Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.
Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?
Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Anggota Kesembilan (Bagian 2)
Bab 23. Anggota Kesembilan (Bagian 2)
Sunyi.
Untuk sejenak, suasana menjadi sangat hening. Apa yang dikatakan oleh Bagaskara benar-benar mengejutkan mereka semua.
Tanpa sadar, tujuh orang itu menoleh ke belakang seolah-olah ingin mengonfirmasi apa yang dikatakan oleh Bagaskara secara langsung. Seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh para tuan muda yang mereka lindungi, para grand master yang bertugas sebagai pelindung itu bergeming hampir bersamaan.
Salah satu dari mereka angkat suara. Namanya adalah Samuel, seorang ahli bela diri grand master yang melindungi Nickolas.
“Apa yang dikatakan oleh Tuan Muda Bagaskara itu benar. Kami semua sama sekali tidak bisa mengukur seberapa besar kekuatannya,” ucapnya sambil tersenyum kecut.
Yang lain juga menggeleng, seolah merasa tak berdaya.
Lagi-lagi, ekspresi itu benar-benar mengejutkan ketujuh tuan muda pendiri A.S.E tersebut. Hingga pada akhirnya mereka pun kembali mengarahkan pandangannya kepada Jaka — seorang pemuda yang secara langsung ditunjuk oleh Bagaskara sebagai anggota kesembilan. Setelah saling berpandangan satu sama lain, mereka pun mengangguk dan langsung mengarahkan pandangan kepada Rafael, seseorang yang dianggap cukup dewasa dalam mengambil segala keputusan di dalam aliansi selain Bagaskara tentunya.
Melihat semua orang menatapnya, Rafael masih menunjukkan ekspresi tidak puas di wajahnya.
“Tsk... dasar kalian semua!” gerutunya dalam hati.
Setelah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, dia mengarahkan pandangannya ke Bagaskara, lalu berkata dengan suara yang tenang,
“Baiklah, Bagaskara. Sebagai pemimpin aliansi, kami sama sekali tidak meragukan penilaianmu. Tetapi mendengarkan dan melihat dengan mata kepala sendiri adalah dua hal yang berbeda. Jika dia memang sekuat itu, asalkan dia bisa mengalahkan ketujuh grand master yang ada di ruangan ini dalam pertarungan satu lawan tujuh, kami dengan sukarela akan menyambutnya.”
Mendengar itu, seketika Bagaskara langsung mengernyitkan dahi. Dia ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi tiba-tiba apa yang dikatakan oleh Jaka membuatnya kembali menelan kata-katanya.
Jaka berkata dengan tenang,
“Untuk membuktikannya, tidak perlu pertarungan. Kita akan beradu dalam hal kekuatan aura. Jika semua grand master yang ada di sini bisa membuatku pingsan, maka aku akan mengakui kekalahanku,” kata Jaka sambil tersenyum.
Dirinya memang sengaja tidak mengatakan apa pun dari awal sampai akhir. Dia juga tidak bermaksud sombong, tetapi untuk mendapat pengakuan terkadang memang harus menunjukkan beberapa hal agar lebih dihargai oleh orang lain.
Apalagi, yang ada di sekitarnya ini adalah para tuan muda dari keluarga kaya raya yang punya latar belakang tidak biasa.
Dan benar saja, apa yang dikatakan oleh Jaka benar-benar membuat ketujuh pendiri A.S.E itu terdiam. Namun berbeda dengan para grand master yang ada di ruangan itu.
Salah satu dari mereka yang bernama Robin mendengus.
“Huh... anak muda, kami akui memang tidak bisa mengukur seberapa besar tingkat kekuatanmu. Tapi bukankah kamu terlalu sombong untuk mengatakan kata-kata besar seperti beradu aura dengan kami bertujuh?”
Bahkan Bagaskara yang sebelumnya memiliki penilaian yang cukup baik, saat ini menatap Jaka dengan sedikit ketidakpuasan di matanya.
Merasakan tatapan tidak ramah dari orang-orang yang ada di sekitarnya, bukannya marah, Jaka justru mengangkat sudut bibirnya.
Tiba-tiba suara Amira yang berada di dalam dunia jiwa menggema dalam pikiran Jaka.
