan dahi mengernyit, kesal.
Kelembutan yang tadi dia tunjukkan berubah seketika menjadi rasa kesal dan amarah. Tak tahu harus mengatakan apa.
Setelah beberapa saat dia berada di kamarnya, dia pun akhirnya keluar dari sana, menutup pintu dengan perlahan takut membangunkannya.
Dan pada akhirnya, Celine pun tertinggal sendirian di dalam kamarnya, tak ada siapapun tak ada yang menemani.
Padahal kalau ibunya masih hidup, dia tak akan merasa sendirian seperti ini, pasti ibunya akan menemani dan menyemangati nya.
Sementara itu, tak tahu apa yang akan dilakukan Damian selanjutnya. Tampak dia marah karena hal seperti itu.
Apakah Celine akan terkena masalah lagi? Apakah Celine akan mendapatkan ketidakadilan lagi? Atau...dia akan dimarahi habis-habisan oleh papanya?.
Untuk sementara ini, tak ada yang tahu. Tapi, semoga saja semuanya akan berjalan dengan baik sampai anak itu kembali sembuh dan ceria kembali.
...*****...
Pesan masuk
"Nona, hari ini bibi akan pulang. Nanti akan bibi bawakan oleh-oleh untuk nona."
Damian hanya meliriknya, tahu itu dari siapa dia langsung membalikkan layarnya ke bawah.
Sementara itu dia sibuk mengerjakan pekerjaan nya yang tersisa dari rumah. Karena dia yang seharusnya bekerja di kantor harus disibukkan dengan urusan anaknya.