“Jaka! Apakah kau gila? Apakah kau bermaksud menggunakan tekanan mereka semua untuk melakukan terobosan ke tahap menengah? Cara itu mungkin memang berhasil, tapi juga sangat berisiko,” ucapnya dengan kesal. Tapi jelas, di balik nada kesal itu ada kekhawatiran yang tersirat.
Menanggapi kekesalan Amira, Jaka hanya terkekeh.
“Amira, percayalah padaku. Selama hampir enam bulan ini, aku sudah berkultivasi dan menyerap energi Qi sebanyak mungkin untuk memperkokoh pondasiku.”
“Akan tetapi... seperti yang kamu tahu, aku sama sekali tidak bisa menemukan lawan sepadan yang bisa membuatku mengerahkan seluruh kekuatanku. Dan sekarang, secara tidak terduga aku bertemu dengan para ahli bela diri grand master yang dari auranya saja kekuatan mereka setara dengan 10.000 kg.”
“Hanya dengan gabungan mereka semua barulah aku merasakan tekanan yang sesungguhnya. Ini adalah kesempatan langka yang tidak bisa aku sia-siakan begitu saja. Amira... aku harus tumbuh menjadi semakin kuat untuk melindungi orang-orang yang aku sayang. Keluargaku, teman-temanku, dan yang penting tentu saja dirimu yang akan menjadi calon ibu dari anak-anakku nanti,” ucapnya dengan sangat serius.
Amira yang sebelumnya mendengarkan dengan saksama, seketika wajahnya langsung memerah saat mendengar kata-kata terakhir Jaka.
“K-Kamu... hmph! Siapa juga yang mau menjadi calon ibu dari anak-anakmu? Bermimpilah! Huh... aku menyesal memperingatkanmu. Terserah kamu saja, aku tidak peduli dan tidak akan lagi berbicara denganmu!” dengusnya kesal.
Tetapi terlepas dari itu semua, apa yang dikatakan oleh Jaka memang tidak salah. Dia sendirian menjadi saksi seberapa kerasnya dirinya berkultivasi untuk memperkokoh pondasinya. Dantiannya sendiri juga sudah sangat penuh. Dia membutuhkan dorongan ekstrem untuk mengerahkan seluruh kekuatannya.
Menanggapi sikap Amira, Jaka tidak tahu harus tertawa atau menangis. Di satu sisi, terkadang dia begitu sangat tegas, akan tetapi di sisi lain ada sifat manja yang justru menurutnya...itu cukup menggemaskan.
Dan tepat setelah Jaka menyelesaikan percakapannya dengan Amira, Leon yang merupakan pelindung Bagaskara kali ini angkat bicara.
“Baiklah. Karena kamu mengatakan demikian, kita bertujuh akan melakukan pertarungan aura denganmu. Tetapi tidak di sini, melainkan di area bawah tanah yang lebih aman.”
Apa yang dikatakan oleh Leon ini sama sekali tidak mengejutkan Samuel, Robin, dan yang lainnya. Sebelumnya mereka sudah melakukan percakapan melalui telepati, dan hasilnya adalah mereka akan melakukan pengujian di ruang bawah tanah. Setidaknya di sana ada mekanisme perlindungan energi yang mencegah aura bocor keluar, sehingga tidak menyebabkan guncangan yang bisa menghancurkan gedung.
“Baik... aku menyetujuinya,” jawab Jaka dengan percaya diri.
Tubuhnya mulai bergetar karena bersemangat, dan matanya mulai dipenuhi oleh semangat perang yang luar biasa.
Singkat cerita, akhirnya semua orang pun keluar dari ruangan. Menggunakan lift, setelah masuk, Bagaskara menekan angka lima. Tidak lama kemudian, lift pun bergerak dan mereka semua turun menuju ruang bawah tanah — sebuah ruangan khusus yang biasanya dipakai oleh Bagaskara dan yang lainnya berlatih.
Setelah beberapa saat, lift terbuka dan mereka pun keluar. Setelah berjalan sekitar 300 meter, mereka tiba di sebuah ruangan yang sangat besar. Sama seperti di atas, banyak sekali orang-orang berjas hitam di berbagai sudut yang menjadi penjaga, yang mana mereka semua adalah ahli bela diri tingkat elit.
Setelah memasuki ruangan, tatapan Jaka menyapu setiap sudut. Dan hanya dengan sekali pandang, dia bisa melihat jika area ini mirip seperti sebuah gym semi-sasana tinju. Alat-alatnya juga sangat lengkap. Ada barbel dan berbagai perlengkapan latihan lainnya.
Dan satu hal lagi yang membuat Jaka sangat terkejut,
“Menarik! Aku merasakan ada energi Qi yang terkonsentrasi di ruangan ini,” gumamnya sambil menatap sekeliling penuh minat.
Pada saat itu, Robin yang memiliki temperamen meledak-ledak dan paling pemarah di antara ketujuh ahli bela diri lainnya segera berkata,
“Mari kita mulai sekarang saja. Aku tidak sabar ingin memberi pelajaran kepada bocah arogan itu,” ucapnya sambil langsung naik ke atas ring yang ada di tengah-tengah ruangan tanpa memedulikan yang lain.
Lima orang lainnya meskipun menyetujui hal yang sama, tetapi ekspresinya jauh lebih tenang. Setelah menghitung Samuel dan Robin lima sisanya adalah Thomas, Cris, Marco, David, dan terakhir Liu Zhong yang merupakan keturunan Tionghoa yang lama menetap di Kota Nusantara.
Di seberang, Bagaskara, Michael, Steven, Jonathan, Erland, Lucas, dan Rafael menyaksikan dengan ekspresi yang sangat kompleks. Namun yang paling kuat terasa adalah rasa penasaran yang begitu besar tentang apa yang membuat Jaka begitu percaya diri.
Bagaskara yang melihat kakek Leon hanya berdiri dengan tenang di sampingnya dan ikut menonton, tak kuasa untuk bertanya,
“Kakek... apakah kau tidak ikut naik ke atas ring untuk mengujinya juga?”
Sebagai tanggapan, pria paruh baya itu menggelengkan kepalanya.
“Itu tidak perlu, Tuan Muda. Melakukannya hanya akan membuat aku menjadi terlihat buruk di matanya. Entah kenapa aku memiliki firasat jika dia akan menjadi orang yang sangat luar biasa di masa depan. Jika dia benar-benar bergabung di dalam aliansi ini, mungkin kita bisa mengungguli mereka semua dan menjadi penguasa di empat wilayah.”
Mendengar itu, bukan hanya Bagaskara tetapi tujuh pemuda yang lainnya juga tercengang dengan penilaian kakek Leon yang sangat cermat dan jarang sekali keliru.
Faktanya, Kota Nusantara dibagi menjadi empat wilayah: Timur, Barat, Selatan, dan Utara. Wilayah Timur dan Barat dipegang oleh mereka, yaitu A.S.E., sedangkan untuk wilayah yang lain, yaitu Selatan dan Utara, dipegang oleh organisasi lain yang bernama A.S.S., singkatan dari Aliansi Sembilan Saudara.
Diam-diam, di tengah keramaian hiruk pikuk ibu kota, ada pertarungan antara dua raksasa yang saling berebut wilayah. Dan jika bicara tentang latar belakang, maka jawabannya sangat singkat, yaitu: keluarga tersembunyi.
Ya... latar belakang dari kedua aliansi yang saling bersaing satu sama lain ini adalah keluarga tersembunyi yang dipenuhi oleh para ahli bela diri.
Artinya, di Kota Nusantara ini ada persaingan dari enam belas keluarga tersembunyi yang terbagi menjadi dua kubu. Masing-masing kubu berisikan gabungan dari delapan keluarga.
Sementara itu, di atas ring, pada sisi kanan, Jaka berdiri dengan tenang. Itulah yang terlihat dari luar, namun di dalam, jantungnya sudah berdegup dengan kencang. Adrenalinnya terpicu hingga mencapai puncaknya, dan semangat juangnya yang selama ini berdiam dalam dirinya langsung bangkit.
Dan di sisi kiri, ada tujuh ahli bela diri grand master yang siap untuk mengerahkan seluruh aura mereka untuk menekan Jaka dan menundukkan kesombongannya.